Cincopa Gallery

...
Tampilkan postingan dengan label hobi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hobi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 April 2017

Misi Baru, Wardrobe Detox

April 28, 2017 0 Comments
Kalau saat ini orang-orang banyak yang tertarik mencoba resep minuman yang bisa mendetoks pencernaan, saya justru sedang gemar melakukan detoks isi lemari baju saya... istilah kerennya, wardrobe detox ;)

Hasil gambar untuk wardrobe rapi


Bunda sering menemukan masalah lemari baju yang serupa dengan saya, tidak? Pertama, lemari penuh, sampai harus membeli lemari baju lagi untuk menempatkan pakaian seluruh anggota keluarga beserta perlengkapan rumah dari kain lainnya seperti handuk, selimut, keset, seprei, sarung bantal dan guling, taplak meja, bedong bayi, dan kain-kain lap. Kedua, meskipun sebenarnya koleksi baju kita banyak, tapi yang dipakai itu-itu saja! Banyak alasan kenapa model pakaian yang lain jarang atau bahkan hampir tidak pernah dipakai... Mulai dari karena sebenarnya modelnya tidak cocok di tubuh kita, bahannya tidak nyaman dipakai, kesempitan, terlalu lapar mata saat beli, eh ternyata ketika barangnya sampai di tangan, tidak sebagus dugaan kita, sampai pada alasan... belum ada momen yang tepat untuk memakainya. Yang nyengir, yang nyengir, hayo... ngakuu... hahaha.... Alhasil menumpuklah semua pakaian di lemari.

Nah, semenjak lingkar badan tidak lagi selangsing dulu 😜 dan kondisi saya yang gampang tergoda dengan baju-baju yang dijual online ...hiks... padahal setiap saya belanja cukup banyak baju baru, pasti banyak juga baju lama yang saya keluarkan untuk disumbangkan ke penerima yang membutuhkan.. tapi isi lemari masih tidak juga berkurang, saya akhirnya memutuskan untuk detoksifikasi isi lemari. Bagaimana caranya? Silakan simak dan coba praktikkan ya, Bun? 😉

Pertama, saya membuat daftar kategori pakaian. Kategori pakaian yang saya buat adalah: (1) baju rumah harian (berupa kaos lengan pendek untuk kondisi santai, serta cardigan dan blus lengan panjang untuk kondisi menerima tamu atau mau ke warung); (2) baju tidur (yang berupa daster); (3) baju pesta (berupa baju stelan atas-bawah atau dress); (4) baju keluar untuk kerja (berupa blazer dan dalamannya serta tunik), (5) baju keluar untuk main (tunik, blus, gamis, dan pakaian informal yang berupa stelan), sisanya adalah jilbab dan bawahan berupa celana dan rok panjang. 

Selanjutnya, saya menentukan berapa potong/stel pakaian yang saya butuhkan untuk setiap kategori tersebut. Hal ini saya sesuaikan dengan ragam aktivitas harian saya. Soal pakaian pesta, saya cukup mengalokasikan slot lemari untuk 3-4 stel baju karena undangan pesta jarang banget. Biarpun jarang, kalau baju ke pesta itu lagi-itu lagi, kadang ngga enak juga ya sama teman yang ngelihat... haloo memangnya ada ya, yang hapal sama baju kita? Ya tapi, namanya perempuan, pasti sensitif soal bagaimana pendapat orang lain gitu dehh 😆😆 Lalu, soal pakaian kerja, saya sediakan hanya untuk 6-7 stel di luar seragam kampus. Jadwal saya ke kampus paling tidak seminggu ada 2-3 kali. Kalau ada 6 stel saja, setidaknya saya akan pakai pakaian yang sama minimal dalam rentang waktu 2 minggu. Amaan 😤 Selanjutnya, pakaian main saya juga sediakan 6-7 stel. Saya termasuk jarang pergi ke luar di hari kerja. Paling sering ya di akhir pekan saat mau jalan-jalan sama suami. Tapi ini juga biasanya hanya pergi cari makanan take away atau olahraga ringan. Kami hampir tidak pernah pergi ke mall atau sekedar makan ke restoran. Nasib, nikah sama anak rumahan... 🙍 Jadi pakaian jalan yang wow banget gitu jarang saya pakai. Jumlah 6-7 stel saya rasa masih cocoklah buat gaya hidup saya. Lalu mengenai baju rumah sendiri seperti daster dan kaos lengan pendek tidak saya batasi karena ini di Padang, Bun. Masak ke dapur aja berkeringatnya sampai harus ganti baju lagi. Sementara untuk baju rumah yang berupa blus lengan panjang, saya cukupkan 4-5 potong saja selain karena terima tamu dan ke warung jarang, saya juga masih punya 3 potong cardigan sebagai luaran baju kaos lengan pendek saya jika diperlukan. Untuk bawahan dan jilbab sendiri tidak saya batasi kuotanya karena tidak makan banyak tempat di dalam lemari.

Langkah ketiga, saya tinggal memilah baju sesuai dengan kategori dan kuota yang sudah saya tentukan. Ini yang butuh waktu lama, bahkan sampai habis dua hari. Bisa lebih sebenarnya kalau saya lanjutkan dengan memilah jilbab. Dalam tahap ini, saya juga menyingkirkan pakaian yang memang sudah tidak layak lagi untuk dipakai, sempit, bahannya tidak nyaman, tidak ada padanannya, dan yang memang jarang sekali saya pakai. Baju yang masih mungkin saya pakai saya simpan ke dalam plastik besar, lalu saya taruh di gudang. Sementara baju yang tidak mungkin lagi dipakai ada yang saya buang dan ada yang saya sumbangkan. Ngga digarsel, Bun? Engga 😅 saya kok ngerasa pakaian bekas itu tidak layak digarsel ya... Lebih baik sumbangkan atau belikan yang baru buat orang lain. 

Terakhir, susun kembali seluruh pakaian yang lolos seleksi ke dalam lemari. Waah, dijamin, semakin lapang isi lemari baju kita... dan siap untuk diisi kembali... eh. Sekarang, setiap akan berangkat kerja, saya tidak pernah lagi bingung mau pakai baju yang mana. Karena jadwal pakai tiap baju sudah ada 😄 Horeee!

Misi saya selanjutnya, setelah sukses dengan wardrobe detox ini adalah... shopping detox 😎

Sabtu, 08 April 2017

Kokedama, Alternatif Tanaman Hias di Rumah

April 08, 2017 1 Comments
Pagi ini, waktu masuk kamar dan sekilas melihat tayangan televisi, ada ulasan singkat tentang kokedama yang menahan saya. Bunda-Bunda sudah tahu belum apa itu kokedama? Kalau hidroponik adalah sebuah teknik bertanam dengan menggunakan media air, kokedama ini adalah teknik bertanam dengan sabut kelapa (di beberapa sumber dikatakan bahwa medianya adalah lumut). Tetap ada tanah di dalamnya yang biasanya dibentuk bulat seperti bola. Tanaman yang akarnya sudah diselimuti tanah ini lalu dibungkus dengan sabut kelapa atau pembungkus khusus yang kemudian akan ditempeli lumut. Kokedama bisa dipajang langsung di atas rak/meja atau digantung menjadi tanaman penghias ruangan.

Hasil gambar untuk kebun kokedama sabut kelapa
Gambar dari sini

Asal mula kemunculan kokedama adalah anjuran pemerintah Jepang supaya setiap warga memiliki kebun tanaman. Namun karena terbatasnya lahan untuk bertanam, maka warga Jepang mengakalinya dengan menggunakan media tanam yang bisa dipakai di lahan sempit seperti ini. Di sana pun ada mitos yang mengatakan bila sampai ada tanaman yang mati di sebuah rumah, maka akan hilang pula rezeki penghuni rumah tersebut. Ini juga menjadi penyebab kokedama maupun teknik bertanam lain marak dilakukan oleh warga setempat. There's no reason to not go green.

Karena dipajang di dalam ruangan, maka tanaman yang bisa tumbuh di kokedama ini adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak sinar matahari. Perawatannya pun cukup mudah, Bunda. Kita hanya perlu merendamnya dalam air beberapa menit sekali dalam tiga-empat hari. Simpel sekali ya, cocok nih buat Bunda yang tidak rajin menyiram bunga setiap hari seperti saya :D