Cincopa Gallery

...
Tampilkan postingan dengan label ibu profesional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibu profesional. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 April 2020

Mini Project: Majalah Elektronik untuk Komunitas

April 06, 2020 0 Comments

Bisa membuat sebuah majalah adalah cita-cita saya sejak kecil. Saya jadi teringat, waktu kelas 3 atau 4 SD dulu, saya pernah membuat majalah mini 6 halaman, yang isinya adalah komik komedi singkat dengan tokoh Tom (kakak saya), Tar (saya sendiri) dan Tik (adik saya). Lalu saya tambahkan cover dan beberapa rubrik lain yang berisikan beragam informasi. Pembacanya tentulah adik dan kakak saya sendiri. Lalu ketika mau mendaftar ekstra kurikuler di sekolah menengah, memilih jurusan perkuliahan di perguruan tinggi, bahkan melamar kerja, jurnalistik atau usaha penerbitan tidak pernah lepas dari pilihan saya. Tapi entah kenapa, takdir mengatakan kalau saya pada akhirnya tidak pernah berkecimpung dalam dunia itu. Saya hanya pernah satu kali benar-benar bekerja di bidang sejenis ini, yaitu ketika saya menjadi editor sabuah buku di sebuah penerbit indie buatan teman kuliah dulu.

Setelah tergabung dalam Ibu Profesional, lebih tepatnya sejak saya mau melepas jabatan ManKeu, tiba-tiba keinginan membuat majalah ini terpikirkan kembali. Saya berpikir kenapa saya tidak membuat majalah internal bagi para IPers IP Padang saja? Majalah ini dapat berfungsi sebagai media laporan atas apa yang sudah komunitas lakukan dalam sebulan terakhir misalnya, juga sebagai media mengenal salah seorang member lebih dalam, dan sebagai media berbagi beragam informasi. Saya sudah membayangkan kalau kegiatan merancang majalah ini pastilah bisa mengasah keterampilan menulis, desain, dan editing saya. Di samping itu saya pun bisa bersilaturahmi dengan teman-teman sekomunitas lainnya, karena tentunya ketika menyusun dan mengumpulkan artikel, saya harus berinteraksi lebih dekat dengan mereka. Ilmu, kisah, maupun pengalaman yang mereka bagikan dapat membuka dan memperluas wawasan saya. Satu paket kegiatan yang mengumpulkan segala hal yang saya sukai: menulis, desain, editing, sekaligus menambah wawasan baru!

Maka, saya merancang Mini Project sebagai berikut:

Judul: Membuat Majalah Elektronik IP Padang

Deskripsi: Sebuah majalah elektronik dapat menjadi media komunikasi, informasi, bahkan sejarah bagi komunitas IP Padang. Beragam pengetahuan, keterampilan, dan karya IPers dapat dicatatkan di sini. 

Majalah elektronik yang saya bayangkan akan berisikan halaman-halaman sebagai berikut:
1. Cover
2. Editorial: berisi tajuk rencana (tema) edisi tersebut
3. Rubrik Laporan: berisi laporan kegiatan IP Padang terbaru
4. Rubrik Utama: berisi liputan wawancara ke salah satu IPer, dan rubrik sharing ilmu dengan narasumber IPer tersebut
5. Rubrik Karya: berisi resep masakan, ide prakarya untuk anak, atau cerpen dari kontributor
6. Rubrik Tanya-Jawab: berisi pertanyaan seputar topik kesehatan dan keluarga dari IPers yang dijawab oleh kontributor
7. Rubrik Hiburan: berisi resensi buku, film, atau tempat wisata keluarga dari kontributor
8. Halaman pendukung/tambahan: Daftar Isi, IPers yang Milad Bulan Ini, dan iklan produk/jasa milik IPers

Susunan Tim Redaksi:
1. Pimpinan Redaksi sebagai penanggung jawab dan penjaga kualitas dari majalah serta sebagai penulis bagian editorial
2. Redaktur Rubrik Laporan sebagai penanggung jawab dan editor rubrik laporan
3. Redaktur Rubrik Utama sebagai penanggung jawab, wartawan, dan editor rubrik utama
4. Redaktur Rubrik Karya sebagai penanggung jawab dan editor rubrik karya
5. Redaktur Rubrik Tanya-Jawab sebagai penanggung jawab dan editor rubrik tanya-jawab
6. Redaktur Rubrik Hiburan sebagai penanggung jawab dan editor rubrik hiburan
7. Redaktur Rubrik Umum sebagai penanggung jawab dan editor halaman pendukung/tambahan
8. Lay-outer sebagai desainer dan penyusun layout majalah
Kontributor 

Sasaran: Target dari produk ini adalah IPers IP Padang

Waktu: Majalah diterbitkan setiap 1, 3, atau 6 bulan sekali

Tempat: Karena berbentuk elektronik, semuanya dapat dilakukan dari rumah masing-masing anggota tim redaksi

Estimasi Dana: Rp 0,-
Selain karena majalah ini diperuntukkan untuk internal dan tidak berorientasi pada profit, saya juga menghindari munculnya motivasi ekstrinsik jika tim redaksi diberikan upah atas kinerjanya. Majalah ini diharapkan menjadi suatu media berkarya bagi seluruh IPers yang ingin terlibat, agar karyanya dapat dikenang dan bermanfaat bagi pembaca. Dengan demikian tidak ada dana yang saya anggarkan pada proyek ini.

Namun majalah ini dapat menerima pendanaan dari IPers yang ingin dagangannya dipromosikan. Uang masuk ini sendiri akan dimasukkan ke dalam kas komunitas.

Parameter Keberhasilan: Proyek dikatakan berhasil bila majalah elektronik telah jadi dan didistribusikan ke seluruh IPers.



















Selasa, 30 April 2019

Mendidik Anak Cerdas FInansial Sejak Dini (Game Bunsay 8-2)

April 30, 2019 0 Comments
Sumber: Google

Sebelum tidur malam di hari kedua Tantangan 10 Hari ini, saya menceritakan ke Sofie kisah tentang Keluarga Kura-Kura. Cerita yang saya karang berdasarkan konsep 3(save, spend, share) dari materi tantangan ini.

---

Alkisah di suatu tempat, hiduplah keluarga kura-kura. Suatu hari, Ayah Kura-Kura memanggil ketiga ekor anaknya, Abang Kura-Kura, Kakak Kura-Kura, dan Adik Kura-Kura.

Ayah Kura-Kura berkata, "Anak-anakku, ayah punya hadiah untuk kalian bertiga!"

"Horeee..." ketiga anak Kura-Kura bersorak girang.

"Apa itu, Ayah?" tanya Kakak Kura-Kura.

"Ayah akan memberikan kalian bertiga sekantung uang sejumlah seratus ribu!" sahut sang ayah bangga. "Namun, ingat baik-baik pesan ayah. Gunakan uang tersebut dengan bijaksana."

Singkat cerita, para anak kura-kura menerima sekantung uang berjumlah seratus ribu itu sembari berterima kasih kepada sang ayah. Lalu mereka pun berdiskusi bertiga, saling menanyakan akan diapakan uang sebanyak itu.

Abang Kura-Kura, yang sudah lama mengidam-idamkan video game teranyar yang sering disebut-sebut oleh teman-temannya, menggunakan uang seratus ribu itu untuk membeli game yang ia incar. Sisa uangnya, dibelikannya juga untuk memuaskan keinginannya membeli beragam mainan-mainan menarik yang dijual di toko mainan.

Lain halnya dengan Kakak Kura-Kura yang perhitungan. Ia lebih memilih untuk menabung seluruh uang seratus ribu itu ke rekening tabungannya, dan menikmati uang yang akan sudah naik nilainya itu kelak ketika ia dewasa.

Sementara itu Adik Kura-Kura justru bingung akan diapakan uang seratus ribu tersebut. Ia pun berjalan keluar rumah untuk mencari ide sambil menggenggam kantung uang yang baru ia dapatkan. Tidak disangka, di tengah jalan ia melihat seorang kakek-kakek yang terlihat letih duduk bersandar di salah satu sudut jalan. Tubuh sang kakek terlihat kotor, bahkan bajunya pun kumal. Adik Kura-Kura pun merasa iba.

"Kakek baik-baik saja?" tanya Adik Kura-Kura.

Si kakek awalnya terkejut, namun kemudian ia tersenyum lemah. "Halo adik kecil, sedang jalan-jalan seorang diri?"

"Baju kakek kenapa kumal begitu?" tanya Adik Kura-Kura polos.

"Iya, kakek tidak punya uang untuk mencuci baju..."

"Tubuh kakek kenapa kotor begitu?"

"Kakek pun tidak punya uang untuk membersihkan diri...."

"Kakek kenapa terlihat lemas begitu?"

"Ini karena kakek tidak punya uang untuk membeli makan.... Sudah dua hari ini kakek belum makan apa pun...."

Adik Kura-Kura yang kasihan, dengan serta merta merogoh kantung uangnya, lalu menyerahkannya kepada sang kakek.

"Ini untuk kakek, supaya kakek bisa beli makanan, minuman, dan pakaian."

Sang kakek menerima uang dari Adik Kura-Kura dengan tangan bergetar. Ia pun mengucapkan terima kasih berulang kali. Adik Kura-Kura merasa sangat bahagia setelah membantu kakek tua tersebut.

---

Satu bulan kemudian, Ayah Kura-Kura kembali mengumpulkan ketiga anaknya.

"Bagaimana anak-anak, apa yang sudah kalian perbuat dengan sekantung uang seratus ribu itu?"

"Aku membeli banyak mainan, Yah!" ujar Abang Kura-Kura.

"Lalu, bagaimana perasaanmu sekarang, Abang?" tanya Ayah Kura-Kura.

"Hmm.. Aku sudah bosan dengan mainanku, Yah. Aku ingin beli yang lain lagi, deh. Tapi... uangnya sudah habis...." keluh Abang Kura-Kura.

Ayah Kura-Kura tersenyum. Kemudian ia menanyakan hal yang sama kepada Kakak Kura-Kura.

"Sejujurnya, setelah aku menabung semua uang itu, aku merasa kecewa Yah... Aku berharap bisa menikmati uang sebanyak itu seperti Abang, tapi, rasanya sayang. Duh, aku bingung, Yah!" Kakak Kura-Kura mencurahkan isi hatinya.

Ayah Kura-Kura menepuk-nepuk punggung Kakak Kura-Kura, lalu ia beralih kepada si bungsu.

"Aku memberikan uang itu kepada kakek yang kutemui di jalan, Yah. Ia terlihat kelaparan, letih, dan tidak terawat. Setelah memberikannya uang itu, aku bahagiaaa sekali."

"Wah, mulia sekali hatimu, Nak!" seru Ayah Kura-Kura bangga.

"Nah" lanjut Ayah Kura-Kura lagi,"Tahu tidak, mengapa Ayah memberikan tugas ini kepada kalian bertiga?" Ketiga anak kura-kura menggelengkan kepalanya. "Ayah ingin kalian merasakan bagaimana mudahnya menghabiskan uang banyak, dan merasakan betapa susahnya mengumpulkan uang yang sama banyaknya."

"Ketika kita memiliki sejumlah uang, hal yang bisa kita lakukan ada tiga: menggunakannya untuk memenuhi keinginan kita, sebagaimana yang dilakukan oleh Abang; menabung atau menginvestasikannya untuk digunakan di kemudian hari, sebagaimana yang dilakukan oleh Kakak; dan menyedekahkannya sebagaimana yang dilakukan oleh Adik. Sebenarnya kita tidak perlu menggunakan sekaligus seluruh uang tersebut untuk salah satu pilihan tadi. Kita bisa membagi-baginya sehingga kita bisa melakukan seluruh pilihan tersebut. Jadi, kamu bisa memberikan penghargaan kepada diri sendiri dengan membeli barang yang kita inginkan, merasa aman akan masa depan dengan menabung, serta merasa bahagia dengan memberikan sebagian uang ke orang-orang yang membutuhkan. Bagilah dengan bijaksana".

Ketiga anak kura-kura mengangguk-angguk paham. Mulai saat itu, mereka pun berjanji akan mengatur uang yang mereka miliki dengan sebaik mungkin.

---

Sofie tampak menyimak sekali cerita saya ini. Suami saya pun sampai memuji, cerita saya hebat. Hihihi... Kemudian kami pun terlelap.


#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini (Game Bunsay 8-1)

April 30, 2019 0 Comments
Sumber: Google




Topik pada tantangan kali ini merupakan hal yang saya tunggu-tunggu, karena berkaitan dengan perencanaan keuangan, salah satu hobi saya. Hehehe...Nah, bedanya, yang ini bukan fokus ke tips perencanaan keuangan bagi bundanya anak-anak (sebagaimana yang saya harapkan), melainkan fokus ke melatih kesadaran keuangan untuk anak.


Oke, kalau bicara soal pengenalan soal uang ke anak, sejauh ini yang bisa saya ceritakan belumlah banyak. Setelah membaca diskusi para bunda di Google Classroom dan ngobrol dengan beberapa senior parenting (Miss Yuli dan Uni Yeni, ex-Leader dan Leader IP Padang) mengenai topik ini, ternyata banyak hal yang sudah seharusnya bisa saya lakukan, seperti mengajak anak ke warung untuk berbelanja, lalu mengenalkan bahwa semua barang jualan punya harga, dan mengenalkan yang namanya uang kembalian. Meskipun baru tahu, syukurnya usia anak saya yang 3 tahun lewat 4 bulan ini kabarnya belum terlambat buat diajak mengenali ini semua.

Hari ini, Sofie meminta saya berbelanja ke Pusat Buah, mini market favoritnya. Sofie menyebut mini market ini sebagai "Toko Apel" karena logonya yang berbentuk buah apel besar. Toko ini berlokasi di Jalan Parak Pisang, berjarak hanya sekitar 1,5 km dari rumah.Apa yang menarik dari toko ini? Waah... Buat saya yang sering ketemu produk masakan aneh-aneh selama dulu tinggal di Jakarta, inilah satu-satunya toko terdekat tempat saya bisa menemukan produk-produk serupa, seperti kaldu jamur, cream cheese, stroberi, paprika, jamur, tofu, hingga daging salmon beku! Meskipun yang saya sebut terakhir ini cuma kelihatan satu kali di toko, mungkin gak banyak pembelinya ya, jadi rugi deh si toko. Makanya engga dijual lagi di sana. Daging cincang saja nih, yang belum pernah saya lihat dijual di sini. Padahal itu pertolongan banget buat ibu-ibu yang gak punya penggiling daging kayak saya. Berharap banget dibaca sama pemilik Pusat Buah Padang yak... Hahaha.....

Kembali ke cerita awal, Sofie minta saya ke sana karena mau beli cemilan. Biasanya, saya membolehkan Sofie seminggu sekali belanja cemilan. Setiap Sofie masuk, dia selalu dihadapkan sama produk snack kebencian sejuta emak... Apa lagi kalau bukan, Kinder Joy! Si telur cokelat ini meskipun porsinya hanya sekali suapan saja, tapi harganya bisa mencapai Rp 16.000 sebutir! ..dan yang paling disukai oleh anak-anak itu ya apalagi kalau bukan surprise toys yang selalu ada di dalamnya. Gimana engga jadi produk kebencian sejuta emak, 'kan? 😆

Sofie meminta telur cokelat ini begitu masuk toko. Namun seperti biasa, saya selalu menekankan kalau beli telur cokelat alias Kinder Joy itu cuma bisa sekali sebulan. Kemudian dia tertarik sama cokelat Cha-Cha, permen Nano-Nano Milky, es krim Rainbow Power, Yupi, marshmallow... Hahaha... Akhirnya, seperti biasanya, saya tegaskan kepadanya kalau setiap belanja, dia cuma boleh pilih satu macam cemilan. Pada akhirnya yang jadi juara selalulah es krim dan Sofie alhamdulillah selalu puas dengan konsep satu cemilan itu.


#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial