Hari kemarin, sama seperti hari sebelumnya, tidak ada situasi gawat darurat dalam momen komunikasi saya bersama suami. Setiap aktivitas berjalan aman terkendali. Saya sampai berpikir apakah mungkin saya sudah lulus menguasai kaidah 7-38-55 dan sudah bisa masuk ke skill komunikasi produktif berikutnya, ya? Namun saya putuskan jika sampai hari Minggu ini tetap tidak ada masalah berarti—karena kemungkinan muncul perselisihan adalah di saat weekend, saat saya memiliki waktu yang lama bersama suami—di hari Senin saya akan mulai beralih ke tantangan skill yang lain.
Hanya ada sedikit catatan, yaitu saat sore hari....
Pukul tiga sore, cuaca begitu panas. Cucian baju baru selesai diurus oleh suami. Tugas saya adalah menjemur pakaian di balkon lantai atas. Karena cuaca yang tidak bersahabat, sementara saya juga menemani si kecil yang suka menempel ke mana-mana, maka aktivitas menjemur cucian saya tunda. Disamping itu, cucian piring kotor juga sedang menumpuk di dapur. Saya belum sempat menyucinya karena di pagi harinya saya dan suami pergi keluar rumah. Mood saya untuk beraktivitas beres-beres rumah itu munculnya di pagi hari, khususnya saat anak tidur... Makanya jika agenda pagi hari sudah dipenuhi dengan acara ke luar rumah, maka saya baru bisa melakukan tugas beberes di sore hari, saat cuaca lebih adem.
Sekitar jam 3 sore itulah, setelah menaruh cucian baju ke balkon atas untuk selanjutnya saya jemur, suami masuk kamar dan tidur siang. Saya melanjutkan bacaan buku yang sedang asyik saya nikmati beberapa hari terakhir sambil menemani si kecil Sofie bermain di atas kasur. Dalam waktu satu setengah jam ke depan, saya, suami, dan si kecil sudah harus siap untuk berangkat menuju acara buka bersama teman-teman dosen Unidha. Sementara itu di lain pihak, kondisi cucian piring masih menumpuk dan cucian baju juga belum dijemur.
Menjelang pukul 3.30, Sofie saya susui. Tak lama terasa jeda antara tarikan nafasnya lebih panjang. Saya intip sejenak, tampak Sofie memejamkan matanya. Oh, rupanya si kecil mengantuk. Saya tutup mata saya sambil ikut merilekskan badan; salah satu taktik yang biasa saya lakukan supaya si kecil merasa ibunya ikut tidur bersamanya, sehingga ia akan lekas terlelap, dan saya bisa beraktivitas kemudian. Tapi, aduh, ternyata kondisi badan tidak mendukung saat itu... Ada "panggilan alam" yang membuat saya harus bergegas ke kamar mandi.
Akhirnya, mau tak mau, saya terpaksa menjauhkan diri dari Sofie.... Eh, ternyata dia merengek kencang. Rengekannya tidak berhenti, malah ia ikut bangun dan menunggui saya di depan pintu kamar mandi. Terang saja suami yang sedang enak terlelap jadi terbangun. Saya tak tahu apa yang dilakukan suami, tapi yang pasti ia berusaha menenangkan Sofie, tapi kemudian pasrah membiarkannya yang tidak mau diam, hingga saya keluar dari kamar mandi.
Suami : "Kenapa sih kamu, Nak, sekarang gampang rewel?"
Saya : "Karena ngantuk ini Bang, belum pulas tidurnya, tapi Tari udah ninggalin...."
Sofie pun saya peluk dan susui kembali di tempat tidur. Tapi karena terbangun hingga berdiri tadi, rupanya matanya tak mau lagi terpejam. Mata bundarnya terbuka sambil terus menatap saya. Ngantuknya hilang, sepertinya. Suami pun akhirnya benar-benar bangun dari tidurnya.
Suami : "Cucian udah kamu jemur? Piring juga?"
Saya : "Belum yang, dari tadi coba nidurin Sofie.... Tari biasa jemur baju pas Sofie tidur siang, kalau udah jam segini, agak susah...."
Sepanjang kejadian tersebut, saya yang biasanya merasa stres karena pekerjaan menumpuk, sementara ada agenda penting lain yang harus dilakukan dalam waktu dekat, tidak merasakan tekanan seperti itu sama sekali. Jadi selama bercakap-cakap menjawab pertanyaan suami, tidak ada intonasi suara yang terkesan meninggi atau terasa terintimidasi. Alhasil, suami pun tidak sebal saat merespon jawaban saya.
Saya rasa, sekali lagi saya berhasil membiasakan diri saya untuk menjaga intonasi suara saat berinteraksi dengan suami di situasi genting.
#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Menjelang pukul 3.30, Sofie saya susui. Tak lama terasa jeda antara tarikan nafasnya lebih panjang. Saya intip sejenak, tampak Sofie memejamkan matanya. Oh, rupanya si kecil mengantuk. Saya tutup mata saya sambil ikut merilekskan badan; salah satu taktik yang biasa saya lakukan supaya si kecil merasa ibunya ikut tidur bersamanya, sehingga ia akan lekas terlelap, dan saya bisa beraktivitas kemudian. Tapi, aduh, ternyata kondisi badan tidak mendukung saat itu... Ada "panggilan alam" yang membuat saya harus bergegas ke kamar mandi.
Akhirnya, mau tak mau, saya terpaksa menjauhkan diri dari Sofie.... Eh, ternyata dia merengek kencang. Rengekannya tidak berhenti, malah ia ikut bangun dan menunggui saya di depan pintu kamar mandi. Terang saja suami yang sedang enak terlelap jadi terbangun. Saya tak tahu apa yang dilakukan suami, tapi yang pasti ia berusaha menenangkan Sofie, tapi kemudian pasrah membiarkannya yang tidak mau diam, hingga saya keluar dari kamar mandi.
Suami : "Kenapa sih kamu, Nak, sekarang gampang rewel?"
Saya : "Karena ngantuk ini Bang, belum pulas tidurnya, tapi Tari udah ninggalin...."
Sofie pun saya peluk dan susui kembali di tempat tidur. Tapi karena terbangun hingga berdiri tadi, rupanya matanya tak mau lagi terpejam. Mata bundarnya terbuka sambil terus menatap saya. Ngantuknya hilang, sepertinya. Suami pun akhirnya benar-benar bangun dari tidurnya.
Suami : "Cucian udah kamu jemur? Piring juga?"
Saya : "Belum yang, dari tadi coba nidurin Sofie.... Tari biasa jemur baju pas Sofie tidur siang, kalau udah jam segini, agak susah...."
Sepanjang kejadian tersebut, saya yang biasanya merasa stres karena pekerjaan menumpuk, sementara ada agenda penting lain yang harus dilakukan dalam waktu dekat, tidak merasakan tekanan seperti itu sama sekali. Jadi selama bercakap-cakap menjawab pertanyaan suami, tidak ada intonasi suara yang terkesan meninggi atau terasa terintimidasi. Alhasil, suami pun tidak sebal saat merespon jawaban saya.
Saya rasa, sekali lagi saya berhasil membiasakan diri saya untuk menjaga intonasi suara saat berinteraksi dengan suami di situasi genting.
#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar