Cincopa Gallery

...

Kamis, 25 Juli 2019

Bunsay 10-6: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 25, 2019 0 Comments

Tidak seperti biasanya, hari ini Sofie minta didongengkan kisah gempa bumi. Dia memang sedang suka menonton video Baby Bus kisah bencana alam di Youtube. Oke lah nak, Bundo ceritakan ya, kisah gempa bumi.

Alkisah ada hewan-hewan kecil yang sedang bersekolah. Ada panda, monyet, kelinci, kuda nil, dan lain-lain. Sewaktu jam pelajaran sama ibu guru domba, tiba-tiba ada getaran.

"Gempa bumii" teriak salah seorang siswa.

"Anak-anak, ayo berlindung di bawah meja!" seru bu guru.

Para hewan kecil segera menyelamatkan diri di bawah kolong meja. Namun si monyet malah lompat ke atas meja dan berteriak-teriak panik.

Panda kecil yang berada di dekatnya pun menegur, "Monyet, jangan panik! Tetap tenang dan ayo lindungi kepalamu dari reruntuhan. Ayo sembunyi di bawah meja!"

"Iya iyaa~!"

Kemudian setelah beberapa saat goncangan gempa mulai berkurang. Ibu guru domba pun keluar dari balik mejanya.

"Anak-anak, sekarang ambil tas kalian, lindungi kepala kalian dengan tas, ya.... Mari kita berbaris rapi turun ke lapangan menggunakan tangga. Tetap tenang dan tertib, oke?"

"Oke buuu...!" jawab hewan-hewan kecil serempak.

Para penghuni kelas itu pun turun dengan selamat sampai ke lapangan di depan sekolahan.

"Nah bagus, ingat ya, anak-anak, ketika ada bencana, tetaplah tenang supaya bisa berpikir jernih. Kemudian lindungilah diri kalian segera!"

"Kalau ada gempa, kalau kita berada di dekat pintu keluar, bersegeralah keluar dan berdiri jauh dari gedung. Namun kalau kita berada di dalam ruangan, lindungi dulu diri kalian di bawah kolong meja, atau ke kamar mandi, dan saat kondisi membaik, barulah bersegera ke luar ruangan."

Sambil saya bercerita, Sofie senang sekali mengarahkan cerita saya. "Jangan panik!", "Sembunyi di bawah meja!", atau "Sembunyi di kamar mandi!" katanya. Hehehe....

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Rabu, 24 Juli 2019

Bunsay 10-5: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 24, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk jerapah tidur berdiri

Saya teringat salah satu kisah dari sebuah buku yang suka saya baca akhir-akhir ini. Kisahnya menceritakan bahwa bayi jerapah itu ketika baru lahir dan berusaha untuk berdiri, kakinya akan ditendang keras oleh induknya sehingga ia terjatuh. Lalu jika ia mencoba berdiri kembali, induknya lagi-lagi akan menendangnya hingga terjatuh. Begitu terus berulang-ulang. ...terkesan kejam, ya? Namun, tahu tidak Bunda, ternyata induk jerapah melakukan itu supaya anak jerapah tersebut akan memiliki kaki yang kokoh, yang tidak akan pernah mudah terjatuh. Hal ini diperlukan jerapah untuk dapat melindungi diri mereka di alam liar.

Saat mengisahkan kisah itu kepada Sofie, ia suka sekali waktu saya menceritakan adegan si induk menendang kaki anaknya berulang-ulang. Mungkin karena ekspresi saya bombastis ya waktu itu, hehehe....

Hikmah yang saya rangkum dari sini untuk Sofie adalah ada kalanya orang tua menunjukkan rasa sayang ke anaknya dengan cara yang terlihat kejam, padahal itu demi kebaikan anaknya di masa mendatang. Misal nih, Sofie main gadget lama-lama, Bundo akan marah. Kenapa marah? Karena Bundo sayang sama mata Sofie....


#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Selasa, 23 Juli 2019

Bunsay 10-4: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Malam ini, saya kembali memanfaatkan senter dongeng sebagai sarana mendongeng ke Sofie. Kisah yang saya pilih adalah kisah Rubah dan Kucing. Ini termasuk kisah yang baru saya tahu. Jadi, sebelum mulai menceritakannya, saya googling dulu, plotnya gimana sih...? Ternyata ini termasuk kisah fabel lama yang populer di Eropa di masa lalu yang sepertinya kepopulerannya tidak sampai ke Indonesia.



Hasil gambar untuk rubah dan kucing


Kisahnya cukup singkat. Rubah dan kucing sedang berjalan melintasi hutan. Sambil berjalan berdua, mereka mengobrol tentang taktik menyelamatkan diri dari incaran serigala-serigala pemburu. Rubah menyombongkan diri bahwa ia punya seratus cara untuk selamat dari kejaran serigala. Kucing terkagum-kagum dan menyatakan bahwa ia hanya punya satu cara. Lalu kucing bertanya, apa saja seratus cara yang diketahui rubah, namun rubah tidak mau menjawabnya.

Di saat yang bersamaan, ternyata tiga ekor serigala pemburu sedang berkeliaran. Mereka mengendus bau rubah dan kucing kemudian berlarian mengincar kedua hewan tersebut. Rubah dan kucing terkejut mendengar auman serigala dari jauh. Kucing pun bersegera mencari pohon yang kokoh dan tinggi kemudian memanjatnya. Sementara itu rubah berdiri bingung mau menyelamatkan diri dengan taktik yang mana dari seratus taktik yang ia miliki. Lama kelamaan serigala semakin mendekat. Kucing mengingatkan rubah untuk segera menyelamatkan diri. Namun terlambat, karena begitu bingungnya menentukan cara yang mana, rubah justru diterkam oleh para serigala.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah pertama, jangan menyombongkan diri. Kedua, lebih baik kita punya satu cara yang pasti akan berhasil dalam menyelesaikan masalah daripada banyak cara namun belum pasti keberhasilannya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-3 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Saya baru membeli senter dongeng dari toko online buat Sofie. Senter ini punya beberapa film yang kalau kita pasang di badannya, nanti filmnya bisa dipantulkan ke mana saja, seperti dinding kamar ataupun loteng. Tergantung ke arah mana kita memancarkan sinar senternya. Kalau dihidupkan dikala kamar sudah gelap menjelang jam tidur anak, wow... acara mendongeng kita bisa jadi seru sekali lho, bunda!

Hasil gambar untuk itik buruk rupa

Satu kisah yang saya pilih adalah kisah Itik Buruk Rupa. Dongeng karya Hans Christian Andersen ini pasti sudah tak asing lagi ya, sama bunda-bunda semua. Kisah ini menceritakan kisah seekor bayi angsa hitam yang menetas di tengah-tengah bayi itik. Mereka mengira ia pun itik, namun berwarna hitam. Warnanya tersebut dianggap tidak menarik oleh saudara-saudaranya yang memiliki bulu berwarna kuning keemasan. Selain itu, suaranya pun tidak berbunyi "kwek kwek" melainkan "ook ook". Sungguh tidak enak didengar! Induk bebek tidak mau mengakui bahwa si hitam ini adalah anaknya. Ia pun diejek dan dijauhi oleh keluarganya. Tentu ia sangat bersedih hati.

Hingga akhirnya pada suatu hari, ketika si itik hitam ditinggal jalan-jalan oleh induk dan saudara-saudaranya, ia bertemu dengan seekor angsa putih yang sangat anggun. Sang angsa menghiburnya yang sedang terlihat sedang menangis. Setelah si itik hitam menceritakan kisahnya, sang angsa malah menjelaskan kalau ia sama sekali bukanlah seekor bebek seperti keluarganya yang lain melainkan seekor bayi angsa yang kelak saat tumbuh dewasa, ia akan menjadi putih dan anggun seperti dirinya.

Kemudian waktu pun berlalu. Si itik buruk rupa pun menjelma menjadi angsa putih yang anggun. Ketika bertemu dengan keluarga lamanya, mereka terpana melihat betapa indah saudara yang dulu mereka hina.

Waktu menceritakan kisah ini, karena Sofie sendiri tidak paham bentuk itik dan angsa seperti apa. Tapi yang saya tekankan kepadanya adalah kalau kita tidak boleh mengejek bentuk fisik orang lain bagaimanapun buruknya wujudnya sebab mereka pun diciptakan Allah sama seperti kita. Menghina wujud suatu makhluk, berarti sama dengan menghina penciptanya.


Note: Saya gak paham beda itik dan bebek, lalu benarkah angsa itu saat lahir berwarna hitam dan berbunyi ook ook... Semoga penamaan hewan di atas nggak salah ya, hihi...

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Senin, 22 Juli 2019

Bunsay 10-2 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 22, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk kakek dan kapak

Sebenarnya bingung, ya, mau mendongeng apa ke anak. Seolah semua dongeng dan cerpen yang suka saya baca dari majalah Bobo waktu kecil hilang semua saat saya mau mencoba mendongeng untuk Sofie. Nah, di hari kedua ini, ada satu-satunya cerita yang saya ingat, yaitu kisah kakek yang kehilangan kapak. Bunda-bunda ingat ceritanya?

Begini kisah singkatnya, ya....


Alkisah, ada seorang kakek miskin penebang kayu yang tinggal di sebuah desa. Ketika berjalan-jalan di sekitar danau kala sedang bekerja, secara tidak sengaja kapak si kakek terjatuh dan tenggelam ke dasar danau. Si kakek pun bersedih karena ia telah kehilangan satu-satunya alat yang membantu ia mencari nafkah. Ternyata, dari dalam danau, muncullah seorang dewi yang ingin membantu mengambilkan kapak si kakek. Kapak pertama yang diambil oleh sang dewi adalah kapak yang gagangnya terbuat dari emas. Kapak itu kalau dijual harganya bisa membuat si kakek dan istrinya kaya raya dalam sekejap. Namun, karena si kakek jujur dan tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia mengatakan bahwa kapak emas tersebut bukanlah miliknya. Kapak miliknya hanyalah kapak kayu biasa yang sudah butut dan kotor. Akhirnya karena kejujuran si kakek, sang dewi mengembalikan kapak kayu si kakek serta menghadiahkan kapak emas untuknya.

Cerita kakek miskin yang mendadak kaya raya tersebut terdengar oleh seluruh penduduk desa, termasuk salah satu tetangganya, seorang kakek penebang kayu yang culas. Ia pun mencoba peruntungannya. Ia sengaja menjatuhkan kapak kayunya, menangis, dan akhirnya ia pun bertemu dengan sang dewi yang menanyakan hal yang sama. Namun karena kerakusannya, ia langsung mengakui bahwa kapak emas adalah kapak miliknya. Sang dewi murka dan menenggelamkan si kakek ke dalam danau.

Respon Sofie yang saya perhatikan adalah dia bingung, kapak itu benda apa. Hahaha... Memang sepertinya Sofie tidak pernah melihat alat bernama kapak ini. Kemudian, daripada menyimak jalan cerita, ia lebih suka "membeo" alias menirukan ucapan setiap tokoh yang saya kisahkan. Poin pengamatan terakhir saya adalah bahwa sepertinya tingkat cerita ini masih terlalu tinggi untuk anak seusianya. Selain karena jalan ceritanya yang panjang, Sofie pun perlu menyimak dengan baik untuk memahami kisahnya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Minggu, 14 Juli 2019

Bunsay 10-1 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 14, 2019 0 Comments
Beberapa hari yang lalu, saya menceritakan sebuah dongeng ke Sofie sebelum kami tidur malam. Dongengnya terinspirasi dari salah satu hadits yang saya baca dari Komik Hadis 99 Pesan Nabi-nya Pak Vbi Djenggoten.

"Sofie, sini deh, Bundo mau cerita," saya yang lagi rebahan, menarik Sofie untuk ikut tiduran di samping saya.

Sofie yang biasanya engga bisa tiduran tenang kayak Bundonya yang malas bangun kalau sudah ketemu kasur ini, tumben banget, malah semangat sekali ikut tiduran.

"Ayuk, ayuk!" katanya.

Saya pun mulai bercerita....

"Di suatu tempat, ada seorang anak perempuan kecil, berumur 3,5 tahun... Rambutnya keriting... Namanya...."

"Sofie!" sahutnya bersemangat.

Saya ketawa, sengaja saya buat tokoh yang ciri-cirinya mirip dengan si kecil supaya dia bisa mengasosiasikan kisah yang dialami tokoh tersebut dengan kisah dirinya sendiri.

"Jangan deh, namanya jangan Sofie... Hmm sebut aja Maria."

"Maria lagi makan cemilan keju yang ditaruh di sebuah mangkuk kecil." lanjut saya. "Terus, Maria bilang, 'Aku kenyang... Nanti aku lanjut lagi, ah, makannya.' Kemudian ia meletakkan mangkuk yang masih berisi sedikit cemilan itu di lantai, lalu berlari meningalkannya. Maria bermain-main, sampai melupakan kalau mangkuk cemilannya tadi belum ia tutup."

"Lalu engga lama kemudian, lewat seekor tikus yang kelaparan. 'Hmm... ada bau makanan enak, nih!' pikir si tikus. Ia pun berjalan menuju sumber bau yang berasal dari cemilan keju Maria. 'Waah... aku pesta besar, nih! Banyak cemilan yang bisa kumakan...!' Si tikus pun lompat ke dalam mangkuk, dan memakan cemilan sepuasnya."

"Mama Maria heran mendengar suara mangkuk berdenting-denting. Ia kemudian mencari tahu, dan kaget begitu melihat ada tikus di dalam mangkuk makan Maria. 'Kyaaaaaaaaaa!' seru mama. Maria pun segera mendatangi mamanya. Ia ikut kaget melihat mangkuk cemilannya tumpah dan seekor tikus berlari terbirit-birit menjauhinya."

"'Mama, minta maaf...' kata Maria menyesal. 'Makanan Maria dimakan sama tikus, hii... jijik, 'kan?' ujar mama. 'Iya, ma, jijik...'. 'Kenapa gak ditaruh di atas meja dan ditutup tadi?' tanya mama. 'Lain kali ditutup ya, piring dan gelasnya kalau masih mau dipakai...' Maria pun mengangguk."

"Ceritanya selesai, deh!"

Sofie ikut meringis geli ketika saya menceritakan kisah pendek ini. Selama saya bercerita, Sofie asyik menirukan ucapan Maria. Saya pikir ia lebih tertarik meniru suara tokoh dibandingkan menyimak kisahnya. Eh, tetapi sehari kemudian, waktu ia makan, ia menyeletuk, "Piringnya harus ditutup ya, Bundo, biar nggak ada tikuus...!" Saya yang hampir melupakan dongeng itu, tersenyum. Ternyata ia menyimak juga.









#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari