Cincopa Gallery

...

Jumat, 26 Juli 2019

Bunsay 10-10: Membangun Karakter Lewat Dongeng

Juli 26, 2019 0 Comments

Dulu waktu kecil, saya suka sekali meminta mama saya untuk menceritakan dongeng perdebatan antara beragam benda mengenai siapa di antara mereka yang paling hebat. Misalnya antara pintu dan jendela.. Meja dan kursi.. Hingga bulan dan matahari. Sebenarnya jalan ceritanya simpel. Dari sekian benda yang saling adu mulut, ujung-ujungnya disimpulkan bahwa mereka masing-masing hebat, karena sama-sama dibutuhkan oleh manusia.

Nah, hari ini saya ingin memberikan Sofie dongeng serupa namun tidak sama. Topiknya mengenai perbandingan antara gizi hewan yang kita makan. Simak yuk, ceritanya....

Alkisah Pak Atan (nama tokoh pak tani di Didi and Friends) memiliki ternak ayam, kambing, sapi, dan kelinci. Suatu hari, Pak Atan mau mengadakan kenduri untuk merayakan ulang tahun anaknya. Anak-anak sekampung akan diundang makan malam pada acara ini.

Selagi Pak Atan sekeluarga sibuk merencanakan kenduri, para hewan ternak pun sibuk unjuk diri, saling bertanding siapa yang paling layak untuk disajikan di atas meja makan. (Note: Saya selalu menekankan ke Sofie kalau hewan-hewan itu bahagia kalau bisa bermanfaat untuk manusia.. Mereka senang bisa dikonsumsi, dari pada mati terbengkalai tanpa manfaat.. Kecuali jika matinya malah bisa menyuburkan tanah, yaa)

Ayam berkata, "Pasti Pak Atan akan memilihku. Selain rasaku yang lezat, aku juga bisa dimasak menjadi beragam jenis masakan. Akulah hewan favorit banyak orang, tok-petok!"

"Mbeeek", sanggah kambing. "Di mana-mana, akulah hewan yang selalu menjadi menu istimewa di segala kenduri. Pak Atan pasti akan memilihku!"

Sapi melenguh, "Heh kambing, kamu itu terlalu tinggi kolesterolnya. Meskipun kamu spesial, tapi tidak semua orang mau memakanmu. Tapi aku, akulah hewan yang lebih cocok untuk kenduri. Dagingku banyak, cocok dimakan untuk orang sekampung!"

Ketiga hewan tersebut terus berdebat sepanjang malam. Hanya ikan yang terdiam. Ia minder karena ialah hewan yang ukurannya paling kecil, serta sangat biasa. Harganya pun yang paling murah jika dibandingkan dengan hewan lainnya. Tidak istimewa sama sekali, pokoknya.

Akhirnya jadwal kenduri semakin dekat. Sehari menjelang kenduri Pak Atan beekunjung ke peternakannya untuk memilih hewan mana yang akan ia sajikan sebagai menu makan malam. Semua hewan berdiri tegak, bersiap untuk dipilih oleh Pak Atan. Namun apa yang terjadi? Pak Atan tidak mendekati kandang ayam, kambing, maupun sapi. Ia justru mendekati kolam ikan dan menangkap beberapa ekor ikan.

"Alhamdulillah dapat banyak. Anak-anak pasti senang bisa menikmati ikan-ikan yang banyak gizinya ini. Sudah tinggi protein, rendah lemak, kaya omega 3 yang bagus untuk kecerdasan otak anak-anak, lagi!" seru Pak Atan puas dengan hasil tangkapannya.

Ikan yang ditangkap takjub dengan puji-pujian Pak Atan terhadap dirinya. Sementara ketiga hewan lain hanya bisa melongo....

Ceritanya menarik 'kan, ya... Sebenarnya untuk pilihan akhir hewan apa yang mau dipilih, bisa kita ubah-ubah, kok. Tergantung situasi... Kalau mau anak suka makan ikan, maka jadikanlah ikan sebagai juaranya. Demikian pula sebaliknya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-9: Membangun Karakter Lewat Dongeng

Juli 26, 2019 0 Comments

Sore hari ini, saat sedang bingung mau mendongeng apa untuk Sofie, Sofie mengajak saya bermain boneka. Hmm, oke deh. Saya setuju untuk main, namun tidak seperti biasanya, saya ingin gaya bermain kami kali ini seolah-olah ia yang menentukan jalan ceritanya... Jadi seperti ia yang mendongeng kan, ya?

Jadi Sofie memegang sebuah boneka yang memerankan peran sebagai kakak. Lalu saya memegang boneka yang memerankan adik.

Boneka kakak awalnya menawarkan adik makan coklat. Adik bersemangat sekali menerima tawaran kakak. Lalu mereka makan coklat bersama-sama.

Kemudian, adik bilang bahwa ia juga mau makan permen, lolipop, agar-agar, dan gula-gula sekaligus. Boneka kakak yang dipegang Sofie, langsung melarang karena kalau banyak-banyak, nanti sakit gigi.

Boneka adik tetap bandel. Ia bilang kalau ia tidak mau makan sayur, buah, dan daging. Ia hanya mau makan cemilan.

Boneka kakak pun kembali merespon. Ia menjelaskan bahwa kalau buah dan sayur akan membuat tubuh sehat dan kuat.

Namun ya, boneka adik tetap ngotot makan cemilan manis. Akibatnya, ia ternyata meringis kesakitan. Giginya berlubang!

Boneka kakak yang khawatir, menyarankan boneka adik untuk bersegera menemui dokter gigi. Namun si adik lari sambil menutup giginya rapat-rapat.

Sofie pun mengerahkan kedua tangannya untuk menangkap boneka adik, dan memaksakan boneka dokter gigi untuk mengobati gigi boneka adik. Kemudian ia tertawa puas.

Hehehe....

Ini seperti cerminan pengalaman Sofie sendiri. Saya sering kali menjelaskan bahwa kebanyakan makan gula dapat membuat gigi berlubang dan terasa sakit. Tontonan Sofie pun sering saya berikan seputar kisah sakit gigi ini. Selain itu ia juga pernah berobat ke dokter gigi, kemudian giginya dibersihkan secara paksa waktu itu oleh sang dokter gigi. Mungkin karena berkesan, makanya ia mengarang permainan bonekanya dengan jalan cerita yang demikian.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Kamis, 25 Juli 2019

Bunsay 10-8: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 25, 2019 0 Comments

Hari ini Sofie meminta kembali dikisahkan mengenai bencana alam, tapi tentang banjir.

Awalnya, saya menceritakan fenomena alam hingga terjadi banjir. Awalnya orang-orang membangun rumah di area lembah. Nah, saat itu alam masih asri, area resapan air di daerah ketinggian masih berfungsi dengan baik. Kalau ada hujan di atas, airnya diserap oleh tanah di atas. Pokoknya aliran air masih normal, deh!

Tapi kemudian lama kelamaan karena jumlah penduduk bertambah, pembangunan rumah merambat hingga ke atas. Akhirnya area resapan air semakin berkurang. Jadinya bila hujan turun di atas, maka rumah-rumah yang ada di bawah akan kebanjiran, karena air yang tidak terserap di atas akan mengalir menjadi banjir di area bawah.

"Kok ceritanya gitu aja?" protes Sofie.

Saya tertawa. Dia sepertinya lebih suka cerita yang ada tokoh dan dialognya.

Akhirnya saya cerita ulang kisah banjir, namun dengan tokoh panda dan serigala. Si panda suka sekali menjaga kebersihan rumahnya. Setiap pagi halaman disapu. Sampah dikumpulkan dan dibuang ke tempat sampah. Sementara serigala malas bersih-bersih. Semua sampah ia buang sembarangan. Akibatnya, rumahnya terlihat seperti tumpukan sampah.

Panda sudah sering menegur kebiasaan buruk serigala ini. Namun serigala masa bodoh. Ia terus saja berbuat sekenanya.

Sampai pada suatu hari. Waktu itu malam. Semua hewan tidur lelap di rumah mereka masing-masing. Hujan deras turun sehingga mereka pun makin nyaman tidur di balik selimut.

Menjelang subuh, serigala terbangun dan meraba-raba kasurnya yang terasa basah.

"Lho, kok basah ya? Apa aku mengompol?" pikirnya.

Pelan-pelan ia membuka mata, dan terkejut menyadari ternyata rumahnya sudah kebanjiran! Kasurnya yang diletakkan di atas lantai pun basah.

"Uwaaw!" serunya sampai terlompat. "Banjiirrr!"

Serigala bingung harus melakukan apa. Ia pun berkeliling menyelamatkan perabotannya yan bisa diselamatkan.

Sementara itu, ketika langit mulai terang, panda bangun dari tidur malam yang sangat nyenyak. Ia melihat halamannya dan tersenyum karena bunga-bunga di taman bersuka ria setelah tersiram hujan. Namun ketika ia menoleh ke rumah serigala, ia terkejut. Ia melihat serigala swdang sibuk mengumpulkan sampah dan mengeringkan perabotnya yang kebanjiran di halaman rumah.

"Waduuh serigala, apa yang terjadi?" seru panda.

Serigala pun menceritakan musibah yang baru saja ia lalui. Ia menyesal tidak mendengarkan nasihat panda untuk menjaga kebersihan rumahnya. Panda pun akhirnya membantu serigala membereskan rumahnya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-7: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 25, 2019 0 Comments

Kali ini, sesuai permintaan Sofie, Bundo mendongeng cerita tanah longsor.

Ada serombongan keluarga yang sedang melakukan perjalanan dari Padang ke Pekanbaru menggunakan mobil. Ada ayah, ibu, dan anak-anak.

Waktu di tengah perjalanan, sebelum memasuki area bukit-bukit gundul, langit terlihat menggelap. Angin pun berhembus kencang.

"Waah, mau hujan lebat kayaknya nih, Yah!" kata si ibu.

"Waduh, di depan kita ada bukit yang rawan longsor... Sebaiknya kita cari tempat beristirahat dulu, ya" ujar sang ayah.

"Kenapa gak jalan, yah?" kata si kecil di belakang.

"Kalau hujan lebat saat kita di area bukit nanti, kita bisa terjebak tanah longsor, nak. Berbahaya" terang ayah kembali. Para anak pun mengangguk mengerti.

Selagi mencari tempat untuk singgah, ternyata ada motor yang tetap melaju di jalan raya. Sang ayah berseru,

"Pak, hati-hati nanti bisa ada longsor! Ayo berhenti dulu!"

"Tidak bisa, Pak! Saya buru-buru!" motor pun terus melaju.

(Ceritanya bisa saling ngobrol di jalan raya. Hahaha)

Akhirnya mobil ayah melipir ke tempat makan terdekat, sementara si pengendara motor terus melaju kencang.

"Bagus, sebentar lagi bisa sampai nih, tinggal melewati bukit-bukit ini!" pikir bapak pengendara motor.

Namun hujan lebat pun turun. Angin pun bertiup kencang. Bukit yang memang sudah agak rapuh pondasinya beberapa meter di depan pengendara motor pun longsor. Si pengendara motor terkejut dan membanting setir hingga terpelanting dari motornya.

"Uaaahhhh....!!" serunya kesakitan. "Toloong... Toloong...!"

Namun sayang, tidak ada siapa pun di dekatnya. Semua orang menghindari bukit ketika hujan lebat turun.

Satu jam kemudian, ketika hari sudah cerah kembali, mobil si ayah dan keluarganya akhirnya berjalan melewati area bukit. Namun tentu saja, jalanan terputus karena ada longsoran tanah. Tapi dari kejauhan, si ayah melihat sesuatu yang janggal.

"Eh, ada orang tergeletak di jalan!"

"Ayo kita bantu, Yah!" ujar ibu.

Mereka pun bersegera menolong orang yang ternyata adalah pengendara motor tadi. Untunglah nyawanya masih dapat diselamatkan.

"Jadi Sofie, kalau hujan lebat, hati-hati sama tanah longsor di area perbukitan, yaa" pesan saya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-6: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 25, 2019 0 Comments

Tidak seperti biasanya, hari ini Sofie minta didongengkan kisah gempa bumi. Dia memang sedang suka menonton video Baby Bus kisah bencana alam di Youtube. Oke lah nak, Bundo ceritakan ya, kisah gempa bumi.

Alkisah ada hewan-hewan kecil yang sedang bersekolah. Ada panda, monyet, kelinci, kuda nil, dan lain-lain. Sewaktu jam pelajaran sama ibu guru domba, tiba-tiba ada getaran.

"Gempa bumii" teriak salah seorang siswa.

"Anak-anak, ayo berlindung di bawah meja!" seru bu guru.

Para hewan kecil segera menyelamatkan diri di bawah kolong meja. Namun si monyet malah lompat ke atas meja dan berteriak-teriak panik.

Panda kecil yang berada di dekatnya pun menegur, "Monyet, jangan panik! Tetap tenang dan ayo lindungi kepalamu dari reruntuhan. Ayo sembunyi di bawah meja!"

"Iya iyaa~!"

Kemudian setelah beberapa saat goncangan gempa mulai berkurang. Ibu guru domba pun keluar dari balik mejanya.

"Anak-anak, sekarang ambil tas kalian, lindungi kepala kalian dengan tas, ya.... Mari kita berbaris rapi turun ke lapangan menggunakan tangga. Tetap tenang dan tertib, oke?"

"Oke buuu...!" jawab hewan-hewan kecil serempak.

Para penghuni kelas itu pun turun dengan selamat sampai ke lapangan di depan sekolahan.

"Nah bagus, ingat ya, anak-anak, ketika ada bencana, tetaplah tenang supaya bisa berpikir jernih. Kemudian lindungilah diri kalian segera!"

"Kalau ada gempa, kalau kita berada di dekat pintu keluar, bersegeralah keluar dan berdiri jauh dari gedung. Namun kalau kita berada di dalam ruangan, lindungi dulu diri kalian di bawah kolong meja, atau ke kamar mandi, dan saat kondisi membaik, barulah bersegera ke luar ruangan."

Sambil saya bercerita, Sofie senang sekali mengarahkan cerita saya. "Jangan panik!", "Sembunyi di bawah meja!", atau "Sembunyi di kamar mandi!" katanya. Hehehe....

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Rabu, 24 Juli 2019

Bunsay 10-5: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 24, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk jerapah tidur berdiri

Saya teringat salah satu kisah dari sebuah buku yang suka saya baca akhir-akhir ini. Kisahnya menceritakan bahwa bayi jerapah itu ketika baru lahir dan berusaha untuk berdiri, kakinya akan ditendang keras oleh induknya sehingga ia terjatuh. Lalu jika ia mencoba berdiri kembali, induknya lagi-lagi akan menendangnya hingga terjatuh. Begitu terus berulang-ulang. ...terkesan kejam, ya? Namun, tahu tidak Bunda, ternyata induk jerapah melakukan itu supaya anak jerapah tersebut akan memiliki kaki yang kokoh, yang tidak akan pernah mudah terjatuh. Hal ini diperlukan jerapah untuk dapat melindungi diri mereka di alam liar.

Saat mengisahkan kisah itu kepada Sofie, ia suka sekali waktu saya menceritakan adegan si induk menendang kaki anaknya berulang-ulang. Mungkin karena ekspresi saya bombastis ya waktu itu, hehehe....

Hikmah yang saya rangkum dari sini untuk Sofie adalah ada kalanya orang tua menunjukkan rasa sayang ke anaknya dengan cara yang terlihat kejam, padahal itu demi kebaikan anaknya di masa mendatang. Misal nih, Sofie main gadget lama-lama, Bundo akan marah. Kenapa marah? Karena Bundo sayang sama mata Sofie....


#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Selasa, 23 Juli 2019

Bunsay 10-4: Membangun Karakter Anak Lewat Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Malam ini, saya kembali memanfaatkan senter dongeng sebagai sarana mendongeng ke Sofie. Kisah yang saya pilih adalah kisah Rubah dan Kucing. Ini termasuk kisah yang baru saya tahu. Jadi, sebelum mulai menceritakannya, saya googling dulu, plotnya gimana sih...? Ternyata ini termasuk kisah fabel lama yang populer di Eropa di masa lalu yang sepertinya kepopulerannya tidak sampai ke Indonesia.



Hasil gambar untuk rubah dan kucing


Kisahnya cukup singkat. Rubah dan kucing sedang berjalan melintasi hutan. Sambil berjalan berdua, mereka mengobrol tentang taktik menyelamatkan diri dari incaran serigala-serigala pemburu. Rubah menyombongkan diri bahwa ia punya seratus cara untuk selamat dari kejaran serigala. Kucing terkagum-kagum dan menyatakan bahwa ia hanya punya satu cara. Lalu kucing bertanya, apa saja seratus cara yang diketahui rubah, namun rubah tidak mau menjawabnya.

Di saat yang bersamaan, ternyata tiga ekor serigala pemburu sedang berkeliaran. Mereka mengendus bau rubah dan kucing kemudian berlarian mengincar kedua hewan tersebut. Rubah dan kucing terkejut mendengar auman serigala dari jauh. Kucing pun bersegera mencari pohon yang kokoh dan tinggi kemudian memanjatnya. Sementara itu rubah berdiri bingung mau menyelamatkan diri dengan taktik yang mana dari seratus taktik yang ia miliki. Lama kelamaan serigala semakin mendekat. Kucing mengingatkan rubah untuk segera menyelamatkan diri. Namun terlambat, karena begitu bingungnya menentukan cara yang mana, rubah justru diterkam oleh para serigala.

Hikmah yang dapat diambil dari kisah ini adalah pertama, jangan menyombongkan diri. Kedua, lebih baik kita punya satu cara yang pasti akan berhasil dalam menyelesaikan masalah daripada banyak cara namun belum pasti keberhasilannya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Bunsay 10-3 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 23, 2019 0 Comments
Saya baru membeli senter dongeng dari toko online buat Sofie. Senter ini punya beberapa film yang kalau kita pasang di badannya, nanti filmnya bisa dipantulkan ke mana saja, seperti dinding kamar ataupun loteng. Tergantung ke arah mana kita memancarkan sinar senternya. Kalau dihidupkan dikala kamar sudah gelap menjelang jam tidur anak, wow... acara mendongeng kita bisa jadi seru sekali lho, bunda!

Hasil gambar untuk itik buruk rupa

Satu kisah yang saya pilih adalah kisah Itik Buruk Rupa. Dongeng karya Hans Christian Andersen ini pasti sudah tak asing lagi ya, sama bunda-bunda semua. Kisah ini menceritakan kisah seekor bayi angsa hitam yang menetas di tengah-tengah bayi itik. Mereka mengira ia pun itik, namun berwarna hitam. Warnanya tersebut dianggap tidak menarik oleh saudara-saudaranya yang memiliki bulu berwarna kuning keemasan. Selain itu, suaranya pun tidak berbunyi "kwek kwek" melainkan "ook ook". Sungguh tidak enak didengar! Induk bebek tidak mau mengakui bahwa si hitam ini adalah anaknya. Ia pun diejek dan dijauhi oleh keluarganya. Tentu ia sangat bersedih hati.

Hingga akhirnya pada suatu hari, ketika si itik hitam ditinggal jalan-jalan oleh induk dan saudara-saudaranya, ia bertemu dengan seekor angsa putih yang sangat anggun. Sang angsa menghiburnya yang sedang terlihat sedang menangis. Setelah si itik hitam menceritakan kisahnya, sang angsa malah menjelaskan kalau ia sama sekali bukanlah seekor bebek seperti keluarganya yang lain melainkan seekor bayi angsa yang kelak saat tumbuh dewasa, ia akan menjadi putih dan anggun seperti dirinya.

Kemudian waktu pun berlalu. Si itik buruk rupa pun menjelma menjadi angsa putih yang anggun. Ketika bertemu dengan keluarga lamanya, mereka terpana melihat betapa indah saudara yang dulu mereka hina.

Waktu menceritakan kisah ini, karena Sofie sendiri tidak paham bentuk itik dan angsa seperti apa. Tapi yang saya tekankan kepadanya adalah kalau kita tidak boleh mengejek bentuk fisik orang lain bagaimanapun buruknya wujudnya sebab mereka pun diciptakan Allah sama seperti kita. Menghina wujud suatu makhluk, berarti sama dengan menghina penciptanya.


Note: Saya gak paham beda itik dan bebek, lalu benarkah angsa itu saat lahir berwarna hitam dan berbunyi ook ook... Semoga penamaan hewan di atas nggak salah ya, hihi...

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Senin, 22 Juli 2019

Bunsay 10-2 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 22, 2019 0 Comments
Hasil gambar untuk kakek dan kapak

Sebenarnya bingung, ya, mau mendongeng apa ke anak. Seolah semua dongeng dan cerpen yang suka saya baca dari majalah Bobo waktu kecil hilang semua saat saya mau mencoba mendongeng untuk Sofie. Nah, di hari kedua ini, ada satu-satunya cerita yang saya ingat, yaitu kisah kakek yang kehilangan kapak. Bunda-bunda ingat ceritanya?

Begini kisah singkatnya, ya....


Alkisah, ada seorang kakek miskin penebang kayu yang tinggal di sebuah desa. Ketika berjalan-jalan di sekitar danau kala sedang bekerja, secara tidak sengaja kapak si kakek terjatuh dan tenggelam ke dasar danau. Si kakek pun bersedih karena ia telah kehilangan satu-satunya alat yang membantu ia mencari nafkah. Ternyata, dari dalam danau, muncullah seorang dewi yang ingin membantu mengambilkan kapak si kakek. Kapak pertama yang diambil oleh sang dewi adalah kapak yang gagangnya terbuat dari emas. Kapak itu kalau dijual harganya bisa membuat si kakek dan istrinya kaya raya dalam sekejap. Namun, karena si kakek jujur dan tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan, ia mengatakan bahwa kapak emas tersebut bukanlah miliknya. Kapak miliknya hanyalah kapak kayu biasa yang sudah butut dan kotor. Akhirnya karena kejujuran si kakek, sang dewi mengembalikan kapak kayu si kakek serta menghadiahkan kapak emas untuknya.

Cerita kakek miskin yang mendadak kaya raya tersebut terdengar oleh seluruh penduduk desa, termasuk salah satu tetangganya, seorang kakek penebang kayu yang culas. Ia pun mencoba peruntungannya. Ia sengaja menjatuhkan kapak kayunya, menangis, dan akhirnya ia pun bertemu dengan sang dewi yang menanyakan hal yang sama. Namun karena kerakusannya, ia langsung mengakui bahwa kapak emas adalah kapak miliknya. Sang dewi murka dan menenggelamkan si kakek ke dalam danau.

Respon Sofie yang saya perhatikan adalah dia bingung, kapak itu benda apa. Hahaha... Memang sepertinya Sofie tidak pernah melihat alat bernama kapak ini. Kemudian, daripada menyimak jalan cerita, ia lebih suka "membeo" alias menirukan ucapan setiap tokoh yang saya kisahkan. Poin pengamatan terakhir saya adalah bahwa sepertinya tingkat cerita ini masih terlalu tinggi untuk anak seusianya. Selain karena jalan ceritanya yang panjang, Sofie pun perlu menyimak dengan baik untuk memahami kisahnya.

#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari

Minggu, 14 Juli 2019

Bunsay 10-1 : Membangun Karakter Anak Melalui Dongeng

Juli 14, 2019 0 Comments
Beberapa hari yang lalu, saya menceritakan sebuah dongeng ke Sofie sebelum kami tidur malam. Dongengnya terinspirasi dari salah satu hadits yang saya baca dari Komik Hadis 99 Pesan Nabi-nya Pak Vbi Djenggoten.

"Sofie, sini deh, Bundo mau cerita," saya yang lagi rebahan, menarik Sofie untuk ikut tiduran di samping saya.

Sofie yang biasanya engga bisa tiduran tenang kayak Bundonya yang malas bangun kalau sudah ketemu kasur ini, tumben banget, malah semangat sekali ikut tiduran.

"Ayuk, ayuk!" katanya.

Saya pun mulai bercerita....

"Di suatu tempat, ada seorang anak perempuan kecil, berumur 3,5 tahun... Rambutnya keriting... Namanya...."

"Sofie!" sahutnya bersemangat.

Saya ketawa, sengaja saya buat tokoh yang ciri-cirinya mirip dengan si kecil supaya dia bisa mengasosiasikan kisah yang dialami tokoh tersebut dengan kisah dirinya sendiri.

"Jangan deh, namanya jangan Sofie... Hmm sebut aja Maria."

"Maria lagi makan cemilan keju yang ditaruh di sebuah mangkuk kecil." lanjut saya. "Terus, Maria bilang, 'Aku kenyang... Nanti aku lanjut lagi, ah, makannya.' Kemudian ia meletakkan mangkuk yang masih berisi sedikit cemilan itu di lantai, lalu berlari meningalkannya. Maria bermain-main, sampai melupakan kalau mangkuk cemilannya tadi belum ia tutup."

"Lalu engga lama kemudian, lewat seekor tikus yang kelaparan. 'Hmm... ada bau makanan enak, nih!' pikir si tikus. Ia pun berjalan menuju sumber bau yang berasal dari cemilan keju Maria. 'Waah... aku pesta besar, nih! Banyak cemilan yang bisa kumakan...!' Si tikus pun lompat ke dalam mangkuk, dan memakan cemilan sepuasnya."

"Mama Maria heran mendengar suara mangkuk berdenting-denting. Ia kemudian mencari tahu, dan kaget begitu melihat ada tikus di dalam mangkuk makan Maria. 'Kyaaaaaaaaaa!' seru mama. Maria pun segera mendatangi mamanya. Ia ikut kaget melihat mangkuk cemilannya tumpah dan seekor tikus berlari terbirit-birit menjauhinya."

"'Mama, minta maaf...' kata Maria menyesal. 'Makanan Maria dimakan sama tikus, hii... jijik, 'kan?' ujar mama. 'Iya, ma, jijik...'. 'Kenapa gak ditaruh di atas meja dan ditutup tadi?' tanya mama. 'Lain kali ditutup ya, piring dan gelasnya kalau masih mau dipakai...' Maria pun mengangguk."

"Ceritanya selesai, deh!"

Sofie ikut meringis geli ketika saya menceritakan kisah pendek ini. Selama saya bercerita, Sofie asyik menirukan ucapan Maria. Saya pikir ia lebih tertarik meniru suara tokoh dibandingkan menyimak kisahnya. Eh, tetapi sehari kemudian, waktu ia makan, ia menyeletuk, "Piringnya harus ditutup ya, Bundo, biar nggak ada tikuus...!" Saya yang hampir melupakan dongeng itu, tersenyum. Ternyata ia menyimak juga.









#GrabYourImagination
#Kuliah BunSay IIP
#Level 10
#MembangunKarakterAnakMelalui Dongeng
#Tantangan 10 hari