Cincopa Gallery

...

Selasa, 23 Juli 2019

Bunsay 10-4: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Malam ini, saya kembali memanfaatkan senter dongeng sebagai sarana mendongeng ke Sofie. Kisah yang saya pilih adalah kisah Rubah dan Kucing. Ini termasuk kisah yang baru saya tahu. Jadi, sebelum mulai menceritakannya, saya googling dulu, plotnya gimana sih...? Ternyata ini termasuk kisah fabel lama yang populer di Eropa di masa lalu yang sepertinya kepopulerannya tidak sampai ke Indonesia.



Hasil gambar untuk rubah dan kucing


Kisahnya cukup singkat. Rubah dan kucing sedang berjalan melintasi hutan. Sambil berjalan berdua, mereka mengobrol tentang taktik menyelamatkan diri dari incaran serigala-serigala pemburu. Rubah menyombongkan diri bahwa ia punya seratus cara untuk selamat dari kejaran serigala. Kucing terkagum-kagum dan menyatakan bahwa ia hanya punya satu cara. Lalu kucing bertanya, apa saja seratus cara yang diketahui rubah, namun rubah tidak mau menjawabnya.

Di saat yang bersamaan, ternyata tiga ekor serigala pemburu sedang berkeliaran. Mereka mengendus bau rubah dan kucing kemudian berlarian mengincar kedua hewan tersebut. Rubah dan kucing terkejut mendengar auman serigala dari jauh. Kucing pun bersegera mencari pohon yang kokoh dan tinggi kemudian memanjatnya. Sementara itu rubah berdiri bingung mau menyelamatkan diri dengan taktik yang mana dari seratus taktik yang ia miliki. Lama kelamaan serigala semakin mendekat. Kucing mengingatkan rubah untuk segera menyelamatkan diri. Namun terlambat, karena begitu bingungnya menentukan cara yang mana, rubah justru diterkam oleh para serigala.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah pertama, jangan menyombongkan diri. Kedua, lebih baik kita punya satu cara yang pasti akan berhasil dalam menyelesaikan masalah daripada banyak cara namun belum pasti keberhasilannya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-3 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Saya baru membeli senter dongeng dari toko online buat Sofie. Senter ini punya beberapa film yang kalau kita pasang di badannya, nanti filmnya bisa dipantulkan ke mana saja, seperti dinding kamar ataupun loteng. Tergantung ke arah mana kita memancarkan sinar senternya. Kalau dihidupkan dikala kamar sudah gelap menjelang jam tidur anak, wow... acara mendongeng kita bisa jadi seru sekali lho, bunda!

Hasil gambar untuk itik buruk rupa

Satu kisah yang saya pilih adalah kisah Itik Buruk Rupa. Dongeng karya Hans Christian Andersen ini pasti sudah tak asing lagi ya, sama bunda-bunda semua. Kisah ini menceritakan kisah seekor bayi angsa hitam yang menetas di tengah-tengah bayi itik. Mereka mengira ia pun itik, namun berwarna hitam. Warnanya tersebut dianggap tidak menarik oleh saudara-saudaranya yang memiliki bulu berwarna kuning keemasan. Selain itu, suaranya pun tidak berbunyi "kwek kwek" melainkan "ook ook". Sungguh tidak enak didengar! Induk bebek tidak mau mengakui bahwa si hitam ini adalah anaknya. Ia pun diejek dan dijauhi oleh keluarganya. Tentu ia sangat bersedih hati.

Hingga akhirnya pada suatu hari, ketika si itik hitam ditinggal jalan-jalan oleh induk dan saudara-saudaranya, ia bertemu dengan seekor angsa putih yang sangat anggun. Sang angsa menghiburnya yang sedang terlihat sedang menangis. Setelah si itik hitam menceritakan kisahnya, sang angsa malah menjelaskan kalau ia sama sekali bukanlah seekor bebek seperti keluarganya yang lain melainkan seekor bayi angsa yang kelak saat tumbuh dewasa, ia akan menjadi putih dan anggun seperti dirinya.

Kemudian waktu pun berlalu. Si itik buruk rupa pun menjelma menjadi angsa putih yang anggun. Ketika bertemu dengan keluarga lamanya, mereka terpana melihat betapa indah saudara yang dulu mereka hina.

Waktu menceritakan kisah ini, karena Sofie sendiri tidak paham bentuk itik dan angsa seperti apa. Tapi yang saya tekankan kepadanya adalah kalau kita tidak boleh mengejek bentuk fisik orang lain bagaimanapun buruknya wujudnya sebab mereka pun diciptakan Allah sama seperti kita. Menghina wujud suatu makhluk, berarti sama dengan menghina penciptanya.


Note: Saya gak paham beda itik dan bebek, lalu benarkah angsa itu saat lahir berwarna hitam dan berbunyi ook ook... Semoga penamaan hewan di atas nggak salah ya, hihi...

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Senin, 22 Juli 2019

Bunsay 10-2 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 22, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk kakek dan kapak

Sebenarnya bingung, ya, mau mendongeng apa ke anak. Seolah semua dongeng dan cerpen yang suka saya baca dari majalah Bobo waktu kecil hilang semua saat saya mau mencoba mendongeng untuk Sofie. Nah, di hari kedua ini, ada satu-satunya cerita yang saya ingat, yaitu kisah kakek yang kehilangan kapak. Bunda-bunda ingat ceritanya?

Begini kisah singkatnya, ya....


Alkisah, ada seorang kakek miskin penebang kayu yang tinggal di sebuah desa. Ketika berjalan-jalan di sekitar danau kala sedang bekerja, secara tidak sengaja kapak si kakek terjatuh dan tenggelam ke dasar danau. Si kakek pun bersedih karena ia telah kehilangan satu-satunya alat yang membantu ia mencari nafkah. Ternyata, dari dalam danau, muncullah seorang dewi yang ingin membantu mengambilkan kapak si kakek. Kapak pertama yang diambil oleh sang dewi adalah kapak yang gagangnya terbuat dari emas. Kapak itu kalau dijual harganya bisa membuat si kakek dan istrinya kaya raya dalam sekejap. Namun, karena si kakek jujur dan tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia mengatakan bahwa kapak emas tersebut bukanlah miliknya. Kapak miliknya hanyalah kapak kayu biasa yang sudah butut dan kotor. Akhirnya karena kejujuran si kakek, sang dewi mengembalikan kapak kayu si kakek serta menghadiahkan kapak emas untuknya.

Cerita kakek miskin yang mendadak kaya raya tersebut terdengar oleh seluruh penduduk desa, termasuk salah satu tetangganya, seorang kakek penebang kayu yang culas. Ia pun mencoba peruntungannya. Ia sengaja menjatuhkan kapak kayunya, menangis, dan akhirnya ia pun bertemu dengan sang dewi yang menanyakan hal yang sama. Namun karena kerakusannya, ia langsung mengakui bahwa kapak emas adalah kapak miliknya. Sang dewi murka dan menenggelamkan si kakek ke dalam danau.

Respon Sofie yang saya perhatikan adalah dia bingung, kapak itu benda apa. Hahaha... Memang sepertinya Sofie tidak pernah melihat alat bernama kapak ini. Kemudian, daripada menyimak jalan cerita, ia lebih suka "membeo" alias menirukan ucapan setiap tokoh yang saya kisahkan. Poin pengamatan terakhir saya adalah bahwa sepertinya tingkat cerita ini masih terlalu tinggi untuk anak seusianya. Selain karena jalan ceritanya yang panjang, Sofie pun perlu menyimak dengan baik untuk memahami kisahnya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Minggu, 14 Juli 2019

Bunsay 10-1 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 14, 2019 0 Comments
Beberapa hari yang lalu, saya menceritakan sebuah dongeng ke Sofie sebelum kami tidur malam. Dongengnya terinspirasi dari salah satu hadits yang saya baca dari Komik Hadis 99 Pesan Nabi-nya Pak Vbi Djenggoten.

"Sofie, sini deh, Bundo mau cerita," saya yang lagi rebahan, menarik Sofie untuk ikut tiduran di samping saya.

Sofie yang biasanya engga bisa tiduran tenang kayak Bundonya yang malas bangun kalau sudah ketemu kasur ini, tumben banget, malah semangat sekali ikut tiduran.

"Ayuk, ayuk!" katanya.

Saya pun mulai bercerita....

"Di suatu tempat, ada seorang anak perempuan kecil, berumur 3,5 tahun... Rambutnya keriting... Namanya...."

"Sofie!" sahutnya bersemangat.

Saya ketawa, sengaja saya buat tokoh yang ciri-cirinya mirip dengan si kecil supaya dia bisa mengasosiasikan kisah yang dialami tokoh tersebut dengan kisah dirinya sendiri.

"Jangan deh, namanya jangan Sofie... Hmm sebut aja Maria."

"Maria lagi makan cemilan keju yang ditaruh di sebuah mangkuk kecil." lanjut saya. "Terus, Maria bilang, 'Aku kenyang... Nanti aku lanjut lagi, ah, makannya.' Kemudian ia meletakkan mangkuk yang masih berisi sedikit cemilan itu di lantai, lalu berlari meningalkannya. Maria bermain-main, sampai melupakan kalau mangkuk cemilannya tadi belum ia tutup."

"Lalu engga lama kemudian, lewat seekor tikus yang kelaparan. 'Hmm... ada bau makanan enak, nih!' pikir si tikus. Ia pun berjalan menuju sumber bau yang berasal dari cemilan keju Maria. 'Waah... aku pesta besar, nih! Banyak cemilan yang bisa kumakan...!' Si tikus pun lompat ke dalam mangkuk, dan memakan cemilan sepuasnya."

"Mama Maria heran mendengar suara mangkuk berdenting-denting. Ia kemudian mencari tahu, dan kaget begitu melihat ada tikus di dalam mangkuk makan Maria. 'Kyaaaaaaaaaa!' seru mama. Maria pun segera mendatangi mamanya. Ia ikut kaget melihat mangkuk cemilannya tumpah dan seekor tikus berlari terbirit-birit menjauhinya."

"'Mama, minta maaf...' kata Maria menyesal. 'Makanan Maria dimakan sama tikus, hii... jijik, 'kan?' ujar mama. 'Iya, ma, jijik...'. 'Kenapa gak ditaruh di atas meja dan ditutup tadi?' tanya mama. 'Lain kali ditutup ya, piring dan gelasnya kalau masih mau dipakai...' Maria pun mengangguk."

"Ceritanya selesai, deh!"

Sofie ikut meringis geli ketika saya menceritakan kisah pendek ini. Selama saya bercerita, Sofie asyik menirukan ucapan Maria. Saya pikir ia lebih tertarik meniru suara tokoh dibandingkan menyimak kisahnya. Eh, tetapi sehari kemudian, waktu ia makan, ia menyeletuk, "Piringnya harus ditutup ya, Bundo, biar nggak ada tikuus...!" Saya yang hampir melupakan dongeng itu, tersenyum. Ternyata ia menyimak juga.









#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Kamis, 09 Mei 2019

Bunsay 8-10: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini

Mei 09, 2019 0 Comments

Salah satu tontonan dari youtube yang disukai Sofie adalah Nussa dan Rarra. Ia berkesan sekali ketika melihat sosok makhluk kecil merah yang bertanduk, yang kita kenal dengan sebutan setan. Setan muncul di episod ketika Rarra tidak bisa tidur. Setelah kasur disapu oleh Nussa dan Rarra diajarkan membaca doa, barulah setannya kabur. Karena wujudnya yang "unik" ini maka Sofie jadi merasa berkesan.
.
Sosok setan kartun di film Nussa dan Rarra ini sering saya jadikan semacam "ancaman" jika Sofie berbuat hal yang kurang bagus. Sebagai contohnya seperti hari ini, ketika Sofie buang-buang air ketika mandi. Ia suka sekali membuka kran air lalu berkumur-kumur berulang-ulang. Nah, di saat seperti ini saya beritahu Sofie kalau orang yang suka mubazir itu disukai setan. Sofie pun biasanya bersegera untuk menyudahi boros-boros airnya.
.
.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8 
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial

Rabu, 08 Mei 2019

Bunsay 8-9: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini

Mei 08, 2019 1 Comments




Karena sudah mendekati hari ke-10 pada tantangan 10 hari yang sedang saya dan Sofie lakukan ini, maka saya ingin mengajak Sofie membuka salah satu pos tabungannya untuk dimanfaatkan. Pos yang saya pilih adalah pos sedekah karena kalau mengambil pos tabungan masa depan saya rasa belum saatnya, sementara pos belanjaan yang ingin dipakai Sofie untuk beli mainan juga menurut saya isinya belum seberapa. Ditambah sekarang adalah momen bulan Ramadhan, yang merupakan saat yang baik untuk bersedekah.





Sofie setuju dengan usulan saya untuk membuka tabungan sedekahnya. Di dalamnya sudah terdapat uang senilai Rp 13.200. Saya masukkan uang tersebut ke dalam amplop angpau ayah Sofie tahun lalu yang tidak terpakai, lalu saya ajak Sofie keluar rumah untuk mencari orang yang layak diberikan sumbangan.

Sofie mencari sosok kakek-kakek untuk menerima amplop sedekah darinya, mungkin karena ia masih terinspirasi kisah keluarga kura-kura yang saya ceritakan sebelumnya. Sementara itu, saya jelaskan kepadanya kalau orang yang kita cari tidak mesti berwujud seorang kakek-kakek, bisa saja seorang nenek-nenek, ibu-ibu, atau anak-anak, asalkan orang itu memang terlihat layak menerimanya. Sofie pun setuju.

Namun sepanjang perjalanan di rute yang biasa kami lalui, kami tidak menemukan sosok orang yang membutuhkan sedekah. Sempat sih saya melihat sepasang suami istri yang mengendarai becak sepeda yang mengangkut tumpukan kardus bekas, namun karena posisi kami berdua ketika berpapasan di dekat persimpangan jalan--yang mana membuat saya sulit berhenti dari mobil lalu memanggil mereka--maka mereka batal jadi target penerima sedekah. Pencarian pun kami lanjutkan malam harinya bersama ayah Sofie, namun lagi-lagi kami tidak menemukan sosok yang tepat. Akhirnya rencana bersedekah dari tabungan sedekah Sofie hari ini gagal terlaksana. Sofie pun saya sarankan untuk menyimpan dulu amplop sedekahnya sampai ia menemukan penerima yang tepat suatu hari nanti.


#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial