Cincopa Gallery

...

Jumat, 31 Maret 2017

Babymoon di Musim Panas, Mengapa Tidak? - Trip (3)

Maret 31, 2017 0 Comments

Hasil gambar untuk asakusa
Gambar dari sini


Hari 7: Belanja Oleh-Oleh Murah Meriah di Ueno dan Asakusa

Hari ini, kita akan mengunjungi sebuah tempat yang tidak boleh dilewatkan saat di Jepang, yaitu Asakusa!

Perjalanan pagi hari kita mulai ke tempat lain dulu yang tidak jauh dari Asakusa, ya. Ameyoko di Ueno. Di sini ada jalan kecil yang dipenuhi penjual asesoris, pakaian, kebutuhan harian, sampai makanan dengan harga diskon. Banyak gerai makanan halal yang bisa ditemukan di sini, misalnya Chicken Man yang menjual fast food. Tidak usah menghabiskan banyak waktu di sini, ya. Dua jam sudah cukup. Lalu kita lanjut ke Asakusa.

Di Asakusa, tepatnya Nakamise Dori, inilah surga belanja oleh-oleh khas Jepang dengan harga yang murah. Sambil belanja oleh-oleh, kita juga bisa mengunjungi Sensoji Temple. Untuk makan siang saya rekomendasikan ke ramen Naritaya. Kita bisa melaksanakan sholat juga di mushola yang tersedia di kedai ramen ini. Di dekat sini ada Sumida Park. Kunjungilah sejenak, untuk melihat pemandangan Sumida River dan Tokyo Skytree dari kejauhan. Jika sudah puas jalan-jalan, kita pulang dulu untuk beristirahat.

Apa yang akan kita lakukan di malam hari? Mau coba lihat kehidupan malam di kedai pinggir jalan seperti yang sering kita lihat di film-film? Yuk saatnya berkunjung ke Yurakucho. Hanya berjarak satu stasiun dari Tokyo Station. Berjalanlah di bawah rel kereta untuk menikmati suasana malam yang unik.



Hari 8:

Hari ini agenda kita cuma ke Uniqlo di Ginza, karena adik ipar mau cari baju di Uniqlo katanya. Selain itu acara bebas. 

Tapi sebelumnya kita mampir juga ke area pusat elektronik dan toko-toko dengan tema anime di Akihabara yuk! Rasanya tidak lengkap ke Jepang kalau tidak melihat area ini. Di sini sih cukup jalan-jalan. Biasanya banyak kita akan temukan pernak-pernik anime, atau bahkan mbak-mbak yang memakai kostum cute seperti di komik-komik. 

Dari sana lanjutkan perjalanan ke Uniqlo di Ginza ya. Lokasi makan siang bisa ditemukan di Rasa Malaysia yang menyediakan menu Malaysia.


Hasil gambar untuk odaiba
Patung Gundam raksasa di Odaiba.
Gambar dari sini

Hari 9: Kembali jadi anak kecil di Odaiba

Ini hari terakhir untuk berwisata di Jepang. Sebenarnya bisa digunakan untuk free time, namun saya menyarankan buat mengunjungi Odaiba tempat kita bisa melihat patung Gundam yang besar, main ke Lego Land, mengunjungi cafe Baratie-nya One Piece, atau membeli pernak-pernik serba Hello Kitty. Asyik, 'kan?

Kita akan menghabiskan hari di Odaiba, jadi, sebaiknya pagi ini dimanfaatkan untuk packing persiapan pulang esok hari supaya besok kita tinggal membereskan hal-hal kecil saja.

Sudah siap untuk berangkat? Yuk, mari kita menuju Odaiba! Cara ke sana bisa dengan menaiki kereta dari Shimbashi Station ke Stasiun Daiba, atau waterbus dari Asakusa ke Daiba. Saya sarankan pakai  cara kedua untuk berangkat, dan cara pertama untuk pulang.

Di Odaiba banyak pilihan destinasi wisata. DiverCity jika mau foto dengan patung Gundam raksasa atau belanja pernak-pernik Hello Kitty, Decks Tokyo Beach kalau mau main ke Lego Land, Palette Town yang punya wahana Ferris Wheel, dan Fuji TV Building kalau mau bertemu dengan karakter One Piece di Restoran Baratie-nya. Makanan halal bisa ditemukan di The Oven yang menyajikan menu western ala buffet, Sojibou di Diver City dengan menu kuliner jepangnya, atau SuraBaya di Aqua City dengan menu masakan Indonesia. Dijamin akan lupa waktu saat di sini :D

Malam hari, sebelum pulang, foto-foto dulu dengan background Rainbow Bridge ya. Lalu pulang dengan kereta dari Stasiun Daiba melintasi Rainbow Bridge. Ambil tempat duduk paling depan supaya lebih puas melihat pemandangan jembatan yang cantik ini.


Hari 10: Saatnya Pulang!

Bye-bye Jepang.... Sekarang saatnya pulang. Kalau masih mau mencari suvenir, ada sebuah toko suvenir tax free di dalam bandara Haneda. Tempatnya sesudah gerbang imigrasi dan sebelum ruang tunggu. Harganya tergolong murah dan koleksinya bagus-bagus kok. Jangan lupa buat mampir, ya.

Babymoon di Musim Panas, Mengapa Tidak? - Trip (2)

Maret 31, 2017 0 Comments
Di bagian ini, saya masukkan usulan rencana ke Hakone sebagai side trip paling menarik dari Tokyo. Mudah-mudahan kondisi kehamilan adik cukup kuat sehingga tidak masalah untuk mengunjungi Hakone.

Hasil gambar untuk hakone
Gambar dari sini


Hari 4: Menuju Hakone dengan Romance Car

Setelah sarapan pagi dan check out, mari kita menuju stasiun Shinjuku dan menaiki Romance Car ke Hakone-Yumoto Station. Untuk menaiki romance car ini seingat saya kita harus reservasi dulu sebelumnya. Nanti dicek lagi, deh. Dan jangan lupa membeli Hakone Free Pass untuk 3 hari dulu ya, sebelum berangkat. Perjalanan dengan romance car memakan waktu sekitar 85 menit. Begitu sampai stasiun Hakone-Yumoto, keluar dan mari menuju penginapan untuk meletakkan koper. Jangan lupa beli bekal untuk makan siang di jalan, ya. Sayangnya sejauh ini saya belum menemukan rekomendasi kuliner halal di wilayah Hakone. Kita cari saja makanan yang muslim friendly ya, seperti soba, udon, atau hidangan laut.

Kembali ke stasiun Hakone-Yumoto, kita naik bus ke Sengoku. Di sini, ada percabangan jalan. Yang satu ke Sengoku Kogen tempat kita bisa melihat Pampas Grass Field yang luar biasa, atau ke Gotemba Station untuk lanjut ke Gotemba Premium Outlet, tempat berbelanja. Saya sarankan ambil dua-duanya. Mulai dengan ke Grass Field untuk sekedar foto-foto sejenak saja. lalu kembali dan menuju ke Premium Outlet untuk wisata belanja dan makan. Gotemba Premium Outlet ini banyak tersedia toko tax free, bisa jadi salah satu pilihan tempat berbelanja barang branded dengan harga yang agak miring. Jika sudah cukup puas, mari kembali ke penginapan. Masih ada satu hari penuh esok hari untuk mengelilingi Hakone.

Disarankan untuk kembali me-laundry pakaian malam ini.


Hari 5: Puas-puasin di Hakone!
Hari ini kita akan berkunjung ke Gora Park. Caranya, dari Hakone-Yumoto, kita naik Trozan Railway ke Gora. Gora Park tidak jauh dari tempat pemberhentian tersebut. Selesai berkeliling taman, mari cari lagi bekal untuk makan siang di jalan. Lanjutkan perjalanan dengan cable car ke Sounzan. Dari Souzan ita ke Togendai dengan Ropeway. Tapi karena adik ipar saya takut ketinggian, ya bisa diganti dengan naik bus ke Togendai ^^. Jangan sia-siakan pemandangan indah sepanjang perjalanan, ya....

Tiba di Togendai, saatnya menyeberangi Danau Ashi dengan menaiki kapal galeon yang cantik. Ada dua pemberhentian di sini, satunya di Hakone-Machi yang dekat dengan Checkpoint, sebuah area yang sepertinya menarik buat dikunjungi, dan Hakone-Moto yang dekat dengan Hakone Jinja, kuil di tepi danau yang wajib buat dikunjungi. Kalau mau, kedua tempat ini bisa kita kunjungi. Perjalanan dari Hakone-Machi ke Hakone-Moto bisa dilakukan dengan berjalan kaki, naik bus, atau kembali naik kapal.

Pasti sudah capek, 'kan? Nah sekarang mari pulang kembali ke Hakone-Yumoto dengan mengendarai bus satu kali jalan.



Hari 6: Naik Shinkansen ke Tokyo Station

Setelah sarapan dan check out, kita menuju Odawara Station ya. Ada kastil Odawara yang megah di sini. Memang tidak semegah kastil Okayama, Himeji, atau yang lainnya ya, tapi bolehlah buat foto-foto di sini. Soalnya di Tokyo sudah tidak ada lagi kastil dengan bentuk yang khas seperti ini. Jika sudah puas, yuk saatnya mencoba naik bullet train yang terkenal itu dari stasiun Odawara menuju stasiun Tokyo. Wah, pasti puas banget deh kalau sudah mencoba naik ini :D

Di stasiun Tokyo, seharusnya kita ke penginapan. Namun karena mungkin belum waktunya check in, taruhlah dulu koper di loker, dan mari wisata di sekeliling Tokyo Station. Stasiun ini luas sekali dan di dalamnya sudah seperti mall. Menurut saya kita akan puas mengelilinginya dalam satu hari. Jangan lupa untuk mengambil foto di luar gedung stasiun yang cantik, ya. Sementara itu makan siang bisa mencoba di Zenmai minamitsuro store (bento) yang ada di dalam stasiun. Belilah yang lebih untuk bekal makan malam.

Jika sudah cukup letih, mari keluar dan menuju ke penginapan. Istirahatlah yang cukup setelah perjalanan panjang hari ini.

Bersambung....

Babymoon di Musim Panas, Mengapa Tidak? - Trip (1)

Maret 31, 2017 0 Comments

Destinasi        : Tokyo dan sekitarnya yang tidak perlu sampai beli JR Pass
Kondisi klien  : Hamil dan bepergian di musim panas, jadi menghindari lokasi yang aksesnya sulit dan melelahkan
Minat klien     : Coba naik shinkansen sekali saja, prefer wisata ala koper daripada ala backpacker, mau ke taman yang cantik buat foto, mau cari tempat belanja barang yang lucu-lucu, plus ada wisata religinya juga untuk mengenal perkembangan Islam di sana.

Looking Down on Shibuya Scramble Crossing
Gambar dari sini

Hari 1: Sejenak di Shibuya & menikmati malam di Shinjuku

Perjalanan dimulai dari pendaratan di Bandara Haneda. Setelah ambil koper dan membeli tokyo pass di counter, saatnya untuk menuju Shibuya Station. Tujuan penginapan kita ada di Shinjuku, namun karena biasanya check in buka di sore hari, maka kita bisa menitipkan koper sejenak di stasiun Shibuya. Lokasi rekomendasi saya di Shibuya adalah patung Hachiko dan Shibuya crossing street untuk berfoto, lalu lanjut ke Tokyu Hands untuk adik yang gemar mengoleksi stationary yang imut. Lokasi makan siang halal bisa ditemukan di Hanasaka Ji San jika berminat dengan shabu-shabu atau Malay Asian Cuisine jika ingin mencicipi kuliner Malaysia.  

Jika waktu sudah mendekati pukul 3 sore, saatnya kita kembali ke stasiun Shibuya, mengambil koper, lalu pindah ke satu stasiun ke Shinjuku Station dan menuju penginapan. Istirahatlah sejenak di penginapan. Malam harinya saya rekomendasikan untuk kuliner ke Bosphorus Hasan yang menyajikan masakan Turki sekaligus kita bisa menyaksikan pertunjukan tari perut di sana jika beruntung. Akhiri malam pertama di Jepang dengan melihat indahnya kota dari gedung pencakar langit di Shinjuku.


Hari 2: Harajuku & wisata religi di Tokyo Camii

Setelah sarapan pagi, saatnya untuk melihat Takeshita Dori di Harajuku. Jika beruntung, kita bisa melihat pemuda-pemudi yang berpakaian unik ala Harajuku style. Shopping barang serba 100 yen bisa dilakukan juga di Daiso di sini. Untuk makan siang, saya sarankan jangan terlalu kesiangan, karena antrian di tempat makan biasanya sangat panjang. Datanglah lebih awal sebelum lapar. Ada King Kebab di food court lantai 2 yang menunya bisa ditambah nasi.

Dari Takeshita Dori, lanjutlah berjalan kaki sepanjang Omotesando, tempat berjejernya toko-toko high-end. Lokasi favorit saya di sini adalah Oriental Bazaar, tempat dijualnya cinderamata unik khas Jepang. Kemudian, sepertinya hari sudah menjelang sore... Kita akan menuju Tokyo Camii di dekat stasiun Yoyogi Uehara untuk sholat ashar berjamaah. Kalau bisa sih, sudah sampai di sana sebelum waktu ashar masuk ya. Di sini kita juga bisa berkenalan dengan penduduk muslim lokal maupun mancanegara yang sedang berkunjung. Katanya sih disediakan teh gratis di lantai dasarnya, boleh juga tuh untuk dicoba. Di samping masjid pun dijual Samosa yang kabarnya enak. Bisa dibeli untuk cemilan.

Setelah itu saatnya kembali ke Shinjuku. Makan malam bisa mencoba bento di Yoshiya (Washoku). Jangan lupa untuk me-laundry pakaian di penginapan malam ini.


Hari 3: Puaskan menikmati Shinjuku dan Shibuya lagi 

Mumpung masih pagi, saat matahari musim panas belum terik menyengat, berkunjung yuk, ke Shinjuku Gyoen, salah satu taman terindah di Tokyo. Mumpung masih menginap di Shinjuku juga, sayang kalau dilewatkan. Di sini kita bisa jalan-jalan sambil berfoto ria. Ngga usah lama-lama deh, dua jam sepertinya cukup. Dari sana, mari coba cicipi Ramen Ouka dengan gaya makan sambil berdiri. Kalau ogah berdiri, mungkin bisa minta dibungkus aja, ya. Selanjutnya, pulang dulu ke penginapan, mengistirahatkan kaki sejenak setelah berkeliling di taman. Sesudah shalat, saya rekomendasikan untuk kembali ke Shibuya karena sepertinya kunjungan sebelumnya belum benar-benar memuaskan. Ada banyak mall di Shibuya, silakan kunjungi saja salah satunya, Don Quijote, Loft, Disney Store, Shibuya Hikarie atau Shibuya 109. Lokasi makan bisa dilihat di panduan hari pertama ya.

Kalau hari sudah mulai gelap, segeralah pulang, beristirahat dan berkemas, karena besok pagi kita akan pindah ke Hakone.

Bersambung.... 

Babymoon di Musim Panas, Mengapa Tidak? - Tips

Maret 31, 2017 0 Comments
Dua tahun lalu, alhamdulillah saya dan suami berkesempatan untuk melakukan traveling jarak jauh pertama kami berdua... Ke Jepang! Waktu itu bertepatan dengan kondisi kehamilan saya yang telah mencapai usia 6 bulan. Bagi ibu hamil, usia kehamilan di trimester dua ini adalah usia paling aman untuk melakukan perjalanan jauh. Ternyata, jadwal keberangkatan kami tersebut justru bertepatan dengan puncak musim panas! Aduuhh... Perjalanan pun mau tak mau tetap kami laksanakan sambil merasakan suka dukanya musim panas di Jepang.

Kebetulan, saya baru mendapatkan orderan dari adik saya untuk membuatkan itinerary wisata ke Jepang di musim panas untuk ibu hamil. Alhamdulillah akhirnya kami sekeluarga mendapatkan kabar gembira tentang kehamilan si adik setelah satu tahun lebih usia pernikahannya. Ternyata juga, si adik dan suaminya ingin juga melakukan babymoon ke Jepang... yang jadwalnya tidak beda jauh dengan kondisi saya dua tahun lalu, yakni saat musim panas! Hihihi... Nah, dari pengalaman saya sebelumnya, setidaknya saya kini bisa memberikan gambaran pada adik tentang objek wisata yang saya rekomendasikan untuk dia kunjungi.


Babymoon ke Jepang saat musim panas, mengapa tidak?


Foto Puti Annisa Utari.
Background Kastil Himeji.
Ini luar biasa panasnya, lho!


Ada beberapa tips dari saya mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan saat jalan-jalan di musim panas. Pertama, sebaiknya di siang hari, pilih destinasi wisata indoor seperti ke museum, kastil, atau mall. Jika ingin mengunjungi taman atau tempat terbuka lainnya, sebaiknya lakukan di pagi hari sekali, atau setidaknya saat sore menjelang malam, ketika temperatur udara mulai turun. Selain cara itu, bisa juga kita mengakali dengan pergi ke daerah pegunungan di Jepang, karena pasti suhunya tidak akan sepanas daerah yang dekat dengan pantainya. Wilayah Jepang kan luas ya, ada yang di pinggiran pantai, persawahan, sampai gunung. Semakin mendekati pantai, maka semakin panas suhunya. Kemudian, jangan lupa untuk selalu membawa air minum, payung, dan kaca mata hitam. Pakailah pakaian yang menyerap keringat dan jangan lupa juga oleskan sunblock ke tubuh sebelum keluar penginapan. Oh iya, bagi ibu hamil, saya sarankan tidak usah ngebet ingin pergi ke seluruh tempat. Dalam sehari dua lokasi saja sudah cukup kok untuk dikunjungi. Nikmati saja perjalanannya dengan santai ya :)

Satu lagi, mengenai lama perjalanan. Saya menyarankan jika ingin jalan-jalan ke Jepang, minimal sediakan 8 hari di luar hari penerbangan dari Indonesia-Jepang maupun Jepang-Indonesia. Kalau kurang dari itu, khawatirnya tidak akan puas sebab di sana luaaas seklai dan destinasi wisatanya terlaluuu banyak! ^^ Sayang jika sekali-kalinya berkesempatan berkunjung ke sana, eh malah tidak dimanfatkan secara maksimal. 

Itinerary yang akan saya buat, adalah itinerary 10 hari 9 malam. Akan saya bagi ke dalam dua-tiga tulisan. Beberapa destinasi yang saya rekomendasikan sudah saya datangi sendiri. Namun lebih banyak yang belum pernah saya datangi. Informasi yang saya peroleh banyak saya dapatkan dari buku, website, maupun blog wisata Jepang. Tulisan ini juga bisa jadi panduan buat saya pribadi kalau saya berkesempatan ke sana lagi (insya Allah, mudah-mudahan masih bisa berkesempatan lain waktu!)

Sampai ketemu di postingan berikutnya.... 



Selasa, 21 Maret 2017

Manfaat Internet dalam Menulis Itinerary

Maret 21, 2017 0 Comments
Hasil gambar untuk itinerary
Gambar dari sini


Bunda-Bunda tahu tidak kalau saya keranjingan membuat itinerary? Itinerary ini bahasa bekennya jadwal wisata di kalangan traveler sekarang. Entah siapa yang mempopulerkan, kenapa engga pakai bahasa lokal aja, ya? Hmm, dugaan saya sih mungkin karena destinasi wisata luar negeri yang jadi favorit orang Indonesia kebanyakan ke negara dengan bahasa Inggris ya?

Bicara soal itinerary, saya pertama kali membuat itinerary adalah saat saya merencanakan perjalanan wisata ke Thailand bersama dua orang sahabat saya empat tahun lalu. Di senggang waktu bekerja, saya buka-buka situs web mengenai wisata ke Thailand, destinasi wisata, lokasi makanan halal, serta transportasinya sampai saya sengajakan chat teman lama saya yang bekerja di Bangkok. Namun akhirnya karena satu dan lain hal, kami batal ingin mengunjungi negara itu. Maka beralihlah destinasi wisata kami, menjadi ke Singapura.

Nah, waktu browsing tentang wisata Singapura inilah saya menemukan 'flow' saya (flow adalah istilah dalam positive psychology yang menerangkan suatu kondisi saat seseorang merasa hanyut dalam suatu aktivitas hingga tak ada hal lain yang dapat mengalihkan perhatiannya). Teknologi internet sangat memudahkan saya dalam membaca review tentang akomodasi dan objek wisata di sana, perkiraan suhu udara, rekomendasi tempat makan yang halal, jam buka dan tutup suatu objek wisata, rute jalan, transportasi yang tersedia, berapa kilometer jarak dari satu tempat ke tempat lain, hingga hal sekecil tarif angkutan ke setiap tujuan. Oh my! Tanpa perlu menghubungi penduduk setempat, dengan kecanggihan teknologi ini saya bisa dengan mudah memperkirakan berapa lama saya akan menghabiskan waktu di suatu tempat wisata, berapa lama jarak yang saya butuhkan untuk berpindah lokasi, berapa sen uang yang harus saya kantungi untuk transportasi dan makan, di mana saya bisa makan dan sholat. Saya bisa menghabiskan waktu mengutak-atik jadwal perjalanan ini sampai berhari-hari! Terima kasih kepada google maps yang membuat saya takjub sekali akan kecanggihan dan kedetilannya.

Benar sekali terasa bahwa internet mampu membuat jarak antarnegara antarbenua menjadi jauh lebih dekat (Tanda-tanda akhir zaman? Yes! Tapi saya tidak akan membahas ini ya...). Sayangnya kemudahan google maps ini saya lihat belum diaplikasikan di area Republik Indonesia. Bagi wisatawan lokal yang ingin berkunjung ke suatu daerah di Indonesia, saya masih kesulitan menemukan rute angkutan umum ke setiap objek wisata dan mengetahui besaran tarifnya, misalnya. Belum lagi tidak semua area bisa dilalui oleh angkutan umum. Seringnya jika ingin bertandang ke suatu daerah, lebih baik kita menggunakan mobil sendiri atau mencarter mobil supaya bisa masuk ke seluk-beluk suatu daerah. Namun sejauh ini, tulisan para blogger mengenai ulasan wisatanya sudah sangat membantu para pelancong lain untuk mempersiapkan perjalanannya. Jadi, di akhir tulisan ini, saya ingin berterima kasih juga kepada para blogger dan penulis ulasan tips pariwisata atas karya-karyanya. Di lain pihak, jika ada pembaca yang bekerja di bidang pariwisata, saya harap tulisan ini bisa menggugah hatinya untuk melengkapi lagi fasilitas pariwisata Indonesia dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi.

Jumat, 10 Maret 2017

Dilema Ibu

Maret 10, 2017 0 Comments
Hasil gambar untuk dilema ibu bekerja
Gambar dari sini


Pagi ini, salah satu grup whatsapp yang saya ikuti, dihebohkan dengan cerita dari salah seorang anggota. Anggota ini ialah seorang ibu yang selain punya tanggung jawab atas anaknya, beliau juga punya tanggung jawab di ranah publik, yakni sebagai seorang karyawan. Dilema yang dirasakan adalah ketika harus menitipkan pengasuhan dan pendidikan dini anak kepada pihak ketiga karena ketidaksanggupannya melepas pekerjaannya saat ini dikarenakan berbagai pertimbangan.

Lain waktu, saya pun pernah mendengar keinginan seorang ibu yang belum pernah mencicipi kerja kantoran. Beliau sudah mempunyai anak, namun ingin sekali bisa bekerja menjadi pegawai kantor. Pengalaman kerja yang pernah beliau coba setidaknya adalah menjadi asisten dosen, mengajar privat, atau bekerja di laboratorium kampus. Melihat teman-temannya banyak yang menjadi pegawai kantoran, beliau pun mencoba untuk memasukkan lamaran ke beberapa perusahaan. Namun memang masih belum rezekinya memperoleh pekerjaan yang diinginkan sampai sekarang.

Bagaimana dengan saya?

Saya sendiri, mungkin termasuk ibu yang berada di posisi pertengahan dari kedua cerita tadi. Mencicipi bekerja di kantor besar di pusat ibukota negara, pernah. Di sana saya bisa lihat dan rasakan bagaimana para karyawan berangkat subuh hari supaya tidak terlambat tiba di kantor, bekerja hingga larut malam, dan pulang bisa sampai tiga jam untuk sampai di rumah karena terjebak kemacetan kota Jakarta. Sebelumnya, bekerja di instansi perbankan yang notabene stres kerjanya tinggi dan dikenal pula dengan istilah kerja rodinya karena tugasnya yang sangat padat. Pernah juga saya bekerja paruh waktu yang lebih santai dan hanya dilakukan ketika ada proyek, yaitu sebagai editor dan petugas data entry. Dan kini, saya bekerja sebagai dosen yang syukurnya masih memiliki waktu yang cukup untuk keluarga.

Wah, senangnya masih memiliki waktu yang cukup untuk keluarga. Mungkin demikian ya, tanggapan beberapa ibu mengenai situasi saya. Tapi, apakah masih ada dilema yang saya rasakan?

Ada. Ternyata tetap ada dilema lho, Bunda.... Saya berharap saya bisa punya lebih banyak waktu untuk menambah wawasan keilmuan saya, mempersiapkan materi kuliah yang akan diajarkan ke para mahasiswa, serta ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Kondisinya sekarang, sangat sulit bagi saya untuk bisa membuka laptop atau komputer di rumah untuk bekerja karena ada si kecil yang pasti ingin ikut mengutak-atik komputer. Saya baru bisa bekerja dengan tenang saat berada di kampus. Namun ini cuma bisa dilakukan maksimal 2x seminggu karena ada pengasuh anak yang bisa membantu di jadwal tersebut. Itu pun si pengasuh sekaligus merangkap sebagai asisten rumah tangga. Jadi saya tidak bisa lama-lama meninggalkan anak dengan si pengasuh berdua saja, karena kalau terlalu lama, nanti malah tugas rumah tangga yang tidak beres-beres. Sementara, orang tua saya menentang sekali saya memasukkan anak ke tempat penitipan anak. Huff... dilema, ya....

Jadi, kalau saya pikir-pikir, sepertinya seluruh ibu terjebak dalam kotak masalahnya masing-masing. Nyaris tidak ada ibu yang berada dalam situasi dan kondisi yang benar-benar sempurna baginya.

Coba kita bayangkan,
Ibu bekerja, dilema karena tidak punya waktu yang cukup untuk membersamai anak...
Ibu rumah tangga, dilema karena ingin mengaktualisasikan diri dengan bekerja di luar rumah...
Punya orang tua dan mertua yang masih dalam usia produktif, dilema karena anak diasuh oleh pihak ketiga...
Punya orang tua atau mertua yang menemani tumbuh kembang anak, dilema karena pola asuh dari mereka tidak sesuai dengan pola asuh yang diinginkan...
Tidak punya asisten rumah tangga, dilema karena rumah selalu berantakan...
Punya asisten rumah tangga, dilema karena karakter orangnya tidak cocok di hati...
Punya asisten rumah tangga yang cocok di hati, eeh dianya malah tidak bisa membantu setiap hari....
Huhuhu... Terus, maunya apa dong?

Rasa dilema akibat ketidakpuasan dengan kondisi yang ada ini sebetulnya muncul karena adanya gap antara kondisi ideal yang kita inginkan dengan kenyataan sebenarnya. Terang saja selalu ada rasa ingin memperoleh yang lebih baik lagi karena kita manusia yang memang diciptakan Allah dengan memiliki beragam keinginan. Lalu bagaimana mengatasinya?

Tarik nafas sejenak dan renungkan....
Bersyukur; mungkin inilah kata kuncinya.
Sadarilah bahwa kondisi tidak ideal yang kita rasakan saat ini bisa jadi adalah kondisi yang diidam-idamkan ibu lain di luar sana.

Bukankan Allah sudah berfirman:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu"?

Jadi Bunda, mari kita coba untuk berdamai dengan kondisi saat ini. Terimalah bahwa memang inilah yang dianugerahkan Allah kepada kita. Lihat apa sisi positifnya. Jika belum terlihat sekarang, bisa jadi nanti esok hari setelah kita menjalaninya baru bisa kita rasakan apa makna dibalik ini. Bisa jadi Allah memang ingin menempa kita untuk menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih bijak melaluinya.

Analisislah apa yang menjadi kekuatan dan peluang bagi Bunda. Jika ada satu hal yang membuat kita tidak nyaman, cari tahu apa yang bisa kita perbuat dengan kekuatan kita untuk mengatasi hal tersebut. Temukan peluang yang mungkin kita ambil. Fokuslah pada kekuatan dan peluang tersebut. Jangan lupa selalu iringi usaha kita dengan doa, ya. Setidaknya kita sudah berikhtiar, lalu biarlah Allah yang mengatur hasilnya, bagaimanapun jadinya.

Ini juga merupakan catatan pribadi untuk saya :) 

Stay positive, stay strong, Bunda!

Sabtu, 04 Maret 2017

Menyembuhkan Baby Blues (repost)

Maret 04, 2017 2 Comments
Tulisan ini repost dari blog lama saya di sini.
Hasil gambar untuk baby blues syndrome
Gambar dari sini

JRENG JREENGGG ~ ~ ~

Tahun baru. Hari baru. Dan semangat nge-blog yang baru!

Hari ini, beda dari hari-hari blogging biasanya, saya sudah ditemani setiap saat oleh seorang anak kecil yang lucu di rumah. Karena masa adaptasi saat hamil, melahirkan, punya bayi inilah makanya tidak terpikir sama sekali buat nge-blog. Sempat merasakan mild baby blues juga... namun alhamdulillah selama itu saya bergabung dengan whatsapp grup ibu-ibu sealmamater yang ada dalam kondisi yang sama. Grup ini ibarat telaga di padang pasir. Pfffiuw... Membantu saya meringankan beban pikiran yang mumet dan kejenuhan saat aktivitas saya terbatas hanya bisa mengurus bayi. 

Buat Bunda-Bunda muda yang baca ini, dan yang sedang dalam masa kaget karena pola hidupnya berubah, saya sarankan, selain belajar ikhlas menerima keadaan, carilah kelompok teman-teman yang ada dalam kondisi sama atau setidaknya pernah mengalami hal tersebut, dan punya visi saling membantu satu sama lain untuk sekedar jadi teman curhat. Trust me Moms, IT HELPS A LOT!

Mengapa harus teman, bukan orang tua saja yang sudah berpengalaman membesarkan anak?


Bukan maksudnya mengecilkan pengalaman para orang tua kita, tetapi ada dua hal yang jadi pertimbangan saya soal ini. Pertama, ketersediaan informasi. Informasi yang tersebar saat ini jauh lebih banyak daripada zaman orang tua kita. Ilmu pengetahuan pun sudah berkembang lebih luas. Ada beberapa pola merawat anak yang dulunya tampak bagus, namun ternyata setelah sekian tahun baru terlihat bermasalah. Hal ini yang ingin kita coba hindari. Kalau ada hal yang dulu bagus dan kini hasilnya tetap baik, ini sih baiknya tetap kita teruskan.

Kedua, faktor jarak waktu pengalaman orang tua ketika merawat anak. Umur bunda-bunda muda saat memiliki anak pertama umumnya sudah di atas 20 tahun. Artinya, usia orang tua kita saat terakhir merawat anak tidak jauh dari rentang waktu 20 tahun yang lalu. Kebanyakan orang tua sudah lupa hal-hal detil dalam merawat anak. Maka dari itu, lebih tepat rasanya jika kita bertanya seputar hal perawatan anak kepada bunda-bunda muda yang baru saja melalui hal yang sama. Ingatannya pasti lebih kuat.

Kemudian, jika Bunda sedang mencari komunitas yang tepat untuk ikut forum diskusinya, ada beberapa saran dari saya. Pertama, pilihlah komunitas yang kita rasakan kita punya kedekatan terhadap anggotanya. Misalnya, sama-sama dari almamater yang sama, seperti situasi saya. Atau sama-sama berada di kota yang sama. Lokasi yang dekat akan memudahkan Bunda kalau sedang butuh bantuan khusus seperti misalnya bertanya di mana lokasi berbelanja kebutuhan bayi tertentu, bertanya dokter spesialis anak yang direkomendasikan di sekitar tempat tinggal, atau untuk menjadwalkan playdate demi menghilangkan kebosanan di rumah.

Kedua, sebaiknya memang ada orang yang ahli dalam komunitas tersebut. Atau setidaknya punya link ke sang ahli. Misalnya kalau di komunitas yang saya ikuti, ada yang lulusan fakultas farmasi, jadi jika ingin menanyakan soal obat-obatan, ada orang terpercaya yang bisa ditanyai.

Terakhir, pastikan kelompok itu diisi oleh orang-orang yang positif ya. Maksudnya, memang punya kesamaan niat untuk saling membantu di dalamnya. Bukan malah bersaing untuk menunjukkan keunggulan masing-masing dan merendahkan bunda lain yang masih kurang wawasannya dalam merawat anak. Kalau ketemu yang begini kan bukannya mengurangi stres, tetapi malah menambah stres!

Semoga Bunda-Bunda bisa menemukan komunitas yang cocok yaa :)