Cincopa Gallery

...

Minggu, 31 Maret 2019

Semua Anak adalah Bintang (Game Bunsay 7-3)

Maret 31, 2019 0 Comments

.
Sofie : "Syucu.. Syucu.. Syucu.. Bam-be-ra-nii... Syucu.. Syucu.. Syucu.. Bam-be-raa-nii..."
.
Teng-tong-teng-tong..
.
Malam ini, selagi asyik menikmati nyanyian lagu Upin Ipin versi Sofie--yang liriknya engga jelas dan iramanya engga cocok sama petikan ukulelenya--saya mencoba bertanya ke Sofie...
.
Bundo : "Sofie, mata Sofie berubah jadi hati kalau lagi ngapain? ...Main ukulele?"
Sofie : "Enggak"
Bundo : "Lho, terus apa, dong? ...lompat-lompatan, yaa?"
Sofie : "Lompat-lompat di trampoliin!"
Bundo : "Kalau nyanyi dan nari?"
Sofie : "Iyaa!"
.
Sifat Sofie yang ekspresif dan ekstrovert sebenarnya memudahkan saya untuk mengetahui kapan dia terlihat berbinar dan kapan tidak. Beberapa di antaranya adalah ketika bermain bersama saya, menonton bersama saya, masak bersama saya, solat bersama saya, tidur bersama saya, jalan-jalan bersama saya... Apa pun bersama Bundonya, deh! Hehehe... Tapi kalau aktivitas favoritnya yang tidak berkaitan dengan saya, yang paling kelihatan adalah ketika ia bermain dengan sepupu atau om-om kecilnya, menyanyi, divideokan, berceloteh, bercerita panjang lebar dengan orang-orang yang baru ditemuinya, dan jadi pusat perhatian orang banyak. Bakat entertainernya sudah terlihat jelas sedari bayi.
.
.
Nah, kembali lagi ke proyek membuat jus. Hari ini Sofie saya ajak membuat jus semangka bersama. Awalnya saya membeli buah semangka karena ingin membuatkan jus warna merah untuk Sofie. Waktu saya katakan untuk membuat jus warna merah, eh, Sofie sendiri justru ingin menyampurnya dengan warna putih supaya jusnya berubah jadi warna pink.
.
Bundo : "Kalau mau dicampur sama warna putih, Bundo punya apel nih, sama susu... Mau yang mana? ...apel aja, ya? ...eh, tapi, apel itu kalau dijus berubah jadi coklat, ding! Campur yoghurt aja, yuk!"
Sofie : "Sofie 'kan punya susu beruang, Ndo"
Bundo : "Ooh iya yaa.. Ada susu beruang. Oke deeh"
.
Kemudian begitu semua perlengkapan sudah siap... Saya belahlah si buah semangka berwarna hijau pekat itu... Sreett... Lho?! Kok malah isinya berwarna kuning??
.
Bundo : "Yaah, Sofie... Semangkanya bukan merah, malahan kuning....! Labelnya bohong nih..."
Sofie : "Sofie mau! Sofie suka semangka warna kuning! Kayak di google ya"
.
Akhirnya kami pakai saja semangka kuning itu. Sambil menyiapkan jus, Sofie bercerita kalau ia menemukan gambar semangka berwarna merah, kuning, biru, hijau, ungu, ...bahkan hitam di google... Yang bener aja... Saya geleng-geleng kepala.
.
Akhirnya jus semangka susu pun jadi... Rasanya... Hmm, yummyyyy~❤
.
.
Aktivitas Sofie yang terlihat sangat ia sukai hari ini adalah berceloteh, menjelaskan hal yang ia ketahui kepada saya. Dalam bahasa Pandu 45-nya adalah kegiatan "mengkomunikasikan" yang merupakan kegiatan berdasarkan sifat atau peran.
.
.
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Sabtu, 30 Maret 2019

Semua Anak adalah Bintang (Game Bunsay 7-2)

Maret 30, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk cuci piring anak.
.
Kemarin saya memutuskan untuk melakukan proyek membuat jus setiap hari bersama Sofie. Karena kebetulan sedang tidak ada stok buah di rumah, maka rencana hari ini adalah belanja buah-buahannya dulu di toko Pusat Buah yang berada tidak terlalu jauh dari rumah. Sayangnya kita tidak melanjutkan rencana membuat jus sesudah belanja... Hmm, biarlah mulai besok saja... Hehehe....
.
Jadi, hari ini apakah tidak ada aktivitas mendidik bareng Sofie yang bisa dilaporkan? ...tentu saja ada!
.
Biasanya, setiap akhir pekan saya dan suami suka order sarapan lewat go-food. Yaa... Inilah kesempatan buat jajan, yaa..  Namun karena saya ingat nasi di dalam magicom masih cukup banyak, dan pak suami doyan banget sama nasi goreng, maka saya berencana untuk memasak nasi goreng saja buat menu sarapan.
.
Setelah si kecil bangun tidur, saya ajak lagi ia ke dapur, untuk membantu saya masak nasi goreng. Waah... Matanya langsung berbinar-binar bahagia. Ia pun lompat turun dari kasur dengan semangat, ke kamar mandi sejenak untuk membersihkan diri, lalu menuju dapur bersama saya.
.
Selagi saya memotong-motong bawang dan bakso, Sofie saya beri tugas untuk mengocok telur.
.
 : "Sofie boleh masak, Ndo?"
.
Karena saya pikir masak nasi goreng tidak membutuhkan minyak banyak, yang khawatir bisa menyiprat ke muka, maka saya bolehkan ia ikut memasak.
.
Saya berikan Sofie spatula kayu panjang favoritnya, lalu saya berdirikan dia di samping kompor. Sementara saya berdiri di depan wajan. Kemudian kami mulai memasak.
.
Saya tuang sedikit minyak, irisan bawang merah dan putih, cabe giling, daun bawang, dan potongan bakso. Lalu saya beranjak sejenak mengambil kecap manis, kecap asin, minyak wijen, dan saus tiram untuk ditambahkan ke masakan. Sesudah itu saya masukkan segenggam toge sebagai sumber serat di masakan ini (yang ternyata bikin rasa akhirnya tidak seenak biasa ), kocokan telur, nasi putih, dan terakhir cacahan seledri. Selagi meracik, Sofie asyik mengaduk-aduk masakan dengan spatulanya sendiri.
.
 : "Bundo, Sofie suka masak.... Mata Sofie haatii... "
.
Iya kali, Nak, mata orang bisa berubah jadi bentuk hati  Korban kartun kamu, ya. Hehehe....
.
Selesai memasak, Sofie pun makan masakannya itu dengan lahaap.. Bahkan nambah sampai dua kali!
.
.
Nah, disamping aktivitas memasak tadi pagi, malam ini Sofie lagi-lagi membantu saya di dapur. Kali ini untuk mencuci piring.
.
 : "Bundo! Sofie mau cuci piring!"
.
Meskipun tangan dia sebenarnya belum cukup panjang untuk sampai ke keran wastafel, tapi ada lah beberapa kali saya ajak dia menemani saya menyuci piring.
.
 : "Sofie mau nyabunin apa mbilas lagi?"
 : "Dua-duanya!"
.
Oo... Ada perubahan. Sofie biasanya geli kalau tangannya terkena busa sabun cuci piring. Tapi hari ini ternyata ia malah memilih untuk menyabun juga selain sekedar membilas cucian.
.
Oke deh, akhirnya saya taruh kursi di depan wastafel sebagai tempat berdiri Sofie. Lalu saya ambilkan peralatan makan yang ringan untuk dicuci olehnya. Peralatan pertama yang saya ambil adalah mangkuk makan hijau kecil yang terbuat dari melamin.
.
 : "Sofie, itu Spongebob, lho!" (tunjuk saya ke arah sponge cuci warna kuning)
 : "Ha? Kok itu Spongebob?"
 : "Iya, Spongebob kan spons cuci piring warna kuning!"
.
Tapi Sofie tidak menjawab... Mungkin bingung sama kata-kata saya. Hahaha.... 
.
Selanjutnya, saya posisikan kedua tangannya di posisi yang benar. Tangan kiri untuk memegang mangkuk, sementara tangan kanan memegang spons. Sofie tertawa-tawa selagi melakukan aktivitas ini. Mungkin, dia masih geli sendiri sama busa sabunnya, ya?
.
Lama kelamaan yang dilakukan Sofie hanyalah membantu membilas saja. Membilas dengan gaya dia sendiri, yaitu membiarkan air membasahi peralatan, tanpa diusap-usap dengan tangannya. Hahaha.. Tugas sayalah yang selanjutnya membilas peralatan-peralatan tersebut sekali lagi sebelum akhirnya menyusun semuanya ke rak piring. Tapi sepanjang kegiatan ini, Sofie saya lihat tidak bosan-bosan. Dia malah selalu minta untuk ditambah lagi cuciannya.
.
.
Dari kedua kegitaan di atas, yang saya perhatikan aktivitas kesukaan Sofie masih sama dengan hari sebelumnya, yaitu aktivitas "melayani", dilihat dari segi peran, dan "memasak" dilihat dari segi panca indera.
.
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#Bintang Keluarga

Jumat, 29 Maret 2019

Semua Anak adalah Bintang (Game Bunsay 7-1)

Maret 29, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk milkshake 
.
Tugas pada tantangan kali ini adalah membuat sebuah proyek yang bisa mengeksplor aktivitas yang membuat mata anak berbinar.
.
Hmm... Meskipun bingung, tapi ada beberapa ide yang ingin saya terapkan untuk menjawab tantangan ini. Misalnya adalah proyek menguji coba kemampuan motorik anak usia 3 tahun berdasarkan panduan dari buku Tuntas Motorik.. Atau mengeksplor bakat anak berdasarkan panduan dari materi Pandu 45 garapannya Bu Septi yang terinspirasi dari Talent Mapping Abah Rama Royani. Sampai malam kemarin, saya masih menimbang-nimbang mau melakukan yang mana. Tapi, pagi hari ini, ide saya berubah seketika.
.
oxoxoxoxoxo
.
Seperti biasa, setiap pagi saya membuat milkshake spesial buat suami, yang terdiri dari campuran oat, susu kedelai, dan dua potong daging buah kurma. Nah, karena beberapa hari yang lalu si kecil Sofie (kini 3 tahun) pernah sekali meminta kepada saya untuk diperbolehkan membuat milkshake spesial ayah ini--dan saya perhatikan dia senang sekali melakukannya--maka, hari ini pun saya ajak kembali Sofie untuk membuat milkshake bersama.
.
 : "Sofie, udah bangun ya? Mau bikin milkshake buat ayah?"
 : "Mau!"
 : "Yok, turun sekarang. Kita ke dapur yaa"
.
Di dapur, saya letakkan kursi tinggi di depan kitchen set sebagai tempat berdiri Sofie. Lalu kami pun mulai meracik milkshake ayah bersama. Sofie mengambil dua sendok oat dan dua sendok susu kedelai bubuk, sementara saya memisahkan dua butir daging kurma dari bijinya.
.
Setelah saya isi gelas tersebut dengan air putih, saya masukkan hand blender ke dalamnya. Tangan Sofie serta merta mengambil posisi di gagang hand blender tersebut. Dengan aba-aba dari saya, kami bersama-sama menekan tombol pemutar mata pisau pada blender hingga milkshake pun jadi. Sofie kemudian mengantarkan sendiri gelas berisi milkshake tersebut perlahan-lahan ke kamar, tempat si ayah sedang sibuk bersiap-siap.
.
 : (sambil menggenggam gelas milkshake ayah) ...Sofie mau minum milkshake ayah...
 : Hahaha.. Minta izin sama ayah dulu, ya...
.
Setelah masuk kamar....
.
 : Ayah, milkshake ayah dibikinin sama Sofie lhoo. Sofie yang ngeracik sama ngeblendernya!
 : Eh iya?? Heebaat anak ayah!
 : Ayah, boleh Sofie minum milkshake Ayah?"
 : "Boleh. Minumlah, Nak!"
.
Tentu saja tidak saya biarkan jatah milkshake pak suami berkurang. Hehe.. Jadi saya buatkan segelas kecil milkshake lagi untuk Sofie. Di luar dugaan, meskipun tidak ludes, tapi ternyata cukup banyak yang diminum Sofie.
.
Sambil duduk-duduk di sofa depan setelah melepas suami pergi ke kantor, tiba-tiba saja ide melintas di benak saya.
.
 : "Sofie, gimana kalau selama 7 hari ke depan, Sofie ngeblender jus terus tiap pagi?"
 : "Mau mau" (anak ini setiap dikasih tawaran yang gak dia pahami, selalu jawab mau)
 : "Kita bikin itu proyek kita yaa.. Biar anak Bundo dapat gizi tiap hari (Iyes, karena pikiran saya yang suka bercabang sama pekerjaan saya di kampus, saya kurang telaten memperhatikan gizi anak ).
 : "Iya mau!" (saya gak yakin dia paham arti kata 'proyek' )
 : "Sofie mau bikin jus apa?"
 : "Mau jus warna-warni! Ada merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo, ungu!"
 : "Enggak Nak.. Satu-satu warna aja... Terakhir Bundo bikinin jus pelangi kan kamu malah cuma minum seteguk aja... Capek tau, bikinnya...
 : "Sofie mau warna-warni!"
 : "Gini aja, tiap hari kita bikin beda-beda warna, ya? Buat besok Sofie mau jus warna apa?"
 : "Biru!"
 : "Nak, buah warna biru itu ngga ada... " (dari sekian banyak warna, kenapa malah biru yang dia pilih ya.. Wkwk)
 : "Tapi di BabyBus ada"
 : "Iya, itu blueberry, yang cuma tumbuh di Inggris sayang. Kalau di sini ngga ada.... Warna lain, deh. Besok Sofie mau buah warna merah apa jingga apa kuning?"
 : "Mau merah..  Dan jingga... Dan kuning!"

.
Baiklah, karena saya yakin perdebatan ini tidak akan ada akhirnya, maka saya menyudahinya dengan berniat dalam hati untuk memberikan Sofie jus warna merah saja besok.
.
oxoxoxoxoxo
.
Jadi, dari aktivitas ringan hari ini, yang bisa saya tangkap adalah kesenangan Sofie saat diberikan kepercayaan untuk membuat milkshake ayahnya serta keinginannya untuk berpendapat dan teguh pada pendiriannya. Kalau dilihat dari panduan e-book Pandu 45, Sofie menunjukkan kesenangan dalam melakukan aktivitas "melayani" dari segi peran, dan "memasak" dari segi panca indera.
.
#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Rabu, 02 Januari 2019

Aliran Rasa Game Level 3

Januari 02, 2019 0 Comments
Setelah melakukan game level 3 dan membaca pembahasan reviewnya dalam diskusi kelas, saya menyadari bahwa aktivitas yang sudah saya lakukan masih jauuuhh sekali dari sempurna. Beberapa kekurangan yang saya temukan pada family project saya adalah:
(1) tidak melibatkan seluruh anggota keluarga (dalam hal ini suami) dengan semestinya,
(2) belum ada penetapan visi yang berdampak besar untuk keseluruhan keluarga, apalagi ke luar keluarga, dan
(3) proyek yang dilaksanakan berubah-ubah: membuat mainan DIY, senam, memasak, lalu kembali lagi ke senam 😞

Baiklaahh.... Tampaknya saya harus mendalami kembali dua tantangan sebelumnya supaya hasil latihan kelas Bunsay ini bisa maksimal. ✊


#GameLevel3 
#BundaSayang 
#IIP 
#KuliahBunsayIIP 
#Tantangan10Hari

Kamis, 27 September 2018

Aliran Rasa Game Level 1

September 27, 2018 0 Comments
Saat ini, saya kembali mengikuti kelas Bunda Sayang-nya Institut Ibu Profesional. Sebagai mahasiswa cuti, saya tidak perlu melaporkan ulang game yang sudah pernah saya lakukan. Sebaliknya, saya bisa melanjutkan nanti pada tahapan yang belum pernah saya ikuti.

Dalam mempraktikkan game level satu: komunikasi produktif ini, sampai sekarang masih naik-turun mood saya untuk melakukannya. Sangat diperlukan konsistensi dan penguatan kembali setiap saat. Di saat banyak kesibukan yang menyita waktu, bisa-bisa saya tidak ingat sama sekali dengan materi ini. Akhirnya sambil belajar kembali, saya buka dan baca lagi catatan lama saya ketika mempraktikannya. Aahh... Ternyata begini ya, saya setahun yang lalu. Penuh perjuangan dalam berkomunikasi dengan suami dan anak. Sayangnya masih tidak jauh berbeda dari sekarang. Masih ada pemicu, dan masih mudah direspon dengan amarah. Bedanya, pengalaman saya kini lebih bervariasi dari sebelumnya. Saya sudah lebih memahami dalam situasi bagaimana saya tidak bisa mengendalikan emosi saya, dan dalam situasi bagaimana suami ataupun anak tidak mau diajak berkompromi. Biasanya sih, karena masing-masing sama-sama capek dan atau terlalu lama melihat layar gadget. Jadi yang bisa saya lakukan seminimal mungkin adalah dengan mengurangi beban kerja saya sendiri, serta menemani anak lebih sering supaya screen time-nya berkurang.

Perjuangan seorang istri dan ibu dalam membangun rumah tangga memang tidak pernah mengenal kata berhenti, ya....

#aliran rasa
#komunikasi produktif
#kuliah bunsay IIP,

Senin, 11 Desember 2017

Sofie ke Dokter Gigi

Desember 11, 2017 0 Comments
Selama ini saya selalu bertanya-tanya, bagaimana seorang anak dapat merasa nyaman diperiksa giginya oleh dokter gigi, ya? Tempatnya serba steril begitu.. Ditambah lagi suara mesin peralatannya yang berisik saat dioperasikan. Orang dewasa saja cukup merasa "ngeri" berada di tempat praktik dokter gigi, apalagi anak kecil....

Pikiran-pikiran seperti itu sering membuat kebanyakan ibu menunda-nunda rencana memeriksakan gigi anaknya, bahkan gigi mereka sendiri. Namun beberapa hari yang lalu, dalam obrolan di salah satu whatsapp group yang saya ikuti, seorang teteh menceritakan betapa ia menyesal karena baru mengajak putrinya ke dokter gigi di usia empat tahun. Alhasil ia harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menambal enam gigi putrinya. Itu pun setelah melalui berkali-kali usaha untuk membujuk putrinya agar mau diperiksa giginya. Pada kedatangan yang kesekiankalinyalah, baru putri si teteh ini mau bekerja sama dengan sang dokter gigi. Syukurnya, sang dokter gigi bisa menyelesaikan proses menambal enam gigi dalam waktu satu jam.

Kebetulan di saat yang bersamaan, saya juga dalam proses mengajak Sofie ke dokter gigi. Saat itu kami sedang liburan sejenak di rumah orang tua saya. Dari kisah yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, mengenai bagaimana sulitnya saya membiasakan Sofie untuk mau sikat gigi, gigi si kecil Sofie sudah tampak tidak bagus lagi. Di sisi atas kedua gigi seri sebelah atas depannya, terlihat warna yang berbeda... Lebih putih dibandingkan warna asli giginya. Dan kalau dipegang, permukaannya juga berbeda... Lebih kesat dan menjorok ke dalam. Makanya di kesempatan liburan ini, saya ingin mengajak Sofie berkunjung ke dokter gigi di dekat rumah.

Dokter gigi yang kami kunjungi sebenarnya juga adalah salah seorang nenek Sofie, tepatnya tantenya suami saya. Tapi karena tinggal berbeda kota, Sofie merasa asing saat bertemu dengannya. Ketika sang tante memperlihatkan foto lucu Sofie yang disimpannya di telepon genggamnya, barulah Sofie mau sedikit lebih terbuka dengan nenek mudanya ini.

Di dalam ruang periksa, saya pangku Sofie di atas kursi periksa. Seperti dugaan saya, Sofie menutup erat mulutnya ketika diminta untuk membuka mulut. Alat penahan rongga mulut yang dipegang tante saya justru kemudian direbut Sofie dan dimainkan olehnya. Tante dokter gigi, di lain pihak, justru membiarkan Sofie bermain. Tante kemudian menghidupkan layar di atas kursi periksa dan mengajak Sofie melihat gambar giginya dari sana. Gambar itu terhubung dengan salah satu alat periksa yang ada kamera di dalamnya. Jadi kita bisa melihat secara live kondisi mulut kita saat itu.

Sofie mulai sedikit mau membuka mulutnya dengan cara ini. Tapi, ya, namanya anak-anak, alat periksa berkamera itu pun direbutnya lagi. Hahaha... Waktu si tante mencoba meminta Sofie untuk membuka mulutnya kembali, si kecil masih saja menolak. Akhirnya di sana tante dokter hanya menghabiskan waktu mengajak Sofie bermain peralatan dokter gigi lalu memandangi ikan-ikan yang berenang di akuarium kecil yang terletak di sana.

Hari berikutnya, kebetulan dilaksanakan arisan orang-orang sekampung ayah saya di rumah. Ayah saya berasal dari Rao-Rao, Batusangkar, salah satu kampung kecil di Sumatera Barat. Tidak banyak yang datang sih, mungkin karena kesibukan. Saya hitung setidaknya ada 15 peserta arisan yang hadir. Tante dokter gigi dan suaminya untungnya bisa meluangkan waktu untuk mengikuti acara ini. Nah di sinilah saya perhatikan Sofie mulai lebih merasa dekat dengan neneknya ini. Mungkin karena inilah, pada esok harinya ketika saya ingin mengajak Sofie bermain di ruangan dokter gigi neneknya lagi, Sofie jauuh lebih kooperatif.

Ya, alhamdulillah di kesempatan kedua mengunjungi tempat praktik dokter gigi, Sofie dengan senang hati mau giginya "ditangani" oleh tante. Awalnya saya datang sekedar dengan niat membiasakan Sofie dengan ruang dokter gigi lagi. Tidak ada harapan yang lebih daripada itu. Namun ternyata begitu diajak duduk di kursi periksa lagi, Sofie menuruti semua permintaan neneknya. Yeeayy...!
Pertama, si tante memasang sarung tangan berwarna pink di kedua tabgannya. Sofie yang tampak tertarik, dipasangkan juga dua sarung tangan berwarna sama. Wah Sofie terlihat senang sekali dengan aksesoris barunya itu. Tante lalu minta Sofie membuka mulutnya dan... Ajaib! Sofie menurut... Lalu plak di gigi Sofie dikikis... Hingga selesai!

Tak sampai lima menit kok. Dan tidak perlu menggunakan peralatan yang berbunyi berisik itu. Si tante sendiri paham, peralatan berisiknya hanya akan menakut-nakuti pasien yang masih kecil. Bahkan setelah sedikit mengobrol, ternyata sebenarnya kata tante saya sendiri bisa membersihkan plak di gigi Sofie dengan kasa. Hahaha.... Yah, tidak apa-apalah. Yang penting kini gigi Sofie sudah cantik kembali.

 

Mengenai plak ini sendiri, inilah yang menjadi bakal terbentuknya karang gigi. Ada teman yang memberitahukan info dari dokter giginya kalau kondisi liur di dalam mulut setiap orang berbeda-beda. Ada yang memiliki liur bersifat asam, yang mana dapat dengan mudah mengakibatkan gigi berlubang jika giginya tidak rutin dibersihkan. Sementara ada juga orang yang memiliki liur yang bersifat basa, yang mana inilah yang menjadi bakal plak dan karang gigi jika tidak rutin dibersihkan. Jadi sebaiknya memang kita rutin menyikat gigi dan memeriksa kesehatan gigi ke dokter gigi untuk menghindari masalah-masalah di kemudian hari.