Cincopa Gallery

...

Senin, 11 Desember 2017

Sofie ke Dokter Gigi

Desember 11, 2017 0 Comments
Selama ini saya selalu bertanya-tanya, bagaimana seorang anak dapat merasa nyaman diperiksa giginya oleh dokter gigi, ya? Tempatnya serba steril begitu.. Ditambah lagi suara mesin peralatannya yang berisik saat dioperasikan. Orang dewasa saja cukup merasa "ngeri" berada di tempat praktik dokter gigi, apalagi anak kecil....

Pikiran-pikiran seperti itu sering membuat kebanyakan ibu menunda-nunda rencana memeriksakan gigi anaknya, bahkan gigi mereka sendiri. Namun beberapa hari yang lalu, dalam obrolan di salah satu whatsapp group yang saya ikuti, seorang teteh menceritakan betapa ia menyesal karena baru mengajak putrinya ke dokter gigi di usia empat tahun. Alhasil ia harus rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menambal enam gigi putrinya. Itu pun setelah melalui berkali-kali usaha untuk membujuk putrinya agar mau diperiksa giginya. Pada kedatangan yang kesekiankalinyalah, baru putri si teteh ini mau bekerja sama dengan sang dokter gigi. Syukurnya, sang dokter gigi bisa menyelesaikan proses menambal enam gigi dalam waktu satu jam.

Kebetulan di saat yang bersamaan, saya juga dalam proses mengajak Sofie ke dokter gigi. Saat itu kami sedang liburan sejenak di rumah orang tua saya. Dari kisah yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, mengenai bagaimana sulitnya saya membiasakan Sofie untuk mau sikat gigi, gigi si kecil Sofie sudah tampak tidak bagus lagi. Di sisi atas kedua gigi seri sebelah atas depannya, terlihat warna yang berbeda... Lebih putih dibandingkan warna asli giginya. Dan kalau dipegang, permukaannya juga berbeda... Lebih kesat dan menjorok ke dalam. Makanya di kesempatan liburan ini, saya ingin mengajak Sofie berkunjung ke dokter gigi di dekat rumah.

Dokter gigi yang kami kunjungi sebenarnya juga adalah salah seorang nenek Sofie, tepatnya tantenya suami saya. Tapi karena tinggal berbeda kota, Sofie merasa asing saat bertemu dengannya. Ketika sang tante memperlihatkan foto lucu Sofie yang disimpannya di telepon genggamnya, barulah Sofie mau sedikit lebih terbuka dengan nenek mudanya ini.

Di dalam ruang periksa, saya pangku Sofie di atas kursi periksa. Seperti dugaan saya, Sofie menutup erat mulutnya ketika diminta untuk membuka mulut. Alat penahan rongga mulut yang dipegang tante saya justru kemudian direbut Sofie dan dimainkan olehnya. Tante dokter gigi, di lain pihak, justru membiarkan Sofie bermain. Tante kemudian menghidupkan layar di atas kursi periksa dan mengajak Sofie melihat gambar giginya dari sana. Gambar itu terhubung dengan salah satu alat periksa yang ada kamera di dalamnya. Jadi kita bisa melihat secara live kondisi mulut kita saat itu.

Sofie mulai sedikit mau membuka mulutnya dengan cara ini. Tapi, ya, namanya anak-anak, alat periksa berkamera itu pun direbutnya lagi. Hahaha... Waktu si tante mencoba meminta Sofie untuk membuka mulutnya kembali, si kecil masih saja menolak. Akhirnya di sana tante dokter hanya menghabiskan waktu mengajak Sofie bermain peralatan dokter gigi lalu memandangi ikan-ikan yang berenang di akuarium kecil yang terletak di sana.

Hari berikutnya, kebetulan dilaksanakan arisan orang-orang sekampung ayah saya di rumah. Ayah saya berasal dari Rao-Rao, Batusangkar, salah satu kampung kecil di Sumatera Barat. Tidak banyak yang datang sih, mungkin karena kesibukan. Saya hitung setidaknya ada 15 peserta arisan yang hadir. Tante dokter gigi dan suaminya untungnya bisa meluangkan waktu untuk mengikuti acara ini. Nah di sinilah saya perhatikan Sofie mulai lebih merasa dekat dengan neneknya ini. Mungkin karena inilah, pada esok harinya ketika saya ingin mengajak Sofie bermain di ruangan dokter gigi neneknya lagi, Sofie jauuh lebih kooperatif.

Ya, alhamdulillah di kesempatan kedua mengunjungi tempat praktik dokter gigi, Sofie dengan senang hati mau giginya "ditangani" oleh tante. Awalnya saya datang sekedar dengan niat membiasakan Sofie dengan ruang dokter gigi lagi. Tidak ada harapan yang lebih daripada itu. Namun ternyata begitu diajak duduk di kursi periksa lagi, Sofie menuruti semua permintaan neneknya. Yeeayy...!
Pertama, si tante memasang sarung tangan berwarna pink di kedua tabgannya. Sofie yang tampak tertarik, dipasangkan juga dua sarung tangan berwarna sama. Wah Sofie terlihat senang sekali dengan aksesoris barunya itu. Tante lalu minta Sofie membuka mulutnya dan... Ajaib! Sofie menurut... Lalu plak di gigi Sofie dikikis... Hingga selesai!

Tak sampai lima menit kok. Dan tidak perlu menggunakan peralatan yang berbunyi berisik itu. Si tante sendiri paham, peralatan berisiknya hanya akan menakut-nakuti pasien yang masih kecil. Bahkan setelah sedikit mengobrol, ternyata sebenarnya kata tante saya sendiri bisa membersihkan plak di gigi Sofie dengan kasa. Hahaha.... Yah, tidak apa-apalah. Yang penting kini gigi Sofie sudah cantik kembali.

 

Mengenai plak ini sendiri, inilah yang menjadi bakal terbentuknya karang gigi. Ada teman yang memberitahukan info dari dokter giginya kalau kondisi liur di dalam mulut setiap orang berbeda-beda. Ada yang memiliki liur bersifat asam, yang mana dapat dengan mudah mengakibatkan gigi berlubang jika giginya tidak rutin dibersihkan. Sementara ada juga orang yang memiliki liur yang bersifat basa, yang mana inilah yang menjadi bakal plak dan karang gigi jika tidak rutin dibersihkan. Jadi sebaiknya memang kita rutin menyikat gigi dan memeriksa kesehatan gigi ke dokter gigi untuk menghindari masalah-masalah di kemudian hari.

Minggu, 10 Desember 2017

Gosok Gigi yuk, Nak....

Desember 10, 2017 0 Comments
Seberapa kreatifkah Bunda dalam mengajak anak agar mau gosok gigi? 

Kalau saya sih, sayangnya baru menemukan bagaimana cara supaya si kecil mau gosok gigi dalam sebulan terakhir ini, yaitu menjelang anak berusia dua tahun. Telat banget yaa.... 

Sofie sudah saya kenalkan dengan sikat gigi sejak ia diberikan makanan pendamping ASI. Waktu itu sih jaraang sekali ia mau mulut mungilnya dimasukkan benda asing seperti sikat gigi. Jadi setiap saya perlihatkan sikat giginya, ia akan menutup rapat-rapat bibirnya. Bahkan saya sudah mencoba untuk menyikat gigi di hadapannya sampai berbusa-busa dan ia tersenyum-senyum geli... Namun usaha saya selalu berakhir dengan kegagalan. 

Respon lainnya, si kecil mau menyikat giginya, namun SENDIRI, tanpa saya bantu. Tapi ya namanya batita, gerakan menyikatnya hanya menekan-nekan. Tidak betul-betul membersihkan sisa makanan. Jadi saya harus pasrah dengan hasil kebersihan gigi Sofie yang apa adanya.

Tahapan selanjutnya adalah menghadapi hobi Sofie yang suka melempar-lempar benda, khususnya sikat gigi, ke lubang kloset.  Udah deh kalau begini, saya bisa marah besar atau bahkan pasrah. Pada waktu ini hampir tiap minggu saya belikan Sofie sikat gigi baru.

Tantangan lain yang saya hadapi adalah soal pasta gigi. Sofie tidak suka dengan pasta gigi selama berbulan-bulan lamanya. Begitu ia mengenal rasa buah-buahan, barulah ia mau mencoba pasta gigi yang berasa stroberi. Namun kekhawatiran saya berubah lagi... Si kecil bisa dengan senang hati menelan pasta gigi saat menyikat giginya. Aih... Ini sama halnya dengan mengajarkan berkumur. Syukur-syukur kalau airnya mau dia sembur... Kalau ditelan? Haduh, sudahlah... Bundo capek dengan ulahmu, nak....

Menjelang usia dua tahunnya kemarin, si kecil sempat sariawan dan demam selama seminggu. Gara-gara ini, ia pun menolak sikat gigi. Begitu sembuh, saya harus berjuang mulai dari awal lagi mengajaknya mau sikat gigi dengan benar, menggunakan pasta gigi, berkumur-bukan menelan, dan tidak melemparkan sikat giginya ke kloset.

Alhamdulillah tidak lama akhirnya Sofie mau juga. Sempat juga susah, karena suami saya membelikan Sofie sikat gigi Princess Anna Frozen yang berwarna ungu gelap. Kemudian saya coba belikan sendiri sikat gigi untuk Sofie yang bergagang agak transparan warna kuning kehijauan serta ada boneka kodoknya, barulah sejak saat itu ia selalu minta gosok gigi setiap mandi. Pfiuhhh....

Jika saya berhasil menggosok gigi Sofie dengan sempurna, saya akan merasa gembira sekali sampai terkadang mengajak si kecil untuk tos atas keberhasilan "kami". Tapi ya namanya hidup dengan si kecil, apa yang terjadi esok kita tak pernah tahu... Bisa saja hari ini berhasil, tapi besok gagal lagi. Life is like a roller coaster with her. Saya harus menyiapkan stok kesabaran ekstra setiap hari.

#pengalamanparenting
#kelasmenulisiip
#ibuprofesionalpadang
#minggu1desember

Minggu, 03 Desember 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-10)

Desember 03, 2017 0 Comments
Hari ini hari libur. Saya, suami, dan Sofie sedang berkumpul di ruang keluarga. Suami saya seperti biasa menghabiskan waktu membaca artikel dan komik di depan komputer. Saya dan Sofie kali ini bermain dengan uang koin yang biasa diletakkan suami di atas meja.

"Sofie, lihat nih, koinnya bisa muter lho"

Dengan satu jari saya tahan dan tekan sisi atas koin supaya ia bisa berdiri tegak. Lalu dengan tangan lainnya, saya jentikkan jari ke salah satu tepian koin dengan kuat sehingga si koin terlepas dan berputar layaknya gasing.

Sofie tertawa seru melihat koin berputar cepat. Saya juga ikut tertawa senang, mengingat permainan favorit saya ketika masih kecil ini.

Koin pun jatuh dan Sofie minta diulangi lagi. Maka saya ulangi kembali dengan koin yang lainnya. Setelah beberapa kali percobaan, saya menyadari kalau akan lebih stabil dan lebih lama putaran koinnya jika saya menggunakan koin 1000 dibandingkan dengan koin 500 perak karena pada koin 500 perak ini, tepiannya menebal. Semakin tipis tepiannya, semakin sedikit hambatannya (terutama dengan kondisi permukaan lantai yang tidak rata), maka akan semakin lama juga koin berputar.

Setiap kali koin berputar, Sofie suka sekali mendekat dan berusaha mengambil koinnya. Mungkin ia penasaran ya, bagaimana sensasi memegang gasing koin itu. Berulang kali pula saya bilang pada si kecil jika ia menyentuh koin yang sedang berputar, maka koinnya akan jatuh. Tapi ia tak peduli. Koin pun berkali-kali berhenti berputar sebelum waktunya. Hihihi...

Akhirnya tibalah saatnya Sofie mengambil si koin, lalu melemparkannya keras-keras ke lantai. Plentang!

Duh!

Plentang! Plentong!

Beberapa kali ia lakukan itu... Suara benturannya cukup mengganggu saya yang suka ketenangan ini.

Saya pun melihat sekeliling dan menemukan sejumput mainan lilin play-doh yang tergeletak di atas meja komputer. Saya ambil itu, lalu mengajak Sofie untuk memperhatikan apa yang saya buat.

Saya membuat sebentuk pipihan, lalu menempelkan sebuah koin di atasnya, terakhir membuat lagi pipihan lilin di atas koin, lalu membungkus total seluruh sisi koin dengan lilin tersebut.

"Nah, sekarang coba ini yang Sofie lempar" ucap saya sambil menyerahkan koin yang terbungkus lilin tersebut.

Dug!

Koinnya kini tidak memantul di lantai. Melainkan langsung terbaring diam begitu berbenturan dengan lantai.

Dug! Dug!

Begitu pun dengan koin-koin selanjutnya.

Saya menyengir karena ide saya berhasil. Lalu saya jelaskan pada Sofie bahwa permukaan koin dan lilin itu berbeda. Yang satu keras, yang satu lembut, sehingga akan berbeda efeknya ketika masing-masing dilemparkan ke lantai.

Entahlah apakah Sofie paham, tapi saya tidak ambil pusing soal itu. Yang penting ada sedikit ilmu fisika dasar yang saya jelaskan kepadanya hari ini. Hihihi....

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Sabtu, 02 Desember 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-9)

Desember 02, 2017 0 Comments


Setelah lelah traveling seharian kemarin, saya berniat bermalas-malasan saja hari ini. Sarapan beli di luar, makan siang juga beli, hihihi.... Apalagi kondisi cuaca yang mendung dan sesekali hujan, duhh... Semakin nikmat deh buat bermalas-malasan hari ini...! Sampai tibalah di waktu menjelang tengah hari, saat si kecil masuk ke dalam kamar sembari membawa sekantong besar keripik kentang, buah tangan dari rumah sepupu di Bukittinggi.

"Bundoo... Bukak, bukak!"

Kebetulan, mulai hari ini saya memutuskan untuk mengurangi jatah menyusui si kecil yang dalam beberapa hari lagi akan beranjak 2 tahun. Dari waktu bangun tidur tadi, saya menolak menyusuinya ketika ia meminta. Saya gunakan alasan kalau PD saya sedang sakit karena kemarin seharian dan semalaman Sofie menyusui di mobil. Ternyata, si kecil cepat memahami, lho... dan tidak memaksa untuk menyusui. Oh, wow, taktik ini lebih sakti dibandingkan dengan mengatakan ke Sofie jauh-jauh hari soal rencana berhenti menyusuinya. Jadi, karena jatah menyusui Sofie sudah berkurang, saat ia meminta cemilan, saya terenyuh untuk mengizinkannya makan cemilan.

Masih sambil rebahan di kasur, saya buka simpul karet di kantong plastik isi keripik kentang dari Sofie. Lalu saya berikan kepadanya yang duduk manis menanti di bawah kasur. Sofie pun tertawa dan bergegas mengambil sekeping keripik.

Saya pun meminta tolong diambilkan satu keping, "Bundo minta dong!"

Sofie tak bergeming, ia asyik mengunyah sambil menyaksikan pantulan dirinya di cermin di hadapannya.

"Sofie, ambilin dong keripik kentangnya"

...Masih tidak menoleh.

Saya coba ganti lagi pilihan kata-kata saya, "Sofie, Bundo mau keripiknya satu..."

Mendengar kata 'bundo mau' barulah si kecil paham maksud ucapan saya. Hahaha... Perlahan tangan kecilnya masuk ke dalam plastik dan mengambil sekeping keripik... Lalu ia menyerahkannya ke saya.

"Makasiih..." seru saya.

"Ma-acih.." ucapnya membeo.

Dalam satu suap, keripik masuk ke dalam mulut saya, dan habis seketika.

"Bundo mau satu lagi doong"

Si kecil kembali mengambil satu keping keripik kentang, lalu menyerahkannya ke saya.

Otak saya langsung berjalan nih, mau menguji apakah Sofie paham dengan penjumlahan.

"Sofie, sekarang Bundo mau dua yaa"

Eh, tau-taunya dia mengambil satu keping... lalu satu keping lagi....

"Iya, iya bener, dua!" seru saya sambil menjulurkan tangan.

Sofie pun menyerahkan kedua keping keripik ke saya. Aamm... keripiknya tak lama lenyap saya lahap.

"Bundo mau dua lagi yaa..."

Hahaha... Saya yang usil ini sudah mendapatkan entah berapa keping sementara Sofie mungkin baru makan keping kedua.

Si kecil kembali mengambil satu, dan satu lagi keripik kentang untuk saya.

Saya pun asyik mengunyah si keripik kentang yang lezat itu, sambil berencana untuk menaikkan jumlah keping yang akan saya minta. Namun, di saat bersamaan, Sofie melihat gelang karet yang terjatuh tak jauh darinya.

"Ini? Ini?" tanyanya.

"Itu karet Sofie, buat ngikat. Bisa jadi gelang juga lho. Sini, sini..."

Sofie menyerahkan si karet kepada saya, lalu saya masukkan ke tangan kanannya. Eeh... dia ternyata suka! Dan kembali berkaca sambil menari-narikan tangannya.

Saya mulai lagi deh meminta keripik kentang, "Sofie, Bundo mau tiga dong keripiknya... Sofiee.... Sofieee?? ....Yaah...dia asyik sama gelangnya..." Hahaha...

Permintaan terakhir saya gagal karena si kecil lebih tertarik main dengan gelang barunya. Tak lama suami pun masuk kamar dan kegiatan ngemil kami berakhir.

Setidaknya hari ini saya jadi tahu kalau Sofie sudah memahami penjumlahan hingga bilangan dua.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Kamis, 30 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-8)

November 30, 2017 0 Comments
Hari ini hari menjemur baju~ Seperti biasa karena keterbatasan waktu dalam mengerjakan pekerjaan rumah, saya sudah mencuci pakaian di sore hari sebelumnya. Saya biasa membiarkan hasil cucian bermalam, baru menjemurnya di pagi hari berikutnya. 

Jadi pagi hari ini telah tersedia satu keranjang pakaian yang siap untuk dijemur. Tempat menjemur ada di lantai dua. Biasanya saya lebih senang menjemur sendiri saat si kecil sedang dititipkan ke rumah mertua di sebelah. Namun karena kali ini Sofie sedang berada di rumah, maka saya pun mengajak Sofie untuk menemani saya menjemur pakaian di lantai atas. 



Sambil menuntun Sofie naik ke atas, saya mengajaknya menghitung anak tangga. Sambil saya menyebutkan deretan bilangannya, Sofie sesekali menyahuti.

“Saatuu… Duuaa… Tiigaa…” demikian terus saya sebut satu per satu dengan keras hingga anak tangga kedua belas.

Ternyata jumlah anak tangga ini melebihi sepuluh, yang mana sepuluh ini selama ini menjadi bilangan terakhir yang dikenal oleh Sofie. Sofie jadi mempelajari dua bilangan baru, yaitu sebelas dan dua belas.

Menghitung anak tangga ini saya ulangi lagi ketika kami turun setelah selesai menjemur pakaian. Sambil mengenalkan bilangan sebelas dan dua belas pada Sofie, kegiatan ini juga bertujuan untuk meluruskan hitungan Sofie yang biasanya selalu melewatkan bilangan empat dan lima.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Rabu, 29 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-7)

November 29, 2017 0 Comments
Pagi ini, saya dan Sofie memainkan mainan cincin susun Sofie di ruang tamu. Cincinnya sebenarnya tidak seukuran cincin jari, tetapi besar, dengan beragam ukuran diameter. Cara mainnya adalah dengan menyusunnya dari yang paling besar di bagian dasar, terus susun ke atas hingga ukuran yang paling kecil. Namun cara bermain Sofie biasanya berbeda. Dia hampir tidak pernah menyusunnya berdasarkan ukuran, melainkan mengambilnya, lalu memasukkannya ke tangan ibarat gelang. Kemudian, ia akan menari-narikan kedua tangannya sembari tertawa.

Sofie memasukkan 3 buah gelang ke pergelangan tangan kanannya. Warnanya biru, kuning, dan oranye.

“Ada berapa tuh gelang Sofie?” tanya saya. “Satu… Dua… Tiga….” lanjut saya menghitung. “Warnanya ada biru… kuning… sama oren”.

“Nah gimana kalau yang hijau? Muat gak di tangan Sofie?”

Saya ambilkan Sofie gelang terkecil yang berwarna hijau. Sofie melepaskan ketiga gelang di tangannya, lalu berusaha memasukkan tangannya ke lubang di gelang… namun tidak bisa masuk.

“Ooh, gak bisa yaa…. Itu berarti gelangnya kekecilan, jadi gak muat di tangan Sofie”, jelas saya.

“Coba kalau yang ini?” saya sodorkan ia gelang terkecil kedua yang berwarna kuning kehijauan.

Ternyata sama, tidak muat juga. Maka saya jelaskan kembali kalau ukurannya kekecilan. Kalau kekecilan maka tidak bisa masuk, kalau kegedean barulah bisa masuk menjadi gelang tangan.

Begitulah aktivitas bermain dengan matematika logis saya dan si kecil hari ini. Masih dominan saya bicara satu arah ya? Hehe… Saya harap si kecil memahaminya meskipun ia belum bisa menyahuti perkataan saya.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Selasa, 28 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-6)

November 28, 2017 0 Comments
Hari ini, sambil bermalas-malasan di atas kasur bersama Sofie (23 bulan), saya mengambil sejumput lilin play-doh Sofie yang berwarna kuning. Kebetulan Sofie sedang gemar memainkan lilinnya itu beberapa hari terakhir, jadi lilin-lilin play-doh beserta beragam bentuk cetakannya berserakan di lantai kamar tidur kami.

Sambil menyusui si kecil, saya bentuk lilin tersebut menjadi bentuk segitiga kecil.

“Ini nih, bentuk segitiga namanya”, ujar saya ke si kecil.

Lalu saya ubah lagi bentuknya menjadi persegi.

“Kalau ini, persegi nak... Ada empat sisinya.”

Terakhir, saya ubah menjadi bentuk lingkaran.... “Kalau ini, lingkaran.”

Sofie diam saja karena sambil asyik menyusui. Tapi matanya terlihat menyimak dengan baik.

Begitulah aktivitas matematika logis yang saya lakukan bersama si kecil hari ini.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Senin, 27 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-5)

November 27, 2017 0 Comments
Di usianya yang menjelang dua tahun, saya membelikan Sofie sebuah mainan menyocokkan benda dengan lubangnya. Bentuknya adalah sebuah wadah besar yang di atasnya terdapat lubang dengan beragam bentuk. Ada lubang berbentuk lingkaran, oval, persegi, segitiga, segi enam, hingga bunga dan bintang. Total terdapat 8 macam lubang. Bersamaan dengan itu, disediakan pula balok plastik kecil sesuai dengan kedelapan bentuk lubang. Ya, cara bermainnya adalah dengan memasukkan balok plastic ke dalam wadah melalui lubang yang tepat.

Saat pertama kali mencoba mainan ini, Sofie hanya dapat memasukkan yang berbentuk lingkaran dan oval karena memang itu yang paling mudah, tidak banyak sisinya. Di percobaan ketiga, kemampuannya jauh lebih baik. Ia sudah bisa menemukan lubang yang tepat untuk setiap balok, namun masih belum bisa memasukkan sendiri seluruhnya. Umumnya Sofie ingin memasukkan balok dalam keadaan miring. Ia belum paham kalau kemiringannya tidak pas, justru balok tetap tidak akan bisa masuk. Yang saya sukai adalah saat Sofie berpikir sambil bergumam. “Eenggg.... Eeengggg...” gumamnya sambil mencari mana lubang yang pas untuk balok yang sedang ia pegang. Hihihi... Lucu saja melihat anak sekecil itu sudah berusaha berpikir keras memecahkan teka-teki.

Hari ini, kembali Sofie memainkan permainan mencocokkan benda ini. 

“Buka, buka,” kata Sofie meminta saya membuka tutup wadah.

Saya bukakanlah wadah tersebut lalu mengeluarkan kedelapan balok. Sofie pun mengambil  satu yang berbentuk lingkaran, favoritnya. Dia mendorong-dorong balok tersebut ke atas lubang lingkaran juga, namun tidak pas.

“Iyaaa...!” seru saya memberi kode kalau lubang pilihannya sudah pas. Eeh... Ternyata si kecil malah menggeser balok yang ia pegang, ke atas lubang berbentuk segi enam.

“Enggaaak...!” seru saya dengan nada kecewa.

“Iyaaa....!” seru saya lagi ketika Sofie menggeser tangannya ke atas lubang lingkaran.

“Enggaaaaak....!”

Dan... Plung! Sofie malah menjatuhkan balok lingkaran itu melalui lubang segi enam.

“Yaaahh.... Kok gitu...” keluh saya, baru tahu juga kalau ternyata balok lingkaran muat masuk ke balok segi enam tersebut. Hihihi.... Si kecil saya perhatikan malah terlihat puas. Oh, baiklah, ternyata dia senang mengerjai ibunya.

Sofie lalu mengambil balok lain, dan berusaha memasukkan melalui lubang yang lain. Terkadang lubang yang dipilihnya benar, terkadang tidak. Terkadang berhasil masuk sendiri, terkadang saya bantu.

Begitulah kegiatan bermain sambil belajar matematika logis bersama Sofie hari ini. Saya rasa meskipun masih butuh dibantu, tapi Sofie sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa. Semoga kamu tumbuh ceria terus seperti ini ya, Nak!

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Minggu, 26 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-4)

November 26, 2017 0 Comments




“Ni sampo ayah”


“Ni gosok gigi bundo”

“Ni gosok gigi Copi”

“Ni baju ayah”

“Ni baju bundo”

“Ni baju Copi”

Sofie senang sekali menyebutkan nama pemilik barang-barang yang bertebaran di sekelilingnya. Menyebutkan mana sikat gigi miliknya, mana milik ayah, mana milik bundo, serta baju miliknya, ayah, dan bundo. Begituu terus sampai saya bosan mendengarnya. Hahaha....

Nah, kalau tiba waktunya makan, beda lagi. Saya biasanya mengajak makan Sofie bersamaan dengan saat saya makan. Jadi saya langsung menyiapkan dua piring/mangkuk sekaligus. Satu yang besar untuk saya, dan satu yang kecil untuk si kecil. Biasanya ketika saya sedang membawa kedua piring/mangkuk itulah Sofie suka menyeletuk, “Ni Copi, ni bundo!” sambil menunjuk mangkuk kecil untuknya dan mangkuk besar untuk saya.

Pernah sekali, hari ini tepatnya, ia salah menyebutkan karena posisi mangkuk saat itu ada di atas meja dapur sehingga ia tidak benar-benar melihatnya secara keseluruhan. Yang besar ia sebutkan miliknya sementara yang kecil ia sebutkan milik saya. Saya pikir karena menunya hari ini adalah mie instan. Hihihi... Mungkin Sofie lagi menginginkan porsi yang paling banyak. Namun begitu mangkuk saya bawa ke hadapannya, barulah ia meralatnya. Mangkuk yang besar disebutkannya untuk saya, sementara yang kecil barulah untuk dirinya.

Saya suka tersenyum sendiri kalau mendengar Sofie berkata demikian. Artinya ia sudah mengetahui konsep kepemilikan serta menyadari bedanya ukuran besar dan kecil.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Sabtu, 25 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-3)

November 25, 2017 0 Comments


Belakangan Sofie cenderung murung dan tidak bersemangat. Ini mungkin karena di rumah kami habis bergantian bed rest akibat faktor cuaca yang tidak baik. Untuk meningkatkan semangatnya, saya pun mengajak si kecil untuk bernyanyi.

Ada sebuah lagu berhitung 1-10 yang kami sukai. Saya memperolehnya dari salah satu video lagu anak di youtube. Lagunya unik karena nadanya ceria serta di bagian akhirnya terdapat sedikit bagian yang seperti bersilat lidah jika kita nyanyikan. Karena unik itulah saya jadi suka menyanyikannya.

“Satu, dua, tiga, empat”
“Liima, enam, tujuh, delapan”
“Sembiilaaan, seeeepuluh”
“Satu dua tiga, empat-lima-enam-tujuh-d’lapan-sembilaan, s’puluh”

Saya ulangi kembali satu hingga dua kali lagi. Sofie mengikuti sambil menyahut bilangan selanjutnya yang akan saya sebut. Lucunya, ia suka sekali melewati bagian bilangan empat dan lima, lalu langsung saja menyebutkan bilangan enam hingga sepuluh. Mungkin karena empat dan enam hampir mirip, ya. Hihihi.... Yang penting, setelah bernyanyi bersama ini raut muka Sofie terlihat lebih ceria.


#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus
 



Jumat, 24 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-2)

November 24, 2017 0 Comments
Salah satu kebiasaan si kecil Sofie yang suka bikin suami geleng-geleng kepala adalah mengambil barang dari ruang mana pun, membawanya ke seantero rumah, lalu meninggalkannya di ruangan mana pun yang bukan merupakan tempat asalnya. Dan dasar sayanya pemalas, saya tidak mau ambil pusing mengembalikan barang tersebut ke tempatnya sampai malam hari, saat suami pulang kerja.
Seperti kali ini, cangkir beras yang biasanya ada di dapur, ditemukan suami ada di dalam kamar mandi. Ajaib! Hehehe.... Cangkir beras ini sudah beberapa hari ada di kamar mandi karena tidak saya kembalikan juga ke toples beras. Saya perhatikan Sofie suka sekali menggunakannya saat mandi untuk menampung air dari keran, lalu membuangnya begitu saja. Sesekali sih ia akan menumpahkannya ke perutnya layaknya gayung orang dewasa.

Ketika mandi hari ini, Sofie kembali meminta saya untuk membuka keran air. Begitu keran air saya buka sedikit, Sofie akan memegang cangkir beras di bawahnya lalu menampung air yang keluar. Kali ini, air hasil tampungan tidak ia buang ke lantai melainkan masuk ke dalam ember yang kebetulan juga sedang ada di dalam kamar mandi. Jadi lama kelamaan ember pun akan semakin penuh sehingga Sofie bisa menyemplung masuk ke dalamnya untuk berendam. Horee.... aktivitas matematika logis lain telah dialami oleh Sofie hari ini.






#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Kamis, 23 November 2017

Matematika di Sekitar Kita (Game Bunsay 6-1)

November 23, 2017 0 Comments
Sofie (23 bulan) memiliki kotak penyimpanan mainannya sendiri. Kotak transparan besar bertutup warna biru. Saya meletakkannya di ruang makan. Jadi, setiap si kecil melewati ruang makan dan melihat kotak mainannya, ia pasti akan membuka dan mengambil dua-tiga mainan dari kotak tersebut.

Salah satu mainan yang selalu menjadi incaran Sofie adalah board game 3in1 yang saya beli di Gramedia beberapa tahun lalu. Isinya ada permainan ular tangga, halma, dan ludo. Pada mainan ini terdapat bidak-bidak pion 4 warna: merah, kuning, hijau, dan biru serta 2 buah dadu. Si kecil Sofie paling suka meminta saya untuk mengeluarkan bidak-bidak ini dari dalam plastik lalu menyusunnya ke atas papan. Biasanya ia akan asal saja menempatkan tiap bidak ke atas papan, tapi belakangan ini, sejak Sofie mulai mengenal nama-nama warna, ia akan menyusunnya sesuai warna. Bidak yang berwarna merah, misalnya, akan diletakkan Sofie ke atas bagian alas yang berwarna merah. Bidak biru ke bagian alas biru, dan seterusnya. Terkadang Sofie akan menaruh satu bidak saja di setiap bagian alas yang berwarna, terkadang lebih dari satu. Aktivitas ini semakin menguatkan konsep warna sekaligus kemampuan matematis logis Sofie.

#tantangan10hari
#level6
#kuliahbunsayiip
#ilovemath
#matharoundus

Jumat, 10 November 2017

Game Bunsay 5-10

November 10, 2017 0 Comments
Hari ini rak buku yang saya idam-idamkan akhirnya tiba di rumah. Yeayyy! Buku berkardus-kardus yang sudah menanti selama seminggu lebih itu pun saya susun ke atas rak satu per satu sesuai dengan temanya. Selesai membereskan buku-buku tersebut akhirnya rumah saya bisa terasa lebih lapang. Hehehe... Alhamdulillah rak ini bisa memuat seluruh buku yang belum punya tempat penyimpanan di rumah ini.

Selesai berbenah, saya ajak si kecil melihat spot buku miliknya sendiri.

"Ini nih, buku-buku ceritanya Sofie... Nanti kalau Sofie mau baca, buku-bukunya Sofie di sini yaa..."

Si kecil pun langsung mengambil salah satu buku bantalnya, buku "Doaku Hari Ini". Dia suka sekali melihat gambar orang yang ada di sana, lalu menyebutkan satu per satu panggilan karakternya, seperti "Ayah", "Bundo", "Kakak", dan "Abang". Jadi saya hampiri si kecil dengna bukunya, lalu saya bacakan bacaan doa yang ada di tiap halamannya. Mulai dari doa bangun tidur, makan, selesai makan, mau tidur lagi, hingga doa untuk ibu dan bapak. Lucunya, sambil saya bacakan doa, Sofie mengikuti dengan menengadahkan kedua telapak tangannya layaknya kita berdoa. Hihihi....


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Game Bunsay 5-9

November 10, 2017 0 Comments
Beberapa hari ini hujan lebat turun di Padang. Umumnya terjadi setiap sore hari. Seperti yang terjadi hari ini, hujan lebat disertai dengan geledek atau guruh. Saya dan Sofie pun yang tadinya berniat jalan-jalan ke luar rumah terpaksa berdiam di ri di dalam kamar.

"Kodok... Kodok..." kata Sofie

Itu kode kalau si kecil minta lihat video youtube. Waah, harus putar otak nih supaya dia berkurang keranjingannya sama youtube.

"Nak, kalau hujan lebat ada geledek gini, gak boleh hidupin apa pun yang pakai sinyal ya....  Hapenya bobok dulu. Tivi juga, bundo cabut kabelnya, ya...." ujar saya sembari menyimpan HP jauh-jauh serta mencabut kabel televisi.

"Sekarang, Sofie baca buku aja ya, sama bundo!"

Saya pun mengambilkan 3 buah buku baru Sofie yang tempo hari kami beli di toko buku. Alhamdulillah si kecil tidak menolak. Kami pun asyik menghabiskan waktu membaca di sore hari yang dingin itu bersama-sama.


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Kamis, 09 November 2017

Game Bunsay 5-8

November 09, 2017 0 Comments
Hingga menjelang minggu ketiga masa waktu pengerjaan tantangan 10 hari game level 5 ini, saya ternyata masih juga belum menamatkan satu buku pun. Padahal daftar tunggu bacaan saya menumpuk... Namun pagi ini, saya akhirnya berhasil menamatkan buku The Life Changing Magic of Tidying Up karya Marie Kondo atau yang biasa dikenal dengan buku Konmari. Saya menyempatkan membaca halaman per halaman buku ini setiap pagi sesudah bangun tidur, sebelum beraktivitas. Sambil membacanya, saya sambil menerapkan metode berbenah yang diajarkan olehnya, makanya butuh waktu yang cukup lama untuk benar-benar menuntaskan buku ini.

Saya rasa inilah satu-satunya buku bertema practical skill yang langsung saya terapkan isinya bersamaan dengan masa saya membaca bukunya. Saya begitu penasaran dengan hasil "life changing" yang akan saya peroleh jika berhasil menyukseskan praktek berbenah rumah ini. Memang ada apa sih dibalik metode ini? Mari saya jelaskan sejenak....

Saya mengenal metode Konmari ini dari curhatan beberapa teman saya di dinding facebook. Karena penasaran, saya ikut kulwap whatsapp yang diadakan oleh IIP Bangka Belitung dan Sumsel (jika tidak salah) beberapa minggu lalu yang kebetulan membahas metode ini. Dari uraian yang dijelaskan oleh mba Rika Subana selaku narasumbernya, saya semakin tertarik untuk ikut menerapkan metode ini. Kemudian datanglah tawaran untuk membeli bukunya paska kulwap tersebut. Walaupun sempat ragu apakah isi bukunya akan sama saja dengan isi kulwap, saya putuskan akhirnya untuk ikut membelinya.

Ternyata saya merasa beruntung sekali memiliki buku ini. Bagian yang saya rasa paling penting justru tidak dibahas dengan detil dalam kulwap. Konmari menyatakan bahwa banyak keuntungan yang dirasakan dirinya maupun kliennya (ya, Konmari punya daftar antrian panjang klien-klien yang minta diajarkan berbenah di rumah mereka) jika berhasil melakukan metode ini. Keuntungan yang bisa didapatkan seperti: pertama, melatih kita mengambil keputusan untuk membuang atau menyimpan sehingga bisa meningkatkan rasa kepercayaan diri; disamping itu dengan belajar mengambil keputusan sendiri, kita juga bisa menghilangkan kebiasaan menyalahkan orang lain; selanjutnya, dengan menyimpan hanya barang yang memancarkan kebahagiaan saja di sekitar kita, secara penampilan rumah kita akan menjadi lebih menggairahkan, bahkan hebatnya kita pun bisa menemukan passion terpendam kita selama ini. Kok bisa? Iya, ini kejadian sama salah satu klien Konmari yang merenung melihat deretan buku yang tetap ia simpan. Ia menyadari ternyata sejak dulu ia menggemari topik mengenai pelayanan masyarakat sehingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti dari karirnya saat itu dan membuka jasa penitipan anak. Ia pun kini bahagia bisa bekerja sesuai dengan passionnya. Wow!

Inilah yang akhirnya jadi tujuan saya benar-benar ingin menuntaskan metode berbenah Konmari. Secara perlahan-lahan setelah melakukannya selama 2-3 minggu (saya belum punya waktu untuk berbenah sekaligus dalam sehari seperti yang dianjurkan Konmari) saya memang sudah merasakan perubahan. Kamar tidur saya sekarang tertata dengan lebih apik, membangkitkan semangat deh setiap masuk ke sana. Saya berharap perlahan-lahan saya pun bisa menata rumah seperti rumah-rumah yang instagrammable di sosmed 😁 serta menata hidup dengan mengetahui apa yang benar-benar saya sukai dan melakukannya.


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Rabu, 08 November 2017

Game Bunsay 5-7

November 08, 2017 0 Comments
Suami saya susah sekali jika dimintai menemani anak bermain atau belajar. Dia menyerahkan semuanya kepada saya. Seperti pagi hari ini, saat sedang bebas tugas, saya minta bantuan suami untuk menemani si kecil membaca buku. 

"Abang nggak bisa", tolaknya.

"Paling ngga bergaya sebentar aja sama Sofie bang, biar dapat fotonya buat di blog", canda saya membujuk.

Akhirnya dia mau... berpose sebentar di belakang si kecil yang sedang asyik memandangi bukunya, lalu... jepreett! Tak lama kemudian Sofie melempar bukunya dan turun dari sofa. Suami saya pun ikut berdiri dan buru-buru ngacir keluar rumah.

Astagaa..... Benar-benar deh.... Bukannya berusaha supaya mau mengambil perhatian Sofie, dianya malah buru-buru cari kesibukan sendiri di luar rumah.

Yah, meskipun sangat tidak bisa diandalkan untuk menemani anak membaca, tapi suami saya suka sekali membaca sendiri. Kebetulan, di masa game bunsay level 5 ini diselenggarakan, saya sedang menerapkan metode berbenah Konmari. Seluruh koleksi buku di rumah kami keluar dari tempat penyimpanannya, dan saya kumpulkan di kardus-kardus sementara sampai tempat penyimpanan barunya siap digunakan. Ternyata, karena melihat banyak buku yang belum pernah ia baca, ia mengambil salah satu buku dan langsung menamatkannya hanya dalam 2-3 hari saja.

Hal ini tentu mengejutkan saya. Ketika mendesain pohon literasi yang baru beberapa hari lalu, saya tanyakan ke suami apakah sudah ada buku yang ia tamatkan baru-baru ini? Ternyata sudah ada, buku karangan Agus Mustofa yang berjudul Mitos dan Anekdot di Sekitar Umat Islam. Wah, saya sendiri yang sudah membaca buku Konmari dalam seminggu, belum selesai juga menamatkannya.

Kemudian buku apa lagi? Tanya saya. Suami menyebutkan beberapa judul komik. Hmm, karena komik tidak termasuk ke dalam kategori buku yang kami sepakati, maka hanya satu buku itulah tambahan daun dari suami.

Yah, saya harap semoga kebiasaan gemar membaca suami ini bisa menjadi contoh bagi Sofie dan adik-adiknya nanti. Tidak mengapa suami tidak bisa menemani anak membaca buku, yang penting ia bisa menjadi model anak-anak dalam membiasakan kegiatan membaca.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Selasa, 07 November 2017

Game Bunsay 5-6

November 07, 2017 0 Comments
Jadi, hari ini disela-sela jadwal mengajar, saya mengajak Sofie jalan-jalan. Awalnya saya hanya berniat belanja sayur ke pasar dan beli soto betawi di dekat kantor ayah Sofie. Namun ternyata rangkaian perjalanannya jadi paanjaang.... Pertama saya mengajak Sofie makan sarapan dulu di Roti Bakar Cisangkuy (yang ternyata menunggu menu sekedar kentang goreng dan dimsumnya luamaaa sekali). 50 menit di sana, barulah kami kemudian melaju ke Pasar Alai. 

Lucunya, di Pasar Alai saya menemukan bahwa salah satu tukang parkir di pasar ini adalah mahasiswa di kelas saya, Ovan panggilannya. Mahasiswa yang saya cukup tahu sekelumit kisah masa kecilnya dari salah satu tugas menulis yang saya berikan di kelas. Dia tidak malu sedikit pun dengan pekerjaannya ini, justru tersenyum lebar saat melihat saya. Wah, saya makin acungkan jempol deh, buat anak ini.

Karena saya sudah menyiapkan daftar belanjaan, jadi saya tidak perlu lama-lama menghabiskan waktu di pasar. Segera setelah meninggalkan Pasar Alai dengan fasilitas free parking dari sang mahasiswa, hehe, saya bersama si kecil melaju menuju warung soto betawi di dekat museum Adityawarman. Nah, di tengah jalan menuju lokasi terakhir inilah, kami melalui toko buku Gramedia. Hmm, saya jadi teringat niat saya berhari-hari sebelumnya yang ingin sekali membawa si kecil memilih buku ceritanya sendiri. Jadi langsung terlintaslah keputusan untuk ke sana bersama Sofie saat itu juga.

Mobil pun saya parkir di parkiran toko buku. Lalu saya ajak Sofie ke lantai dua untuk melihat-lihat buku anak. Waah dia senang sekali sampai saya kewalahan memeganginya. Akhirnya setelah bermenit-menit di sana, kami membawa pulang 3 buku, 1 poster buah-buahan, dan 2 mainan. Hahaha... Benar-benar pengeluaran di luar rencana ini namanya.

Saat di mobil, selagi menunggu soto betawi kami disiapkan oleh ibu penjual, saya buka salah satu buku, dan membacakannya untuk Sofie. Bukunya berjudul Segelas Jus Jeruk. Sofie senang sekali karena ada banyak jus buah yang tampil di buku itu. Ia pun belajar menyebutkan satu per satu nama setiap buah dan warna minumannya. 

Pesanan soto pun datang, diantarkan si ibu penjual ke mobil kami. Setelah membayarnya, saya melaju kembali, akhirnya menuju rumah. Di sebelah saya, saya lihat si kecil telah tertidur lelap karena kelelahan.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Senin, 06 November 2017

Game Bunsay 5-5

November 06, 2017 0 Comments
Hari ini kebetulan saya mendapatkan tugas dadakan dari kelompok penelitian di kampus. Saya diharuskan menyiapkan kuesioner segera dalam waktu seminggu. Berhubung jadwal saya bisa bekerja hanya dua kali dalam sepekan, khususnya di hari ini, maka dari pagi hari setelah mengantarkan suami saya ke kantor, saya buru-buru pulang, memandikan Sofie dan menyiapkan makannya. Selagi memasak, syukurlah ibu pengasuh Sofie tiba lebih cepat. Jadi saya pun bisa berangkat lebih cepat ke kampus. Kemudian saya pun menghabiskan waktu seharian penuh di kampus.

Sekembalinya dari kampus, hari sudah gelap. Kami pun kembali pada rutinitas malam hari sehingga pada hari ini pun tidak ada agenda membaca bersama si kecil.... 


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Minggu, 05 November 2017

Game Bunsay 5-4

November 05, 2017 0 Comments
Saya belum menceritakan bagaimana Pohon Literasi Keluarga kami dibuat ya?

Jadi, hari pertama tantangan diberikan, di grup whatsapp sudah banyak para bunda yang memperlihatkan pohon literasi di rumah mereka masing-masing. Wah, padahal seminggu ini saya lagi asyik-asyiknya berbenah ala Konmari. Akhirnya ikut juga lah saya terbawa semangat membuat pohon literasi. 

Saya malas berkreasi yang ribet-ribet, mengingat membagi waktu untuk pekerjaan rumah saja repotnya bukan main. Jadi saya putuskan untuk menggambar secara keseluruhan pohon serta dedaunannya. Kebetulan ada lembaran kertas presentasi ukuran 70x120 di rumah yang teronggok begitu saja karena tidak layak pakai lagi paska rumah kebanjiran beberapa bulan lalu. Saya pakai saja itu. Lalu saya gambar batang pohon hingga rantingnya dengan mencontoh salah satu gambar pohon dari bunda anggota dalam grup. Kemudian, setiap kali ada setoran bacaan yang sudah tamat, saya akan tulis judul buku dan nama pengarangnya, lalu menggambarkan daunnya langsung di atas kertas tersebut. Saya putuskan untuk memberi warna outline daun yang berbeda untuk tiap anggota keluarga; saya berwarna biru, anak pink, dan suami coklat, sesuai dengan ketersediaan warna spidol saat itu.

Semakin lama dilihat, justru semakin tidak menarik pohon literasi yang saya buat. Maka hari ini saya memutuskan untuk mengkreasikan pohon literasi saya. Saya teringat memiliki 3-4 bungkus sticky notes di dalam tas. Saya kumpulkan semuanya dan ternyata saya punya 3 warna yang berbeda: hijau, peach, dan pink. Nah, kenapa tidak gunakan saja sticky notes ini untuk daunnya, pikir saya. Memang jadinya sedikit lebih repot, tetapi, pohonnya pasti lebih menarik dipandang mata.

Akhirnya saya tulis ulang isi dedaunan yang telah ada di pohon lama ke atas lembaran sticky notes. Saya gunakan warna pink untuk daun saya, peach untuk Sofie, dan hijau untuk suami. Saya tempel tiap lembarnya menggunakan selotip. Taraaa....! Sekarang jadilah pohon yang lebih apik 😊


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Sabtu, 04 November 2017

Game Bunsay 5-3

November 04, 2017 0 Comments
Hari ini secara mendadak kakak laki-laki saya yang tinggal di Jakarta bersama keluarga kecilnya serta papa saya berkunjung ke rumah. Sebenarnya saya sudah dikabari kalau mereka ingin pulang ke Pekanbaru lewat video call beberapa hari sebelumnya. Namun si kakak tidak yakin apakah bisa mampir ke Padang untuk mengunjungi saya dan bertemu si kecil Sofie. Jadi saya tidak ambil pusing dengan kerapihan rumah. Tapi ternyata mendadak saya dapat kabar bahwa rombongan mereka yang ketika itu sehabis menginap di kampung papa di Rao-Rao Batusangkar, berubah rencana dan akan ke Padang hari ini juga! Waah, saya kelabakan deh. Jadi full selama sehari ini saya hanya bersih-bersih rumah.

Rombongan keluarga kakak dan papa saya tiba sore hari. Kami pun melepas kangen dengan mengobrol asyik. Si kecil giraang sekali bisa bertemu dengan atuknya sekaligus bermain bersama adik sepupunya, Talitha.

Sembari menyiapkan minuman di dapur, saya lihat kakak saya dan istrinya melihat poster pohon literasi keluarga yang saya tempel di ruang keluarga. Si kakak yang sempat melihat poseter ini melalui video call tempo hari pun menjelaskan ke istrinya kegunaan poster tersebut. Wah, pasti saya lagi dipuji-puji nih di depan kakak ipar karena menerapkan praktik pendidikan unik ala IIP lagi. Hihihi, ge-er.... Tapi sebenarnya saya juga malu karena gambar pohon dan daunnya masih asal-asalan saja. Saya justru lagi berniat untuk merubah tampilannya dalam waktu dekat.

Jadi hari ini tidak ada praktik membaca. Kami menghabiskan dua hari akhir pekan dengan kegiatan bersama keluarga besar.


#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Rabu, 01 November 2017

Game Bunsay 5-2

November 01, 2017 0 Comments
Pagi ini, setelah si kecil bangun tidur, saya ajak ia membaca buku bantal favoritnya: Lihatlah Wajahku. Isinya cuma 8 halaman termasuk halaman cover. Tiap halaman cuma berisiskan gambar wajah bayi gundul besar dengan ekspresi-ekspresi yang berbeda disertai tulisan keterangan di bawahnya. Buku ini favorit Sofie (22 bulan). Setiap ekspresi yang ia lihat, akan ia tiru secara total. Misalnya kalau ada ekspresi menangis, Sofie akan langsung memasang wajah sedih dan menangis... seperti beneran! Apalagi kalau ia lihat ekspresi tidur, Sofie akan langsung merebahkan badannya di lantai lalu pura-pura tidur, tapi sambil bersuara "Zzzz..." seperti di komik-komik. Hihihi....

Kegiatan membaca ini pun saya lanjutkan untuk buku bantal lainnya, yang berjudul Rumahku. Selesai membaca, saya buatkan gambar daun di dahan pohon literasi. Saya berikan dua warna yang berbeda, untuk menandakan kalau saya dan Sofie berdua sudah menamatkan membaca buku itu bersama.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Selasa, 31 Oktober 2017

Game Bunsay 5-1

Oktober 31, 2017 0 Comments
Wuaah... tantangan level kelima ini benar-benar jadi favorit saya: Membuat pohon literasi keluarga. Kebetulan saya sedang punya setumpuk reading list yang menanti untuk saya tuntaskan: Life Changing Magic of Tidying Up (Konmari), Teaching Like Finland, Flow di Era Sosmed, dan Fitrah Based Education (yang terakhir ini entah kapan bisa tuntas... 300-an halaman, lembar halamannya lebaaar, dan font-nya kecil-kecil, hehehe). Selain itu, suami pun doyan melahap buku, khususnya buku yang bertema traveling dan sedekah. Jadinya saya yakin, tantangan kali ini akan cepat diaminkan oleh beliau.

Jadi, hari pertama ini yang saya lakukan adalah menceritakan pada suami mengenai pohon literasi.

"Bang, ada ide proyek menarik nih dari game IIP sekarang... bikin pohon literasi!"

"Apa tuh?" tanya suami yang lagi asyik baca portal berita di komputer rumah.

"Jadi nanti tiap anggota keluarga: Abang, Tari, sama Sofie, kita bikinkan pohon tanpa daun di dinding. Terus, nanti setiap selesai membaca satu buku, kita tulis deh judul sama nama pengarangnya di kertas berbentuk daun, terus kita tempel ke pohonnya. Jadi makin banyak daun di pohon, artinya makin banyak buku yang sudah kita baca. Bisa kelihatan siapa yang paling suka baca. Selain itu, bisa mengajarkan ke Sofie juga buat suka membaca", ujar saya panjang kali lebar.

Mata suami langsung membulat, terlihat antusiasnya. Hehehe...

"Boleh!"

Suami saya memang irit kata-kata. Tapi dari tatapannya saat itu, saya tahu doi sukaa banget sama idenya.

Maka selesailah pembicaraan proyek hari itu. Besoknya, saya akan menyiapkan pohon literasi sekaligus mulai mengajak si kecil yang sudah rada ketagihan video di hape untuk membaca kembali buku-bukunya.

#GameLevel5
#Tantangan10Hari
#KuliahBunsayIIP
#ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Jumat, 22 September 2017

Game Bunsay 4-10: Ucapan-Ucapan Si Kecil

September 22, 2017 0 Comments

Hari ke- Tanggal Aktivitas Gaya Belajar
1 10-Sep a. Meniru ucapan Bundo A
b. Berendam dalam ember V-A-K
2 11-Sep a. Meniru ucapan Bundo  A
b. Meniru ekspresi Bundo V-A
3 12-Sep a. Meniru ucapan Bundo  A
b. Mengenal warna  V-A
c. Mengenal nama benda  V-A
4 13-Sep a. Meniru ucapan Bundo A
b. Memandikan boneka V-K
5 14-Sep a. Meniru ucapan Bundo A
b. Bermain bersama teman V-A-K
c. Meniru perbuatan Ayah V-A-K
6 15-Sep a. Meniru perbuatan Ayah V-A-K
b. Berendam dalam ember V-A-K
7 16-Sep a. Meniru tarian di televisi V-A-K
b. Bernyanyi A
8 17-Sep a. Meniru ucapan Bundo A
b. Menggambar bunga V-A-K
c. Menari bersama Bundo V-K
d. Membongkar dan menyusun barang V-K
9 18-Sep a. Bermain di arena bermain V-K
b. Meniru tarian di televisi V-A-K
c. Menemani Bundo memasak V-A-K
10 19-Sep a. Meniru ucapan orang dewasa A


b. Menggambar bunga V-A-K


Di usianya yang sudah 21 bulan ini, saya memperhatikan kalau Sofie sudah cukup bisa meniru ucapan orang-orang dewasa di sekitarnya. Misalnya saja saat bermain dengan Datuaknya. Rumah saya dan mertua hanya dipisahkan oleh pagar. Kebetulan saat itu Sofie sedang digendong Datuak di samping rumah, tepat berhadapan dengan pagar pembatas antara rumah kami. Sofie yang suka memanjat, memegang besi-besi pagar, seolah-olah akan memanjatnya sampai ke sisi sini.

"Jangan Nak, bahaya... tajam, tajam..." ujar Datuak mengingatkan.

"Ajam... ajam..." tiru Sofie.

Di lain waktu, saat saya menggambarkannya bunga, Sofie pun ikut meniru hitungan saya saat menggambarkan satu per satu jumlah kelopak bunganya.

"Atu, uwa, iga...."

Lalu saat kami bermain masak-masakan, dan ketika ia melihat gambar brokoli, ia akan berkata, "Owi.. owi..." atau "Iza, iza..." ketika melihat gambar panggangan pizza di kompor mainannya.

Bahkan baru-baru ini, ada satu kalimat lengkap pertama yang berhasil diucapkan Sofie:"Ayah, num Opi, Ayaah..." ucapnya meminta tolong kepada Ayah untuk diambilkan segelas minuman ketika ia sedang makan... Hahaha....

Aspek auditori Sofielah yang berhasil berkembang dalam kegiatan-kegiatan yang saya ceritakan ini.

#Tantangan10Hari
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP