Cincopa Gallery

...

Kamis, 27 Februari 2020

Film Juror 8 (2019)


Film ini mengisahkan kasus pengadilan pertama di Korea Selatan dengan menggunakan sistem juri. Sistem juri ini adalah sistem pengambilan keputusan persidangan oleh hakim dengan mempertimbangkan pendapat dari rakyat sipil. Hal ini berbeda dengan sistem pengadilan sebelumnya yang hanya berlandaskan atas pertimbangan hakim semata.

8 orang warga sipil secara acak dipilih untuk menjadi juri. Mereka berasal dari latar belakang yang sangat beragam, mulai dari sekretaris pejabat, sosialita, mahasiswa, sampai tukang balsem mayat. Kasus pertama yang mereka hadapi yang sekaligus menjadi tahap uji coba sistem juri adalah kasus dugaan pembunuhan seorang perempuan paruh baya oleh putranya yang cacat. Sebenarnya bila dilihat dari hasil penyelidikan polisi, bukti forensik, kesaksian saksi mata, dan pengakuan terdakwa sendiri bahwa ia membunuh ibunya, kasus ini bisa selesai dengan cepat. Namun, Juri no.8, tokoh protagonis dalam film ini, merasa ragu bahwa terdakwa memang 100% bersalah. Ia pun berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin data serta meyakinkan juri-juri lainnya bahwa mereka harus meninjau ulang segala bukti dan kesaksian saksi mata untuk memperoleh kepastian.



Dari film ini bisa tergambarkan betapa berat sebenarnya tanggung jawab seorang hakim. Di tangannyalah nasib seseorang ditentukan. Satu keputusan yang keliru, bisa mengakibatkan terpenjaranya orang yang tidak bersalah, atau sebaliknya, bebasnya orang yang bersalah. Beban tanggung jawab inilah yang berpindah ke pundak para juri. Uniknya, di akhir kisah dinyatakan bahwa sejak menggunakan sistem juri sejak tahun 2008, keputusan menyatakan seorang terdakwa bersalah di pengadilan Korea Selatan, berkurang drastis hingga 3x lipat dari sebelumnya.

Film ini di bagian awal buat saya terasa sangat membosankan. Akting tokoh utamanya yang kikuk juga terasa menyebalkan. Tapi menjelang adegan si tokoh bertatap muka secara tidak sengaja dengan terdakwa, filmnya menjadi jauh lebih seru dan semakin seru pada adegan-adegan berikutnya. Alur topik diskusi para juri untuk menemukan kebenaran juga disusun dengan bagus. Sampai menit-menit terakhir film pun, para juri (dan saya) masih tidak yakin apakah si terdakwa benar bersalah atau tidak. Singkat cerita... Seru!

Buat teman-teman yang suka dengan film misteri, hukum, atau detektif, film ini bisa jadi salah satu pilihan. Tidak ada adegan percintaan di film ini, namun kurang disarankan menonton dengan anak kecil, terutama pada adegan penampilan foto korban.

Dengan menonton film ini sambil mengobrol sama suami yang memang merupakan lulusan fakultas hukum, saya pun jadi sedikit tahu masalah hukum, seperti ini:
(a) mengapa pengadilan Indonesia tidak menerapkan sistem juri?
(b) bila terdakwa punya peluang bersalah 50:50, apakah terdakwa dinyatakan bersalah?
(c) mana yang lebih baik, membebaskan 10 narapidana atau memberikan satu keputusan yang salah di pengadilan?

Hayoo... Ada yang bisa jawab??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar