Waktu berjalan dan tibalah saya di masa sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Tidak lagi tinggal di tengah-tengah hingar bingar kota metropolitan, kini saya tinggal di kota yang kata orang-orang tua hampir tidak mengalami perubahan sama sekali sejak masa kecil mereka dulu... yakni kota Padang. Saat pertama menginjakkan kaki di sini, saya bingung siapa yang nanti akan jadi teman ngobrol, curhat, dan hang out saya? Maklum, meskipun banyak saudara di sini, namun mayoritas generasinya di atas saya. Sementara saudara yang usianya tidak berbeda jauh cuma ada satu dua orang, mereka pun sibuk dengan aktivitas kerjanya masing-masing. Dan kalau bicara soal teman ngobrol, curhat, hang out ini tentu hanya bisa dilakukan sama teman yang selama ini menjadi teman beraktivitas bersama, 'kan? Artinya, masih punya pandangan yang sama tentang beragam hal. Teman boleh banyak, tapi teman yang seperti ini, tentu tidak semuanya.
Untungnya, ada satu orang teman dekat saat kuliah yang pulang kembali ke Padang setelah beberapa tahun sebelumnya tinggal di Medan paska nikah. Sebut saja Mila, nama kerennya... nama panggilan aslinya sih jauh lebih childish, mungkin karena itu doi maunya dipanggil Mila. Hihihi. Mila inilah yang kemudian mengajak saya untuk ikut kelas matrikulasi IIP.
Alasan saya mau ikutan adalah karena sudah dengar dari teman sealmamater tentang bagusnya kelas ini. Si teman ini juga yang sebelumnya membantu mendaftarkan saya ke grup whatsapp IIP Padang. Awalnya saya tertarik karena saya butuh lingkungan teman-teman para ibu-ibu muda yang tinggal sekota untuk sekedar tanya-jawab masalah sehari-hari seperti di mana tempat belanja keperluan bayi, dokter anak yang recommended, dan lain sebagainya.... Saya belum lihat manfaat lain dari gabung di wa grup ini hingga si sobat Mila mengajak masuk ke kelas matrikulasinya.
Ada apa sih di kelas matrikulasi IIP?
Oh, wow. Di luar dugaan saya ternyata. Kelas matrikulasi ini mampu menyadarkan saya bahwa hidup tidak seharusnya mengikuti arus saja. Yang katanya ikuti aja ke mana air mengalir... No, no, no... Bukan begitu cara kita bersyukur atas karunia hidup yang telah diberikan Allah. Kita harus punya visi hidup, baik itu untuk diri sendiri, keluarga, serta masyarakat.
Sering mendengar hal seperti ini di seminar-seminar motivasi? Sama. Sering banget. Bedanya, di kelas matrikulasi IIP, kita dipandu untuk membuat misi untuk mewujudkan visi-visi hidup kita dan melaksanakannya bersama dengan ibu-ibu lain. Semangat kebersamaannya ini yang saya suka. Setiap ibu memang punya visi hidupnya masing-masing, tapi kami bersama-sama ingin bisa excel di bidang yang kami minati masing-masing. Di sinilah saya merasa semangat Islam fastabiqul khairat itu muncul. Semangat saling berlomba untuk mencapai kebaikan, dengan cara masing-masing, dan tujuan mulia masing-masing. Seru, luar biasa, dan sangat mengharukan!
Saya sangat merekomendasikan bunda-bunda yang ingin hidupnya lebih bergairah, lebih berwarna, dan bermakna untuk mengikuti kelas matrikulasi IIP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar