Kalau saat ini orang-orang banyak yang tertarik mencoba resep minuman yang bisa mendetoks pencernaan, saya justru sedang gemar melakukan detoks isi lemari baju saya... istilah kerennya, wardrobe detox ;)
Bunda sering menemukan masalah lemari baju yang serupa dengan saya, tidak? Pertama, lemari penuh, sampai harus membeli lemari baju lagi untuk menempatkan pakaian seluruh anggota keluarga beserta perlengkapan rumah dari kain lainnya seperti handuk, selimut, keset, seprei, sarung bantal dan guling, taplak meja, bedong bayi, dan kain-kain lap. Kedua, meskipun sebenarnya koleksi baju kita banyak, tapi yang dipakai itu-itu saja! Banyak alasan kenapa model pakaian yang lain jarang atau bahkan hampir tidak pernah dipakai... Mulai dari karena sebenarnya modelnya tidak cocok di tubuh kita, bahannya tidak nyaman dipakai, kesempitan, terlalu lapar mata saat beli, eh ternyata ketika barangnya sampai di tangan, tidak sebagus dugaan kita, sampai pada alasan... belum ada momen yang tepat untuk memakainya. Yang nyengir, yang nyengir, hayo... ngakuu... hahaha.... Alhasil menumpuklah semua pakaian di lemari.
Nah, semenjak lingkar badan tidak lagi selangsing dulu 😜 dan kondisi saya yang gampang tergoda dengan baju-baju yang dijual online ...hiks... padahal setiap saya belanja cukup banyak baju baru, pasti banyak juga baju lama yang saya keluarkan untuk disumbangkan ke penerima yang membutuhkan.. tapi isi lemari masih tidak juga berkurang, saya akhirnya memutuskan untuk detoksifikasi isi lemari. Bagaimana caranya? Silakan simak dan coba praktikkan ya, Bun? 😉
Pertama, saya membuat daftar kategori pakaian. Kategori pakaian yang saya buat adalah: (1) baju rumah harian (berupa kaos lengan pendek untuk kondisi santai, serta cardigan dan blus lengan panjang untuk kondisi menerima tamu atau mau ke warung); (2) baju tidur (yang berupa daster); (3) baju pesta (berupa baju stelan atas-bawah atau dress); (4) baju keluar untuk kerja (berupa blazer dan dalamannya serta tunik), (5) baju keluar untuk main (tunik, blus, gamis, dan pakaian informal yang berupa stelan), sisanya adalah jilbab dan bawahan berupa celana dan rok panjang.
Selanjutnya, saya menentukan berapa potong/stel pakaian yang saya butuhkan untuk setiap kategori tersebut. Hal ini saya sesuaikan dengan ragam aktivitas harian saya. Soal pakaian pesta, saya cukup mengalokasikan slot lemari untuk 3-4 stel baju karena undangan pesta jarang banget. Biarpun jarang, kalau baju ke pesta itu lagi-itu lagi, kadang ngga enak juga ya sama teman yang ngelihat... haloo memangnya ada ya, yang hapal sama baju kita? Ya tapi, namanya perempuan, pasti sensitif soal bagaimana pendapat orang lain gitu dehh 😆😆 Lalu, soal pakaian kerja, saya sediakan hanya untuk 6-7 stel di luar seragam kampus. Jadwal saya ke kampus paling tidak seminggu ada 2-3 kali. Kalau ada 6 stel saja, setidaknya saya akan pakai pakaian yang sama minimal dalam rentang waktu 2 minggu. Amaan 😤 Selanjutnya, pakaian main saya juga sediakan 6-7 stel. Saya termasuk jarang pergi ke luar di hari kerja. Paling sering ya di akhir pekan saat mau jalan-jalan sama suami. Tapi ini juga biasanya hanya pergi cari makanan take away atau olahraga ringan. Kami hampir tidak pernah pergi ke mall atau sekedar makan ke restoran. Nasib, nikah sama anak rumahan... 🙍 Jadi pakaian jalan yang wow banget gitu jarang saya pakai. Jumlah 6-7 stel saya rasa masih cocoklah buat gaya hidup saya. Lalu mengenai baju rumah sendiri seperti daster dan kaos lengan pendek tidak saya batasi karena ini di Padang, Bun. Masak ke dapur aja berkeringatnya sampai harus ganti baju lagi. Sementara untuk baju rumah yang berupa blus lengan panjang, saya cukupkan 4-5 potong saja selain karena terima tamu dan ke warung jarang, saya juga masih punya 3 potong cardigan sebagai luaran baju kaos lengan pendek saya jika diperlukan. Untuk bawahan dan jilbab sendiri tidak saya batasi kuotanya karena tidak makan banyak tempat di dalam lemari.
Langkah ketiga, saya tinggal memilah baju sesuai dengan kategori dan kuota yang sudah saya tentukan. Ini yang butuh waktu lama, bahkan sampai habis dua hari. Bisa lebih sebenarnya kalau saya lanjutkan dengan memilah jilbab. Dalam tahap ini, saya juga menyingkirkan pakaian yang memang sudah tidak layak lagi untuk dipakai, sempit, bahannya tidak nyaman, tidak ada padanannya, dan yang memang jarang sekali saya pakai. Baju yang masih mungkin saya pakai saya simpan ke dalam plastik besar, lalu saya taruh di gudang. Sementara baju yang tidak mungkin lagi dipakai ada yang saya buang dan ada yang saya sumbangkan. Ngga digarsel, Bun? Engga 😅 saya kok ngerasa pakaian bekas itu tidak layak digarsel ya... Lebih baik sumbangkan atau belikan yang baru buat orang lain.
Terakhir, susun kembali seluruh pakaian yang lolos seleksi ke dalam lemari. Waah, dijamin, semakin lapang isi lemari baju kita... dan siap untuk diisi kembali... eh. Sekarang, setiap akan berangkat kerja, saya tidak pernah lagi bingung mau pakai baju yang mana. Karena jadwal pakai tiap baju sudah ada 😄 Horeee!
Misi saya selanjutnya, setelah sukses dengan wardrobe detox ini adalah... shopping detox 😎
Tidak ada komentar:
Posting Komentar