Cincopa Gallery

...

Rabu, 31 Mei 2017

Game Bunsay Level 1

Mei 31, 2017 0 Comments
***SPOILER ALERT***

Bagi Bunda-Bunda IIP yang belum sampai pada tahap ini, diharapkan tidak membaca artikel ini demi menjaga rasa penasaran saat waktunya tiba nanti.

Semangat ibu profesional!



Game Kelas Bunda Sayang
Level 1

TANTANGAN 10 HARI KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selamat Anda memasuki game level 1, di kelas Bunda Sayang ini.
Dan inilah tantangan bulan ini :

KOMUNIKASI KELUARGAKU

a. Pilihlah 1 poin dalam komunikasi produktif yang menurut Anda paling penting dan utama untuk dilatihkan pertama. Jika dalam waktu kurang dari 10 hari telah tercapai target perubahan, boleh lanjut ke poin berikutnya.

Panduan poin Komunikasi Produktif untuk Anak

Panduan Poin Komunikasi Produktif untuk Pasangan/Keluarga

b. Berlatihlah menggunakan poin tersebut.
Misal, Anda memilih melatihkan KISS. Maka latihkanlah setiap hari minimal selama 10 hari berturut-turut.

c. Ceritakan dengan narasi pendek dan boleh disertai foto atau video proses latihan Anda *setiap harinya*. Ceritakanlah:
✅ Hal menarik apa saja yang anda dapatkan ketika mempraktikkan poin tersebut dalam komunikasi sehari-hari bersama keluarga?
✅ Perubahan apa yang anda buat hari ini dalam berkomunikasi?

d. Waktu yang kami berikan dari tanggal 1-17 Juni 2017.

e. Anda cukup mengirimkan link tantangan Anda melalui Google Form dibawah ini
https://goo.gl/6iYll9

e. Penulisan tantangan boleh dilakukan melalui Blog/FB pribadi/Notes/ Instagram/Aplikasi Google.

f. Setiap kali membuat narasi/gambar /video tantangan, jangan lupa pakai hashtag
#level1
#day1 (ubah menurut hari setoran)
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

g. Bagi anda yang sudah menyelesaikan tantangan di level 1 ini dengan tepat waktu akan mendapatkan badge cantik bertuliskan
I'm responsible for my communication result
yang sudah disiapkan oleh para tim fasilitator bunda sayang.

Selamat berkreasi dalam membangun komunikasi

Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang Batch #2 2017/


Materi 1 Kelas Bunda Sayang IIP

Mei 31, 2017 0 Comments
***SPOILER ALERT***
Bagi Bunda-Bunda IIP yang belum sampai pada tahap ini, diharapkan tidak membaca artikel ini demi menjaga rasa penasaran saat waktunya tiba nanti.
Semangat ibu profesional!



Institut Ibu Profesional
Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1
KOMUNIKASI PRODUKTIF
Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.
KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI
Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.
Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda
Kata  masalah gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.
c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. Fokus pada solusi bukan pada masalah
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. Ganti perintah dengan pilihan
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000
Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 201 4
Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari


Jumat, 28 April 2017

Misi Baru, Wardrobe Detox

April 28, 2017 0 Comments
Kalau saat ini orang-orang banyak yang tertarik mencoba resep minuman yang bisa mendetoks pencernaan, saya justru sedang gemar melakukan detoks isi lemari baju saya... istilah kerennya, wardrobe detox ;)

Hasil gambar untuk wardrobe rapi


Bunda sering menemukan masalah lemari baju yang serupa dengan saya, tidak? Pertama, lemari penuh, sampai harus membeli lemari baju lagi untuk menempatkan pakaian seluruh anggota keluarga beserta perlengkapan rumah dari kain lainnya seperti handuk, selimut, keset, seprei, sarung bantal dan guling, taplak meja, bedong bayi, dan kain-kain lap. Kedua, meskipun sebenarnya koleksi baju kita banyak, tapi yang dipakai itu-itu saja! Banyak alasan kenapa model pakaian yang lain jarang atau bahkan hampir tidak pernah dipakai... Mulai dari karena sebenarnya modelnya tidak cocok di tubuh kita, bahannya tidak nyaman dipakai, kesempitan, terlalu lapar mata saat beli, eh ternyata ketika barangnya sampai di tangan, tidak sebagus dugaan kita, sampai pada alasan... belum ada momen yang tepat untuk memakainya. Yang nyengir, yang nyengir, hayo... ngakuu... hahaha.... Alhasil menumpuklah semua pakaian di lemari.

Nah, semenjak lingkar badan tidak lagi selangsing dulu 😜 dan kondisi saya yang gampang tergoda dengan baju-baju yang dijual online ...hiks... padahal setiap saya belanja cukup banyak baju baru, pasti banyak juga baju lama yang saya keluarkan untuk disumbangkan ke penerima yang membutuhkan.. tapi isi lemari masih tidak juga berkurang, saya akhirnya memutuskan untuk detoksifikasi isi lemari. Bagaimana caranya? Silakan simak dan coba praktikkan ya, Bun? 😉

Pertama, saya membuat daftar kategori pakaian. Kategori pakaian yang saya buat adalah: (1) baju rumah harian (berupa kaos lengan pendek untuk kondisi santai, serta cardigan dan blus lengan panjang untuk kondisi menerima tamu atau mau ke warung); (2) baju tidur (yang berupa daster); (3) baju pesta (berupa baju stelan atas-bawah atau dress); (4) baju keluar untuk kerja (berupa blazer dan dalamannya serta tunik), (5) baju keluar untuk main (tunik, blus, gamis, dan pakaian informal yang berupa stelan), sisanya adalah jilbab dan bawahan berupa celana dan rok panjang. 

Selanjutnya, saya menentukan berapa potong/stel pakaian yang saya butuhkan untuk setiap kategori tersebut. Hal ini saya sesuaikan dengan ragam aktivitas harian saya. Soal pakaian pesta, saya cukup mengalokasikan slot lemari untuk 3-4 stel baju karena undangan pesta jarang banget. Biarpun jarang, kalau baju ke pesta itu lagi-itu lagi, kadang ngga enak juga ya sama teman yang ngelihat... haloo memangnya ada ya, yang hapal sama baju kita? Ya tapi, namanya perempuan, pasti sensitif soal bagaimana pendapat orang lain gitu dehh 😆😆 Lalu, soal pakaian kerja, saya sediakan hanya untuk 6-7 stel di luar seragam kampus. Jadwal saya ke kampus paling tidak seminggu ada 2-3 kali. Kalau ada 6 stel saja, setidaknya saya akan pakai pakaian yang sama minimal dalam rentang waktu 2 minggu. Amaan 😤 Selanjutnya, pakaian main saya juga sediakan 6-7 stel. Saya termasuk jarang pergi ke luar di hari kerja. Paling sering ya di akhir pekan saat mau jalan-jalan sama suami. Tapi ini juga biasanya hanya pergi cari makanan take away atau olahraga ringan. Kami hampir tidak pernah pergi ke mall atau sekedar makan ke restoran. Nasib, nikah sama anak rumahan... 🙍 Jadi pakaian jalan yang wow banget gitu jarang saya pakai. Jumlah 6-7 stel saya rasa masih cocoklah buat gaya hidup saya. Lalu mengenai baju rumah sendiri seperti daster dan kaos lengan pendek tidak saya batasi karena ini di Padang, Bun. Masak ke dapur aja berkeringatnya sampai harus ganti baju lagi. Sementara untuk baju rumah yang berupa blus lengan panjang, saya cukupkan 4-5 potong saja selain karena terima tamu dan ke warung jarang, saya juga masih punya 3 potong cardigan sebagai luaran baju kaos lengan pendek saya jika diperlukan. Untuk bawahan dan jilbab sendiri tidak saya batasi kuotanya karena tidak makan banyak tempat di dalam lemari.

Langkah ketiga, saya tinggal memilah baju sesuai dengan kategori dan kuota yang sudah saya tentukan. Ini yang butuh waktu lama, bahkan sampai habis dua hari. Bisa lebih sebenarnya kalau saya lanjutkan dengan memilah jilbab. Dalam tahap ini, saya juga menyingkirkan pakaian yang memang sudah tidak layak lagi untuk dipakai, sempit, bahannya tidak nyaman, tidak ada padanannya, dan yang memang jarang sekali saya pakai. Baju yang masih mungkin saya pakai saya simpan ke dalam plastik besar, lalu saya taruh di gudang. Sementara baju yang tidak mungkin lagi dipakai ada yang saya buang dan ada yang saya sumbangkan. Ngga digarsel, Bun? Engga 😅 saya kok ngerasa pakaian bekas itu tidak layak digarsel ya... Lebih baik sumbangkan atau belikan yang baru buat orang lain. 

Terakhir, susun kembali seluruh pakaian yang lolos seleksi ke dalam lemari. Waah, dijamin, semakin lapang isi lemari baju kita... dan siap untuk diisi kembali... eh. Sekarang, setiap akan berangkat kerja, saya tidak pernah lagi bingung mau pakai baju yang mana. Karena jadwal pakai tiap baju sudah ada 😄 Horeee!

Misi saya selanjutnya, setelah sukses dengan wardrobe detox ini adalah... shopping detox 😎

Rabu, 26 April 2017

Investasi Syar'i di Pasar Modal

April 26, 2017 0 Comments
Hasil gambar untuk investasi syari

Tempo hari saya terlibat dalam percakapan mengenai status syar'i-tidaknya investasi di pasar modal atau saham dengan beberapa orang ibu. Ada sebagian ibu yang berpendapat investasi tersebut diperbolehkan (termasuk saya--dengan beberapa pertimbangan pilihan perusahaan tentunya), dan ada sebagian lain ibu yang dalam posisi berhati-hati karena khawatir terjebak dalam transaksi yang dilarang agama. Percakapan terhenti sampai di situ, dengan harapan masing-masing dari kami akan mencari dasar yang tepat mengenai hal ini dari ahlinya.

Nah kebetulan sekali, hari ini saya berkesempatan bertemu lagi dengan salah seorang dosen di kampus yang mengampu mata kuliah teori portofolio, yang memang khusus mempelajari keputusan berinvestasi, termasuk di dalamnya saham. Sejak terjadi perubahan alokasi ruangan bagi dosen di Unidha, memang saya jadi sulit bertemu dengan beberapa teman dosen. Jadi kesempatan ketemu dengan teman-teman tertentu jadi berharga sekali untuk saya manfaatkan sebaik-baiknya. Hehe....

Jadi berdasarkan wawasan yang dipahami oleh Pak Febri dosen dengan spesialisasi investasi di Unidha, pada dasarnya semua perusahaan meminjam modal kerja ke bank. Bagi yang meyakini bahwa transaksi di bank adalah riba, berarti mengamini juga bahwa semua perusahaan tersebut melakukan praktik riba, termasuk semua perusahaan yang terdaftar di dalam bursa efek. 

Lalu, bagaimana pandangan MUI soal ini? Ternyata MUI agak longgar dalam hal ini. MUI menetapkan batas leverage tertentu bagi perusahaan untuk menentukan status syar'i-tidaknya kita berinvestasi untuk perusahaan tersebut. Leverage ini mungkin bahasa awamnya kemampuan perusahaan untuk mencari modal, yang salah satunya melalui bank. Jika besar dana yang perusahaan ambil dari bank melebihi porsi tertentu, artinya perusahaan tersebut melakukan riba yang tidak bisa ditolerir, sehingga tidak seharusnya umat muslim berinvestasi untuk perusahaan tersebut. 

Pertanyaan selanjutnya, dari mana kita bisa mengetahui besaran dana yang dipinjam sebuah perusahaan ke bank? Untuk menjawab ini, kita perlu membuka laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah dipublikasikan perusahaan tersebut untuk khalayak umum. Tampak ribet, ya? Yup.... Tapi jangan khawatir, ternyata hal ini sudah diatasi oleh Jakarta Islamic Index (JII) yang menaungi seluruh perusahaan yang meskipun meminjam modal juga di bank, namun masih dikategorikan layak atau syar'i jika umat muslim ingin berinvestasi di dalamnya.

Hal lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Kita sebagai umat muslim tentu harus menghindari perusahaan yang memproduksi produk/jasa yang tidak syar'i, seperti misalnya perusahaan yang memproduksi minuman keras, rokok, senjata, barang ilegal, serta perbankan. Hal ini didasari atas dalil yang menyatakan bahwa jika suatu barang/jasa statusnya haram, maka segala transaksi yang melibatkan barang/jasa tersebut dinyatakan haram, termasuk jual-beli saham bagi perusahaan yang memproduksi barang/jasa tersebut.

Jadi dapat disimpulkan, jika ingin menghindari praktik tidak syar'i dalam berinvestasi di pasar modal, kita bisa berinvestasi ke perusahaan yang terdaftar dalam JII, atau jika ingin melalui bursa efek konvensional, setidaknya hindari investasi ke perusahaan yang memproduksi barang/jasa yang tidak syar'i. 

Demikian uraian singkat-padat yang saya terima dari Pak Febri. Tentu jika Bunda ingin mendalaminya lebih lanjut, sebaiknya cross-check ke ahlinya, yaitu ulama yang memahami ilmu agama dan investasi keuangan.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 08 April 2017

Kokedama, Alternatif Tanaman Hias di Rumah

April 08, 2017 1 Comments
Pagi ini, waktu masuk kamar dan sekilas melihat tayangan televisi, ada ulasan singkat tentang kokedama yang menahan saya. Bunda-Bunda sudah tahu belum apa itu kokedama? Kalau hidroponik adalah sebuah teknik bertanam dengan menggunakan media air, kokedama ini adalah teknik bertanam dengan sabut kelapa (di beberapa sumber dikatakan bahwa medianya adalah lumut). Tetap ada tanah di dalamnya yang biasanya dibentuk bulat seperti bola. Tanaman yang akarnya sudah diselimuti tanah ini lalu dibungkus dengan sabut kelapa atau pembungkus khusus yang kemudian akan ditempeli lumut. Kokedama bisa dipajang langsung di atas rak/meja atau digantung menjadi tanaman penghias ruangan.

Hasil gambar untuk kebun kokedama sabut kelapa
Gambar dari sini

Asal mula kemunculan kokedama adalah anjuran pemerintah Jepang supaya setiap warga memiliki kebun tanaman. Namun karena terbatasnya lahan untuk bertanam, maka warga Jepang mengakalinya dengan menggunakan media tanam yang bisa dipakai di lahan sempit seperti ini. Di sana pun ada mitos yang mengatakan bila sampai ada tanaman yang mati di sebuah rumah, maka akan hilang pula rezeki penghuni rumah tersebut. Ini juga menjadi penyebab kokedama maupun teknik bertanam lain marak dilakukan oleh warga setempat. There's no reason to not go green.

Karena dipajang di dalam ruangan, maka tanaman yang bisa tumbuh di kokedama ini adalah tanaman yang tidak memerlukan banyak sinar matahari. Perawatannya pun cukup mudah, Bunda. Kita hanya perlu merendamnya dalam air beberapa menit sekali dalam tiga-empat hari. Simpel sekali ya, cocok nih buat Bunda yang tidak rajin menyiram bunga setiap hari seperti saya :D

Kamis, 06 April 2017

Transit bersama Batita di Bandara Hang Nadim Batam

April 06, 2017 0 Comments
Hasil gambar untuk bandara hang nadim
Gambar dari sini


Beberapa hari yang lalu saya melakukan perjalanan udara dari Pekanbaru ke Padang bersama si kecil Sofie (usia 15 bulan) dan Bu Yen, ibu pengasuh Sofie. Penerbangan yang menggunakan maskapai Citylink ini mengharuskan kami transit sekali di Batam selama tiga jam. Jika ditambah waktu selama penerbangan, keberangkatan dari rumah menuju bandara di Pekanbaru serta perjalanan dari bandara Padang menuju rumah, total waktu yang harus kami tempuh bisa melebihi enam jam. Wuih, sungguh waktu yang panjang bagi si kecil. Kalau kami naik moda transportasi darat, travel misalnya, memang mungkin lebih nyaman bagi si kecil ya, karena kita tinggal duduk dari rumah sampai tiba ke rumah tujuan, kita pun bisa saja tidur selama di mobil. Tapi lama perjalanannya itu lho, bisa menghabiskan waktu sembilan jam. Karena alasan inilah kami memutuskan untuk naik pesawat pada perjalanan ini.

Satu hal yang sempat saya khawatirkan adalah bagaimana si kecil bisa tahan bepergian jauh, yang mengharuskan dia tetap terjaga--karena kalau naik pesawat, tentu kita harus mobile; tidak duduk terus seperti di mobil. Soalnya dalam enam jam perjalanan itu, ada dua kali jadwal tidur yang harusnya dinikmati Sofie. Wah, kalau jadwal tidurnya terganggu, jangan-jangan si kecil akan rewel niihh....

Untungnya, kecemasan saya tidak terjadi. Alhamdulillah sekali Allah memberikan kemudahan dan kenyamanan selama di perjalanan. Meskipun perjalanan lama, tapi Sofie bisa tidur dua kali sesuai jadwalnya, pertama saat di mobil menuju ke Bandara Sultan Syarif Qasim II Pekanbaru, dan kedua, saat di dalam pesawat dari Batam ke Padang. Dan pada tulisan kali ini, yang mau saya ceritakan bukanlah soal jadwal tidurnya Sofie (hihi), melainkan bagaimana saya dan si kecil bisa melalui tiga jam transit di bandara Hang Nadim Batam dengan nyaman.

Ada tiga lokasi yang akan saya ulas di sini, yaitu mushola, executive lounge, dan ruang menyusui.

➽ Mushola
 
Begitu tiba di Bandara Hang Nadim, sesuai dengan aturan penumpang transit, kami harus turun dari pesawat untuk melapor ke meja transit Citylink (di lantai satu) dan kembali ke ruang tunggu untuk menunggu jadwal keberangkatan selanjutnya. Meskipun perjalanan kami selanjutnya masih tiga jam lagi, tapi saya putuskan untuk mengurus ini dulu sebab pada pengalaman melapor transit sebelumnya di bandara yang sama, saya harus cukup lama berebut antrian (iya, berebut, soalnya tidak ada garis batas antrian di sana) dengan penumpang lain yang ingin transit juga ke berbagai kota di Indonesia, sementara petugas di meja ini hanya ada satu orang. Untunglah di kesempatan kali ini, antrian di depan saya tidak sepanjang sebelumnya. Tapi begitu saya selesai dan saya menoleh ke belakang, woow sudah ada lebih dari selusin orang yang mengantri. Mereka nampaknya rombongan dari pesawat Citylink lain yang baru saja mendarat. 

Kemudian karena waktu sudah memasuki jam sholat zuhur, saya, Sofie dan Bu Yen mencari mushola. Kebetulan kami menemukan mushola di lantai dua tepat sebelum gerbang pemeriksaan untuk masuk ke ruang tunggu. Saya yakin di dalam ruang tunggu pasti ada mushola juga, tapi karena mushola yang ini terlihat cantik dari luar, maka saya memilih untuk sholat di mushola ini saja. Ternyata, yang terlihat cantik dan luas itu area sholat laki-laki, sedangkan area sholat perempuan lebih kecil dan tidak ada jendela ke luarnya 😡 Lucunya juga, area sholat perempuan itu masuknya dari area wudhu laki-laki, sementara wudhu untuk perempuan sendiri ada di toilet perempuan. Hahaha, bingung 'kan?


Mushola perempuan, dilengkapi mukena,
namun cuma muat dua shaf

Terlepas dari membingungkannya denah area sholat dan tempat wudhunya ini, saya merasa senang karena bisa sejenak duduk selonjoran kaki. Sofie pun bisa menggerakkan badan dan jalan-jalan tanpa sepatu. Di sini saya sempatkan juga untuk menyusui Sofie. Sambil menunggu Bu Yen sholat, saya ajak Sofie untuk membaca mushaf Al Quran yang disediakan. Eh tapi dia malah menghambur-hamburkan halaman yang robek 😒 Al Qurannya jadi saya tutup dan kembalikan ke rak deh.

El John Executive Lounge

Dari mushola, akhirnya kami melalui gerbang masuk area ruang tunggu. Ruang tunggu bandara di Batam ini ternyata luaas sekali. Setahu saya ada 9 gate, gate A3 hingga A9 diperuntukkan bagi penerbangan domestik, sementara gate A1 dan A2 dugaan saya untuk penerbangan internasional. Sepanjang ruang tunggu tersebut berjejer gerai dagangan untuk suvenir mulai dari pakaian hingga minuman keras. Inilah yang berbeda dengan bandara di Padang maupun Pekanbaru; gerai dagangannya berasa "lebih Jakarta" karena lebih variatif dan menarik. Sekilas melihatnya, saya merasa seperti ada di dalam mall 😋

Sambil menelusuri deretan gerai dan ruang tunggu, saya mencari lounge. Lounge jadi pilihan saya karena kami akan menghabiskan waktu yang cukup lama sebelum naik pesawat. Di dalam lounge pastilah kita bisa istirahat dengan lebih nyaman karena lebih privat, banyak tersedia sofa, dan pastinya bebas makan sepuasnya. Hingga hampir di ujung koridor, di depan ruang tunggu A7 dan A8, barulah kami menemukan lounge yang terbuka. El John Executive Lounge, dikhususkan bagi nasabah prioritas Bank Mandiri. Artinya, kalau Anda memiliki kartu kredit tipe tertentu dari Bank Mandiri, Anda bebas menggunakan lounge tersebut dengan biaya yang (biasanya) hanya Rp 1,00. Sementara bagi yang tidak memiliki kartu kredit tersebut, tetap boleh masuk dengan cas sebesar Rp 75.000,00 per orang (untuk anak usia 5 tahun hingga dewasa).

Ruang duduk di lounge ini luasnya sekitar 10x10 meter persegi. Sayangnya, karena hanya satu lounge ini yang beroperasi saat itu (saya melihat ada lounge Garuda Airlines sebelumnya, tapi tampak tutup dari luar), lounge-nya terisi hampir penuh. Bangku sofa masih ada, tapi posisinya sudah harus bersenggolan dengan penumpang lain. Akhirnya kami pilih bangku biasa yang ada di pinggir, dengan pemandangan ke area check in di lantai bawah.

Makanan yang disediakan hari itu ada gulai ayam, cap cay, ikan asin, lalapan, tiga macam bolu, bubur ketan hitam, bakwan dengan pilihan saos sambal atau saos kacang, gado-gado, sereal, susu, aqua, jus, teh, dan kopi. Bu Yen yang baru pertama kali makan ke lokasi all you can eat seperti ini senang sekali dan menyicipi semua menu. Hehehe... Di dalam lounge ini disediakan satu toilet laki-laki dan perempuan. Sayangnya tidak ada mushola seperti lounge di bandara Padang dua tahun lalu sebelum dirombak menjadi seperti sekarang. Sebagai gantinya, di lounge ini disediakan ruang untuk servis refleksi kaki yang bisa digunakan dengan membayar Rp 50.000,00 per setengah jam.

Ruang Menyusui

Satu jam sebelum boarding, saya dan rombongan keluar dari lounge. Saya ingin mencari mushola lagi untuk menyempatkan menyusui Sofie sebelum naik pesawat. Saya kesulitan menyusui si kecil selama berada lebih dari satu jam di dalam lounge dikarenakan terlalu ramainya pengunjung di sana. Untuk menuju mushola terdekat dari lounge, kita hanya perlu menyeberangi lorong di depan lounge untuk masuk ke area ruang tunggu, lalu cari tangga turun di sebelah kiri. Turun, dan tibalah kita di ruang tunggu A9, yang ternyata lokasinya ada di lantai bawah. Sebenarnya niat awal mau ke mushola, tapi eh, kami justru menemukan ruang ibu dan anak tepat di samping tangga turun. Saat dibuka, wow, alhamdulillah bersih, nyaman, dan... kosong! 💗

Wajah bahagia bertemu sofa :D

Di dalam lemari disediakan perlak, lho!

Yang bisa dipakai di antara benda-benda di atas hanya tempat sampah dan cermin
Yang saya lakukan pertama kali di sini adalah mengganti popok Sofie. Saya keluarkan perlak dari dalam tas, kapas, dan... ketika mencari air, sayangnya air dari keran wastafel tidak keluar. Untung masih ada air minum yang kami bawa dari lounge. Sambil bersenandung karena kami senang sekali menemukan ruangan ini, popok Sofie pun selesai diganti. Tidak lupa saya juga mengganti pakaian si kecil supaya badannya terasa lebih nyaman. Kemudian saya menyusui si kecil sementara Bu Yen duduk berselonjor di atas sofa sambil mencoba untuk tidur sejenak. Kami menghabiskan kira-kira 30 menit di sana hingga tepat sebelum dipanggil untuk memasuki ruang tunggu kami di gate A3.

Di dalam ruangan ini sebenarnya sudah tersedia segala keperluan ibu dan bayi, namun sayangnya sebagian tidak dirawat dan tidak lengkap. Contohnya, ada dispenser tapi tidak ada galon airnya. Ada wastafel, tapi tidak keluar airnya. Dan lagi, jika kita tuang air ke atas wastafel, eh, airnya malah merembes ke bawah membasahi karpet. Artinya saluran pipa airnya rusak dan tidak diperbaiki. Mudah-mudahan pihak manajemen Bandara Hang Nadim mau memperhatikan kelayakan fasilitas di ruang menyusui ini.