Cincopa Gallery

...

Selasa, 20 Oktober 2020

Menerapkan Ilmu Tidak Marah ala Magnet Rezeki (Bagian 2)

Kalau sebelumnya saya menuliskan kisah tidak jadi terlambat menghadiri suatu kegiatan dengan jurus tidak marah, menurunkan garis kebenaran, serta mendoakan kebaikan buat orang yang menyakiti hati, di bagian kedua ini saya mau menceritakan kisah keberuntungan sederhana lainnya dengan kembali melakukan jurus tidak marah.

Kejadiannya terjadi tidak jauh dari hari di bagian pertama. Setelah mengantarkan suami bekerja, saya mengemudikan mobil menuju tempat membeli nasi kuning favorit keluarga kami untuk dijadikan bekal sekolah si kecil.

Karena sebelumnya saya sudah berniat mau menyisihkan sebagian bekal Sofie untuk ibu gurunya, maka ketika tiba di rumah, saya masukkan makanan tersebut ke dua kotak bekal yang berbeda. Kerennya, ketika memindahkan nasi kuning ke salah satu kotak, terjadi insiden kecil yang membuat tangan saya bergetar sehingga mengakibatkan cukup banyak nasi tumpah berceceran ke atas meja dan lantai.

Ya, Allah! Saya kaget.

Stop! Jangan marah! Tiba-tiba terlintas saja pikiran ini di benak saya.

Semua sudah sempurna. Allah mau menguji saya! Akan ada balasan kebaikan yang lebih besar bila saya mengikhlaskan ini! 

Masya Allah... Untungnya seluruh mantra Magnet Rezeki memenuhi kepala saya. 

Akhirnya sambil menertawai kecerobohan saya (yang biasanya ini mustahil terjadi buat saya yang melankolis ini), saya singkirkan bagian nasi yang kotor, lalu menyelamatkan bagian yang masih bersih. Ya, jadinya memang tidak cukup banyak untuk Ibu Guru Sofie. Apa boleh buat....

Kemudian saya mengantarkan Sofie ke PAUD. Saat pulang, saya lihat kotak bekal untuk Bu Guru tadi ludes bersih tak bersisa. Alhamdulillah... Mudah-mudahan Bu Guru senang....

Dan tahu tidak, apa yang terjadi kemudian? 

Sebenarnya tidak ingin mengait-ngaitkan... Tapi, siapa tahu memang ini berkaitan??

Setelah waktu Zuhur, papa mertua mengajak saya dan Sofie berjalan-jalan. Kami bertiga duduk di mobil yang beliau kendarai. Begitu melalui Jalan Ahmad Yani, si kecil melihat logo salah satu gerai pizza yang sangat populer, lalu berceletuk, "Atuuk, Sofie mau pizza!"

Tanpa banyak bicara, papa langsung membelokkan mobilnya, memasuki parkiran tempat makan tersebut, demi memenuhi keinginan cucu tersayangnya. Setengah jam kemudian, kami sudah pulang dengan membawa sekotak besar pizza untuk kami nikmati di rumah.

Jadi... Dengan mengikhlaskan sedikit nasi kuning yang enak... Saya mendapatkan sekotak pizza hangat dan gratis sebagai gantinya.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar